KOMUNIKASI KARTOGRAFIS
8:41 AM | Author: Arfie

Teknik Pemetaan
Secara garis besar terdapat tiga teknik pemetaan yaitu sebagai berikut :
1. Pembacaan Peta
Pada tahap pertama dalam penggunaan peta pengguna mencoba mengidentifikasi simbol, membaca apa arti simbol. Untuk ini pengguna harus mengetahui terlebih dahulu bahasa peta. Bahasa peta yang dimaksud adalah informasi tepi peta yang meliputi : judul, nomor lembar peta, skala, orientasi, sumber pembuat peta, proyeksi, dan tidak lupa pula mengenai keterangan atau legenda. Jadi sebelum pengguna berusaha mengartikan simbol-simbol yang ada di dalam muka peta pengguna disarankan untuk mempelajari dulu informasi-informasi tepi peta termasuk di dalamnya adalah legenda. Dengan demikian begitu melihat simbol di dalam peta pengguna sudah tidak ada keragu-raguan mengenai makna ataupun bentuk unsur lingkungan yang tidak benar adalah pengguna langsung berusaha menterjemahkan arti simbol-simbol yang ada tanpa mempelajari legenda maupun informasi tepi peta yang lain terlebih dahulu (Sukwardjono dan Mas Sukoco, 1997).

2. Analisa Peta
Apabila sudah mengetahui apa yang digambarkan dalam peta, langkah selanjutnya adalah mengukur atau mencari nilai dari unsur-unsur tersebut. Pada tahap ini diperlukan berbagai peralatan untuk membantu menentukan nilai unsur yang bersangkutan. Unsur-unsur geografis yang digambarkan dalam peta dapat dikelompokkan menjadi :
1) Posisional, yakni unsur-unsur yang tidak mempunyai dimensi atau perluasan, misalnya: titik ketinggian, sumur pengeboran, pusat pelayanan dan sebagainya. Nilai dari unsur-unsur ini dapat dilihat angka yang ada atau dihitung dengan menjumlahkan titiknya;
2) Linear, yakni unsur yang mempunyai perluasan pada satu sisi atau unsur dimensi satu, misalnya: jalan, jalan kereta api, sungai, garis pantai, dan sebagainya. Untuk data linear ini nilai tergantung panjang- pendek unsur yang digambarkan;
3) Sedangkan unsur yang mempunyai bentuk perluasan atau yang berdimensi dua nilai ditentukan berdasar luasnya. Bahkan unsur yang berdimensi tiga dapat ditentukan volumenya misalnya volume waduk, jumlah curah hujan, volume cadangan bahan galian dan sebagainya. Dari tahap ini didapatkan suatu nilai, ataupun bentuk pola persebaran dari unsur yang digambarkan. Jadi dalam tahap analisis peta ini ciri utamanya adalah perhitungan ataupun pengamatan pola keruangan (Sukwardjono dan Mas Sukoco, 1997).

3. Interpretasi Peta
Menurut Sukwardjono dan Mas Sukoco (1997) pada tahap ketiga dalam penggunaan peta atau yang disebut interpretasi peta, pengguna berusaha mencari jawab mengapa di bagian tertentu terjadi pengelompokan (pola) yang berbeda dengan pola di bagian lain dari peta yang sama.

Peta sebagai rekaman lingkungan geografi baik fisik maupun sosial ekonomi sangat penting bagi manusia, sebagai alat observasi. Dalam mempergunakannya peta sesuai dengan kepentingannya antara satu dengan yang lain berbeda. Oleh karena itu cukuplah apabila untuk secara umum sampai pada tahap membaca saja, sedangkan untuk suatu kepentingan khusus perlu dipelajari penggunaan peta yang lebih lanjut sampai pada analisis maupun interpretasi peta.

Ketidaksamaan informasi yang disajikan pada berbagai peta yang mempunyai skala yang berbeda timbul karena adanya aspek generalisasi. Generalisasi itu sendiri dapat berarti pemilihan dan penyederhanaan elemen-elemen pada peta. Generalisasi muncul karena bertambahnya kepadatan isi peta oleh reduksi skala dan terbatasnya kemampuan mata dalam melihat ukuran minimum pada peta. Generalisasi berkaitan erat dengan skala peta dan tujuan pembuatan peta. Pada dasarnya generalisasi dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Generalisasi geometrik, yaitu lebih pada penyederhanaan bentuk
2. Generalisasi konseptual, yaitu lebih kepada penyederhanaan subyek yang dipetakan (dilakukan oleh orang yang mengerti tentang konsep unsur yang digambarkan)

Aspek generalisasi terdiri dari:
1. Pemilihan
2. Penyederhanaan
3. Penghilangan
4. Pembesaran/eksagerasi
5. Pergeseran tempat (displacement)
6. Menitik-beratkan (emphasizing)
7. Kombinasi
8. Klasifikasi

Cara generalisasi dapat dilakukan secara:
1. Langsung pada peta yang telah dikecilkan
2. Dilakukan pada peta asli sebelum dikecilkan
3. Dilakukan melalui skala perantara

This entry was posted on 8:41 AM and is filed under , . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

5 comments:

On Friday, August 14, 2009 1:17:00 AM , omahmiring said...

Bedanya INDRAJA ama SIG apa yah?

 
On Friday, August 14, 2009 1:38:00 AM , ardyan said...

mbak arfie postingannya teknik pemetaan mulu?
terinspirasi dari tugas kul ya?

 
On Thursday, August 20, 2009 5:17:00 PM , aziz miring said...

arfi ?

 
On Wednesday, September 09, 2009 10:49:00 AM , nahdhi said...

Ada award mbak. silahkan ambil di blog saya....

 
On Thursday, October 15, 2009 11:53:00 AM , ardyan said...

mampir mbak arvi..... :D