today, begin with survey in Dusun Pucanganom B and pucanganom B. last time i went to Pucanganom there's no special things, just karts and issues of waste and dryness. But, during the beginning of rainy season, the way to get Dusun Pucanganom so beautiful, the field so green and more dramatic view landscape. Even Gunung Kidul very well known with infertile land, but today I saw everybody happily go to farmland.
Arrived to Pucanganom B, I walked around to saw another “potential” problem beside waste issue. Otherwise, Pucanganom people have already electricity for their daily live needs. They used it for lamp, TV, and other thing. They also has been able to got news, report, or daily information from television, even in virtual any people do not read newspaper.
After that, I go to public hall of Pucanganom B, and I am glad to know the poster I give to them still hanging in the wall. The poster which explain about waste issue, about how to make good septic tank, how to make water sand filter, and how to make a good compos with bacteria. What a nice moment. And than I did interview with some people to know about water situation here after I leave this village. The result is there no water almost 2 months. Ya, I know it, why so hard to get water this few weeks, because of the water pump in Sindon does not working in this few day, there is maintenance in modul number 2, and there is plan to change a valve (ASK) so the water level generate from 12,0 (roughly) to 3,0 (roughly). So in this situation, the pump doesn’t work properly, both of Germany pump (modul) or PDAM pump. Im so sorry to hear that Pucanganom people does not get any water for daily activity.
Continue for next trip. I have plan to chose other road to go back to Wonosari. But I need some drink water. So I goes to Supermarket and buy some water. Without plan, I went to Sadeng Beach. The way to get Sadeng Beach so hard, zig zag street, up and down through the hills, otherwise, the view very nice. So much green tree, ya, because in dry season you will not get some tree without leaves.
At last, I reach the beach, but for me, that is not a beach, but a harbor, so much boat, and fish aroma. I go to in the corner of the Sadeng Beach. I meet some people there. They are so kind and said welcome to me. And I want to make a little interview with them. in this case, bribin water system network does not reach this area, because this area so far away about 80 minutes from bribin area. But, people in Kecamatan Girisubo made well beside their house. Other side, there is drill well. Based on the research in few years ago, this drill well can cover water needs of Kecamatan Girisubo people until 25 years later. Drill weel in Girisubo cover 13 dusun in Kelurahan Songbanyu, from the well, water transfer to Reservoir, and go to receptacle, finish at Songbanyu people’s house.
And how much money they spend to buy water if water doesn’t exist in dry season. People will spend money to buy 5000 liters water as much as IDR 120.000, and they will used it in 2-3 weeks. Is there another way to get water? Yes, they are. They will buy water IDR 250 per 5 liters or IDR 8.500 per meter cubic, but in this way not all people can reach the benefit. To get 1 m3 people must rent 200 m thin pipe as much as IDR 10.000, otherwise the water flows unstable. But let me show you another side, if they want to get water through this way, they must checked in list on water provider enterprise, and wait for one week or more. So, this method is piddle at all. People also said that the water they get was so dirty. They get the water full of oil beside the lime water, if they boiled the water, they can see clearly the oil move on top and the lime move down.
And at last, I go back to Wonosari. And not on purpose that I saw the pipe all along the way I drive. So much damage pipe I found, so much stolen part, and so much pipe that can’t use well anymore. How it can be. Every years the government spend so much money to maintenance the infrastructure, but why we can see clearly so much damage things. I just wish the best things for all of us.
Jika sebelumnya kita telah membahas masalah sampah yang identik dengan anggapan negatif, maka sekarang kita akan membahas bagaimana membalikan sampah yang identik dengan image negatif menjadi image positif. Sampah yang selalu kita kenal adalah benda yang kotor, berpotensi membawa penyakit atau virus, tempat bersarang nyamuk, dan hal buruk lain. serta sampah juga menjadi barang yang harus ditekan produksinya. Hal lainnya juga adalah sampah yang tidak ramah lingkungan harus ditekan dengan re-use, re-cycle, re-duce yang telah kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Upaya dalam menciptakan lingkungan yang sehat, salah satunya dengan mengolah sampah rumah tangga masih terus ditingkatkan sosialiasinya ke dalam komunitas atau masyarakat sekitar. Dengan mengolah sampah rumah tangga dari lingkungan terkecil yaitu keluarga maka akan dapat mengantisipasi timbulnya penyakit atau virus yang berbasis lingkungan.
Contoh penyakit yang berbasis lingkungan adalah Demam Berdarah, Leptospirosis, ISPA, dan yang lainnya.
Pengelolaan sampah sendiri terbagi menjadi 4 macam, yaitu (1) sistem pengeolaan sampah tradisional. Dalam sistem pengelolaan sampah yang seperti ini mesih dengan mengangkut sampah ke tempat pembuangan sampah sementara atau langsung kepada tempat sampah akhir, dan masih membutuhkan dana untuk retribusi dalam suatu wilayah cakupan yang masih relatif kecil. (2) sistem pengelolaan sampah kumpul angkut. Dengan sistem ini selain mengangkut sampah, masyarakat juga melakukan pengangkutan serta pengolahan sampah yang masih sangat sederhana dan cakupan wilayahnya lebih luas dibanding dengan sistem pengolahan sampah tradisional. (3) sistem pengolahan sampah mandiri. Dengan sistem ini masyarakat mulai memilah sampah yang mereka hasilkan sehari-hari. Selain itu itu mereka juga melakukan pengumpulan selain melakukan pengangkutan yang tentu saja sistemnya lebih baik daripada kedua sistem pengelolaan sampah yang telah disebutkan. Dengan sistem ini, masyarakat dapat mengontrol jumlah produksi sampah yang mereka hasilkan. Tentu saja sistem pengolahan sampah seperti ini juga menggunakan sistem retribusi dan cakupan layanan yang lebih luas lagi. Sistem ini juga telah memberikan dampak posistif dalam bidang kesehatan, bidang sosial ekonomi, terutama dalam bidang pendidikan. (4) sistem pengelolaan sampah tabungan sampah di bank sampah. Dengan sistem ini, masyarakat akan mendapatkan banyak keuntungan. Antara lain, cakupan layanan yang sangat luas bahkan kita dapat mengatur seberapa luas wilayah pelayanannya. Dalam prinsip pengelolaannya, sistem pengelolaan sampah dengan menabung di bank sampah terdapat proses pengangkutan sampah dan pembuangan atau pengelolaan sampah yang lebih baik dari pengelolaan sampah yang lainnya, namun juga kita dapat menemukan proses pemilahan, pengumpulan, mengendalikan jumlah sampah yang dibuang, dan diperlukan retribusi. Hal lain yang membedakan sistem ini dengan sistem lainnya adalah adanya mekanisme pengelolaan sampah dengan menabung. Tak hanya itu, dampak bagi kesehatan dan dampak terhadap sosial ekonomi dapat kita rasakan terlebih lagi manfaat terhadap pendidikan.
Dari sini dapat dilihat bahwa sistem pengelolaan sampah dengan menabung di bank sampah memiliki manfaat yang lebih banyak dibandingkan sistem pengelolaan sampah yang konvensional.
Sistem pengelolaan sampah di bank sampah sesuai dengan peraturan Undang-Undang no 18 Tahun 2008, bahwa dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah rumah tangga dan sejenisnya dengan cara pengurangan sampah, dan penanganan sampah, sistem pengelolaan sampah dengan menabung di bank sampah, menekankan juga pentingnya menggerakan masyarakat agar tahu dan mau berpartisipasi secara aktif dalam mengelola sampah rumah tangga.
Dalam sistem pengelolaan sampah dengan menabung di bank sampah ini, diperlukan partisipasi masyarakat. Dengan memberdayakan masyarakat maka sistem pengelolaan ini dapat berdiri secara mandiri tanpa bergantung kepada bantuan luar, serta kemandirian masyarakat dapat terwujud. Selain memberdayakan masyarakat, dalam upaya mewujudkan sistem pengelolaan sampah diperlukan juga upaya memberdayakan keluarga. Beberapa prinip dalam pemberdayaan masyarakat adalah (Suwerda, 2010) : menumbuhkembangkan potensi masyarakat, kontribusi masyarakat dalam pembangunan masyarakat, mengembangkan gotong royong, bekerjasama dengan masyarakat, kemitraan dengan organisasi di masyarakat, desentralisasi.
Setiap harinya manusia melakukan kegiatan yang tidak lepas dari sampah, sisa hasil produksi yang sudah tidak diperlukan lagi atau sudah tidak dapat ditarik manfaatnya. Sampah sendiri merupakan suatu benda yang memiliki dampak bagi lingkungan, sehingga lingkungan menjadi tidak seimbang.
Sampah juga akan berdampak buruk jika dibiarkan begitu saja. Sampah akan berdampak buruk bagi nilai estetika serta akan menimbulkan bau yang tidak sedap. Namun, apabila di bakar akan menimbulkan masalah baru, yaitu polusi udara. Lain halnya jika membuang sampah di sungai. Dampak yang akan timbul yaitu terjadinya pendangkalan permukaan air secara berkala maupun signifikan serta akan tejadi pencemaran air sungai karena proses pembusukan sampah yang ada di sungai.
Pada kenyataannya, sampah sudah menjalar dengan cepat mencemari tanah, badan air, dan udara di daerah perkotaan.
Sampah sendiri dibagi menjadi dua macam berdasarkan asalnya, sampah organik dan sampah anorganik.
Sampah sendiri dapat datang dari beberapa sumber. Antara lain :
1. Sampah rumah tangga, sampah golongan ini dihasilkan berupa sisa makanan, bahan dan peralatan rumah tangga yang sudh tidak terpakai lagi, bahan pembungkus yang telah tak terpakai, kertas, plastik, dan lain sebagainya sebagai hasil dari proses produksi domestik.
2. Sampah perdangan, tempat transaksi jual beli juga menjadi potensi besar dalam menghasilkan sampah. Seperti pasar, supermarket, toko, warung. Dari tempat perdagangan ini banayak sampah yang dihasilkan, dari alat pembungkus, bahan dagangan yang sudah rusak atau sudah tak terpakai lagi, kertas, plastik, karton, serta buah dan sayur.
3. Sampah industri. Sampah dari hasil industri dapat bermacam-macam jenisnya, tergantung kepada macam dan jumlah bahan yang digunakan indutri tersebut. Kegiatan industri yang menghasilkan sampah dalam jumlah besar sering kali dibuang di sekitar lokasi industri. Namun, ada pula kecenderungan mereka membuang sampah di laut, sungai, atau langsung ke kolam pembuangan yang tidak dilengkapi sistem penyaringan yang ramah lingkungan. Jika tempat industri berada di sekitar lingkungan yang padat penduduk maka limbah industri yang dibuang di lingkungan tersebut dapat menimbulkan keresahan warga sekitar karena polusi yang akan ditimbulkan, dan juga dampak bagi lingkungan tersebut.
Dari sini kita dapat melihat dampak sampah pada lingkungan :
1. Dampak terhadap kesehatan, sampah memiliki dampak buruk bagi kesehatan. Dari sampah sendiri dapat memicu timbulnya berbagai macam penyakit apabila tidak di kelola dengan baik. Karena dengan adanya tumpukan sampah maka akan berpotensi mengundang hewan serta organisme pembawa wabah penyakit untuk berkembang biak dan berkumpul.
Efek yang dapat ditimbulkan antara lain adalah :
- timbulnya wabah penyakit seperti kolera, malaria, diare, demam berdarah, serta penyakit lainnya. Dengan adanya organisme pembawa penyakit serta virus yang bercampur dengan air kemudian dikonsumsi oleh masyarakat.
- timbulnya penyakit kulit. Hal ini disebabkan virus atau bibit jamur yang terbawa di dalam air lalu air yang telah terkontaminasi jamur di gunakan oleh penduduk.
- sampah beracun. Sampah ini timbul di daerah industri logam dan industri kimia yang dibuang di laut serta di sungai sekitar lokasi industri. Sampah kimia yang paling besar kasusnya adalah air raksa (Ha) yang dihasilkan dari industri baterai dan akumulator.
2. Dampak terhadap lingkungan. Cairan sampah yang rembes ke dalam saluran badan air dan sistem drainase akan mencemari air bersih yang ada. Berbagai organisme bawah tanah serta sungai akan mati karena dipengaruhi oleh kadar polusi yang tinggi di lingkungan. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan ekosistem pada perairan secara biologis.
3. Dampak terhadap sosial ekonomi. Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat menyebabkan penurunan nilai estetika serta dapat membentuk lingkungan yang kurang sehat dan tidak kondusif. Secara tidak langsung bau tidak sedap dan pemandangan buruk dapat mempengaruhi perilaku masyarakat.
4. Dampak terhadap bidang pariwisata. Dengan pengelolaan sampah yang kurang baik dapat menurunkan angka kunjungan wisatawan yang ada. Daya tarik tempat wisata akan menurun dengan sampah yang bertebaran dimana mana. Hal ini berdampak buruk bagi devisa suatu daerah di lokasi kunjungan wisata. Pengelolaan sampah yang terpadu akan menjadi alternatif yang baik untuk dapat meningkatkan kondisi lingkungan yang sehat dan bebas dari sampah.
Pengelolaan sampah tak melulu masalah dari pemerintah pusat atau daerah. Pengelolaan sampah dapat dilakukan pada diri sendiri dan lingkungan keluarga. Penggunaan prinsip 4R (Reduce, Reuse, Recycle, Replace) akan dapat membantu pengelolaan sampah domestik untuk meningkatkan kebersihan lingkungan. Atau dalam kehidupan sehari hari kita dapat melakukan beberapa hal kecil, seperti belanja dengan hemat sehingga produksi sampah akan berkurang, penggunaan keranjang belanja kembali sehingga dapat menekan produksi sampah tas plastik harian, mengganti alat pembungkus dengan daun sehingga dapat hancur jika dibuang, jangan membuang sampah plastik di got, sungai, atau laut karena dapat membahayakan ekosistem air yang ada, serta mengolah sampah organik menjadi kompos, dan yang terakhir menggunakan sampah anorganik seperti kaleng untuk dijadikan pot. Bagi yang memiliki ide, kita dapat membuat barang daur ulang dari barang-barang bekas.
Ayo budayakan hidup bersih dan sehat. :-)
Perkembangan penelitian dan pemikiran geografi memunculkan berbagai macam definisi geografi. Namun dari berbagai defini tersebut terdapat kesamaan-kesamaan yang mendasar dalam pandangannya (Bintarto, 1991). Kesamaan pertama, objek studi geografi adalah permukaan bumi sebagai sasaran studi yang nyata dan bukan sesuatu yang abstrak. Kedua, studi geografi menekankan pada penyebaran manusia pada ruang (spatial organitation) dan kaitan manusia dengan lingkungannya. Ketiga, dalam studi geografi terdapat unsur-unsur utama seperti unsur jarak, unsur interaksi, unsur gerakan dan unsur penyebaran yang salig berkaitan dalam pembangunan. (Bintarto, 1988). Bintarto mengungkapkan bahwa geografi mempelajari hubungan kausal gejala-gejala muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi geografi mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di muka bumi dan peristiwa peristiwa di muka bumi baik yang fisikal maupun yang menyangkut makhluk hidup beserta permasalahannya, melalui pendekatan keruangan, ekologikal, dan regional untuk kepentingan program, proses, dan keterkaitan pembangunan.
Objek kajian geografi dapat dibagi dua, yakni objek material dan objek formal. Objek material yang umum dan luas, yaitu geosfer yang meliputi atmosfer, hidrosfer, biosfer, pedosfer, dan antroposfer. Objek formal, yang sampai sekarang merupakan kesepakatan, yaitu bahwa yang utama dalam geografi adalah sudut pandang atau cara pandang dan cara berfikir (the way how we look and we think at) terhadap suatu gejala di muka bumi baik yang bersifat fisik maupun sosial, yaitu sudut pandang dari atau “spatial setting”. Secara sederhanaan dapat diungkapkan bahwa dalam geografi selalu ditanyakan mengenai dimana gejala itu terjadi dan mengapa gejala tersebut dapat terjadi di tempat atau lokasi tersebut. (Bintarto, 1988)
Mengenai objek formal ini, menurut Heslinga dalam Bintarto (1988) dijelaskan bahwa terdapat tiga hal pokok dalam mempelajari objek formal dari sudut pandang keruangan, yaitu (a) Pola dari gejala tertentu di muka bumi (spatial pattern), (b) Keterkaitan dan hubungan sesama gejala antar gejala tersebut (spatial system), (c) Perkembangan atau perubahan yang terjadi pada gejala tersebut (spatial procces).
Tugas utama seorang geograf adalah mengindentifikasi permasalahan wilayah, mengenai faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh baik secara lagsung maupun tidak langsung. Mengidentifikais hubungan antar variabel yang berpengaruh dan menentukan munculnya permasalahan wilayah, mengidentifikasi dampak positif maupun dampak negatif dari suatu permasalahan yang timbul baik saat ini maupun saat yang akan datang dan akhirnya menentukan alternatif pemecahan yang preventif, akuratif, maupun inovatif (Yunus, 2004). Permasalahan wilayah adalah suatu fenomena (politik, ekonomi, sosial, budaya) yang telah atau akan memicu munculnya ancaman terhadap kesejahteraan kehidupan manusia ataupun eksistensi manusia itu sendiri baik dalam waktu pendek maupun dalam jangka waktu yang panjang.
Hubungan antara manusia dan alam, manusia dan ruang, manusia dan lokasi, sebagai objek material geografi tidak lepas dari perhatian politik (Short, 2003). Politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan itu. Harold lasswell menyebutkan politik adalah siapa mendapat apa, kapan, dan bagaimana (politics :who gets what, when, how). Dalam hal ini Lasswell mengkaitkan politik dengan pembagian kekuasaan dalam suatu negara (Budiarjo, 1977).
Gejala politik yang tertangkap oleh geograf adalah pengorganisasian ruang secara politis pada berbagai level, baik nasional, regional, maupun lokal (Daldjoeni, 1991). Menurut Hartstone dalam Glassner (1995) geografi politik merupakan studi tentang variasi fenomena politik suatu tempat dengan tempat lain dalam saling hubungan yang bervariasi pada permukaan bumi yang menjadi tempat tinggal manusia. Sebagai bagian dari geografi manusia, geografi politik memperhatikan salah satu aspek tertentu dari hubungan manusia dan alam, serta segala bentuk yang tipikal hubungan antara faktor-faktor geografi dan entitas politik (Weigert dalam Galssnerr, 1995). Pearcy dalam Bintarto (1988) berpendapat bahwa geografi politik adalah kajian perbedaan dan persamaan wilayah dalam karakter politik yang dihubungkan dengan perbedaan dan persamaan wilayah lainnya secara keseluruhan. Menurut Fellman (2003) geografi politik adalah kajian pengorganisasian dan persebaran fenomena politik termasuk pengaruhnya terhadap komponen keruangan sosial dan budaya. Diskhit dalam Daldjoeni (1991) dan Kaperson dan Minghi dalam Glassner (1995) mengemukakan secara sederhana bahwa geografi politik adalah analisis keruangan tentang fenomena politik. Fenomena politik yang terjadi di muka bumi ini sangat banyak dan sangat luas, sehingga geografi politik mempelajari geografi dari unit-unit politik dan ini dapat bervariasi menurut luas dan tipe unit, mulai dari kota, provinsi, negara, bahkan sampai dunia secara keseluruhan (Daldjoeni, 1991).
an>