Citra penginderaan jauh merupakan salah satu medium utama dalam geografi yang mampu memberikan gambaran ringkas namun menyeluruh (synoptic overview) mengenai fenomena spasial permukaan bumi. Berbeda halnya dengan peta, informasi yang tersaji pada citra penginderaan jauh pada dasarnya tanpa seleksi, kecuali seleksi dalam hal karakteristik objek yang terwakili oleh respon gelombang elektromagnetik pada spectrum terpilih. Perbedaan lain disbanding peta adalah bahwa informasi yang tersaji pada citra bersifat implicit. Disamping itu, citra penginderaan jauh biasanya belum memiliki keseragaman karakteristik geometri di sembarang posisi pada citar tersebut.
Foto udara merupakan medium yang paling awal digunakan dalam perkembangan teknik penginderaan jauh. Kelebihan foto udara terletak pada skalanya yang relatif besar (pada umumnya berkisar antara 1 : 2000 hingga 1 : 50.000, meskipun ada pula yang berskala 1 : 100.000), serta kemampuannya menyajikan informasi tiga dimensional bila diamati dengan stereoskop. Oleh karena itu, latihan dasar penegnalan pola fisiografi dan kesan kedalaman biasa dilakukan dengan menggunakan foto udara.
Penggunaan foto udara untuk mengetahui kondisi medan sabtat diuntungkan oleh kenampakan tiga dimensional yang dimilikinya. Oleh karena itu, foto udara merupakan titik tolak yang baik dalam analisis medan, yaitu dimulai dengan pembedaan kenampakan relief/topografi, kemiringan lereng, kerapatan alur, tingkat pengikisan, hingga pengenalan kelompok jenis batuan, dan bahkan karakteristik tanahnya.
Analisis medan merupakan kompbinasi antara cara berpikir deduktif dan induktif. Pemikiran induktif (serangkaian observasi tunggal ke kesimpulan umum) menjadi landasan dalam mengumpulkan fakta-fakta individu mengenai ketinggian berbagai titik, alur-alur lembah, kemiringan lereng, menjadi satuan-satuan medan. Pemikiran deduktif dilakukan ketika interpretasi atas satuan medan yang ada diarahkan ke penurunan sifat/karakteristik medan misalnya resistensi batuan, kedalaman tanah, tekstur tanah, drainase permukaan, dan sebagainya. Deduksi logis didasari oleh penelitian atau prinsip yang telah ada sebelumnya, yang menyatakan bahwa ada hubungan antara karakteristik medan/lahan yang tidak tampak dengan kondisi topografis/relief beserta polanya.