Teknik Pemetaan
Secara garis besar terdapat tiga teknik pemetaan yaitu sebagai berikut :
1. Pembacaan Peta
Pada tahap pertama dalam penggunaan peta pengguna mencoba mengidentifikasi simbol, membaca apa arti simbol. Untuk ini pengguna harus mengetahui terlebih dahulu bahasa peta. Bahasa peta yang dimaksud adalah informasi tepi peta yang meliputi : judul, nomor lembar peta, skala, orientasi, sumber pembuat peta, proyeksi, dan tidak lupa pula mengenai keterangan atau legenda. Jadi sebelum pengguna berusaha mengartikan simbol-simbol yang ada di dalam muka peta pengguna disarankan untuk mempelajari dulu informasi-informasi tepi peta termasuk di dalamnya adalah legenda. Dengan demikian begitu melihat simbol di dalam peta pengguna sudah tidak ada keragu-raguan mengenai makna ataupun bentuk unsur lingkungan yang tidak benar adalah pengguna langsung berusaha menterjemahkan arti simbol-simbol yang ada tanpa mempelajari legenda maupun informasi tepi peta yang lain terlebih dahulu (Sukwardjono dan Mas Sukoco, 1997).
2. Analisa Peta
Apabila sudah mengetahui apa yang digambarkan dalam peta, langkah selanjutnya adalah mengukur atau mencari nilai dari unsur-unsur tersebut. Pada tahap ini diperlukan berbagai peralatan untuk membantu menentukan nilai unsur yang bersangkutan. Unsur-unsur geografis yang digambarkan dalam peta dapat dikelompokkan menjadi :
1) Posisional, yakni unsur-unsur yang tidak mempunyai dimensi atau perluasan, misalnya: titik ketinggian, sumur pengeboran, pusat pelayanan dan sebagainya. Nilai dari unsur-unsur ini dapat dilihat angka yang ada atau dihitung dengan menjumlahkan titiknya;
2) Linear, yakni unsur yang mempunyai perluasan pada satu sisi atau unsur dimensi satu, misalnya: jalan, jalan kereta api, sungai, garis pantai, dan sebagainya. Untuk data linear ini nilai tergantung panjang- pendek unsur yang digambarkan;
3) Sedangkan unsur yang mempunyai bentuk perluasan atau yang berdimensi dua nilai ditentukan berdasar luasnya. Bahkan unsur yang berdimensi tiga dapat ditentukan volumenya misalnya volume waduk, jumlah curah hujan, volume cadangan bahan galian dan sebagainya. Dari tahap ini didapatkan suatu nilai, ataupun bentuk pola persebaran dari unsur yang digambarkan. Jadi dalam tahap analisis peta ini ciri utamanya adalah perhitungan ataupun pengamatan pola keruangan (Sukwardjono dan Mas Sukoco, 1997).
3. Interpretasi Peta
Menurut Sukwardjono dan Mas Sukoco (1997) pada tahap ketiga dalam penggunaan peta atau yang disebut interpretasi peta, pengguna berusaha mencari jawab mengapa di bagian tertentu terjadi pengelompokan (pola) yang berbeda dengan pola di bagian lain dari peta yang sama.
Peta sebagai rekaman lingkungan geografi baik fisik maupun sosial ekonomi sangat penting bagi manusia, sebagai alat observasi. Dalam mempergunakannya peta sesuai dengan kepentingannya antara satu dengan yang lain berbeda. Oleh karena itu cukuplah apabila untuk secara umum sampai pada tahap membaca saja, sedangkan untuk suatu kepentingan khusus perlu dipelajari penggunaan peta yang lebih lanjut sampai pada analisis maupun interpretasi peta.
Ketidaksamaan informasi yang disajikan pada berbagai peta yang mempunyai skala yang berbeda timbul karena adanya aspek generalisasi. Generalisasi itu sendiri dapat berarti pemilihan dan penyederhanaan elemen-elemen pada peta. Generalisasi muncul karena bertambahnya kepadatan isi peta oleh reduksi skala dan terbatasnya kemampuan mata dalam melihat ukuran minimum pada peta. Generalisasi berkaitan erat dengan skala peta dan tujuan pembuatan peta. Pada dasarnya generalisasi dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Generalisasi geometrik, yaitu lebih pada penyederhanaan bentuk
2. Generalisasi konseptual, yaitu lebih kepada penyederhanaan subyek yang dipetakan (dilakukan oleh orang yang mengerti tentang konsep unsur yang digambarkan)
Aspek generalisasi terdiri dari:
1. Pemilihan
2. Penyederhanaan
3. Penghilangan
4. Pembesaran/eksagerasi
5. Pergeseran tempat (displacement)
6. Menitik-beratkan (emphasizing)
7. Kombinasi
8. Klasifikasi
Cara generalisasi dapat dilakukan secara:
1. Langsung pada peta yang telah dikecilkan
2. Dilakukan pada peta asli sebelum dikecilkan
3. Dilakukan melalui skala perantara
Dari suatu pola spasial fenomena pada kawasan yang diamati pada Kabupaten Banyumas. Tentunya akan menimbulkan konsekuensi yang terjadi akibat adanya distribusi spasial. Untuk Kabupaten Banyumas sendiri komposisi dalam konsep tata ruang kota Kabupaten Banyumas tak seimbang antara kawasan permukiman, pertokoan, dan perkantoran. Hal tersebut disebabkan Sumber Daya Alam sebagai dasar penyusunan konsep tata ruang kota kurang diperhatikan. Sehingga dapat dikatakana tata ruang kotanya berpola campuran. Tentunya pertimbangannya adalah kurang jelasnya mana kawasan perkantoran, permukiman dan pertokoan. Untuk itu diperlukan suatu langkah dalam mengoptimalkan tata ruang kota Kabupaten Banyumas. Dimana cara yang sebaiknya dilakukan ialah penataan kawasan kota yang telanjur semrawut sebaiknya tidak diteruskan dengan menambah pusat keramaian baru seperti mal, supermarket, dan pusat perbelanjaan.
Penyusunan tata ruang kota seharusnya memperhatikan kondisi fisik seperti faktor ketersediaan air, tingkat kesuburan tanah, kemiringan atau reliaf tanah, ada tidaknya sungai, serta potensi bencana. Sedangkan untuk kondisi sosial budaya yang perlu diperhatikan ialah keseimbangan antara kebutuhan masyarakat dan potensi sumber daya alam. Serta perlu adanya langkah-langkah efektif yang perlu dilakukan oleh Pemda. Seperti pusat keramaian harus didistribusikan sampai ke pinggiran kota. Demikian juga penambahan ruang publik, taman, dan hutan kota yang tak dimiliki Kabupaten Banyumas. Namun hal tersebut masih perlu pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam perealisaiannya karena kendala lokasi yang strategis, sempitnya luasan arelnya. Konsekuensi lain yang perlu diperhatikan ialah masalah penambahan volume kendaraan yang menimbulkan kemacetan lalu lintas dan polusi udara. Untuk itu perlu dilakukan perluasan kota yang sebaiknya dilakukan kearah pinggiran seperti arah Sokaraja di timur serta ke selatan dan barat. Solusi lain yang perlu dilakukan ialah dengan pembuatan hutan kota. Hutan kota adalah areal yang kompak dan cukup luas yang berfungsi sebagai paru-paru kota dan harus ditempatkan di daerah padat aktivitas transportasi. Sedangkan untuk penambahan pusat pendidikan tidak jadi masalah, karena masih berada di dalam kota. Serta tingkat kesemrawutan jalan tidak separah apabila dibandingkan dengan menambah pusat keramaian.
Sementara itu untuk tata ruang desanya sendiri sudah cukup teratur. Hal ini dibuktian dengan sudah terpenuhinya fasilitas-fasilitas pendidikan, kesehatan yang sebanding dengan jumlah penduduk. Meskipun mulai timbul suatu konsekuensi yang harus diambil akibat dari perubahan penggunaan lahan yaitu banyak terjadi konversi lahan pertanian kelahan terbangun. Hal ini terjadi dikarenakan :
1. Lahan-lahan pertanian berada di lokasi-lokasi yang strategis untuk aktifitas dan pemukiman penduduk.
2. Laju pertumbuhan penduduk yang sangat cepat
3. Banyaknya penelantaran lahan sawah,
4. Land rent lahan pertanian lebih tinggi dari pada lahan lainnya
Konversi lahan sendiri memiliki dampak yang secara logis terjadi yaitu kenaikan produktifitas lahan dan penurunan sektor pertanian. Kenaikan produktifitas lahan disini berarti lahan lebih produktif dalam hal nilai jualnya. Karena fungsi lahan yang sudah berubah dari sawah menjadi permukiman. Sedangkan untuk penurunan sektor pertanian bila dilogikakan memang benar. Karena bila luasan lahan pertanin berkurang maka hasil dari sektor pertanian akan berkurang juga. Tapi melihat fakta dari data yang ada (Dinas Ketahanan Pangan). Produksi Pertanian untuk Kabupaten Banyumas masih cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Dengan pendistribusin yang cukup baik. Jadi dapat dikatakan konversi lahan pertanian ke lahan terbangun tidak selamanya menyebabkan penurunan sektor pertanian.
Suatu Pola spasial yang menandai adanya fenomena Perubahan Penggunaan Lahan maupun tata ruang dapat dicirikan karena adanya interkasi antar daerah (baik itu antar Kecamatan maupun Kelurahan) dalam suatu suatu kabupaten. Secara geografis suatu daerah yang berada dalam satu kawasan saling berhubungan dan mempengaruhi,
Metode yang umum digunakan untuk mengukur interaksi antar daerah adalah batas antar daerah. Batas antar daerah adalah suatu lokasi dimana kondisi ekonomi dapat berubah secara tiba-tiba akibat adanya perbedaan kebijakan pemerintah daerah yang berbatasan seperti dalam sistem retribusi pajak atau dalam biaya transportasi. Serta bisa juga diakibatkan kerena perubahan peruntukan penggunaaan lahan.
Dalam menganalisis interaksi spasial antar kecamatan di Kabupaten Banyumas di dasarkan pada beberapa hal yaitu :
a) Letak masing-masing kecamatan yang berbatasan langsung dengan kecamatan lainnya
b) Jarak antar masing-masing kecamatan
c) Keterkaitan antara kinerja sistim agropolitan dan kinerja pembangunan ekonomi daerah Kabupaten Banyumas;
Selanjutnya ialah kita menentukan kesesuaian jenis penggunaan lahan yang optimal pada setiap satuan lahan per Kecamatan yang mempertimbangkan baik kondisi fisik maupun ekonominya. Serta konservasi Sumberdaya Lingkungan untuk penggunaan yang akan datang. Cara penentuannya ialah dengan Evaluasi lahan. Evaluasi lahan adalah upaya penilaian atau penafsiran terhadap kinerja suatu lahan bila digunakan untuk suatu penggunaan. Evaluasi lahan mencakup dua aspek utama yaitu Sumber Daya Fisik (seperti curah hujan, lereng, tanah, dan land use), dan Sumber Daya Ekonomi seperti ukuran usaha tani, tingkat manajemen, ketersediaan tenaga kerja dan lain–lain. Dari evaluasi lahan inilah diharapkan dapat diketahui aktifitas penggunaan lahan (supply) dan jumlah pangan yang dikonsumsi masyarakat setempat (demand). Dalam hal ini ialah penggunaan lahan untuk pertanian.
Pola spasial penggunaan lahan yang diamati dalam lingkup kabupaten dapat dilakukan dengan metode transect. Pada dasarnya metode transect ini digunakan untuk mengetahui suatu perubahan peruntukan lahan pada kawasan yang dikaji. Pembuatan transect ini dimulai dari timur ke arah barat dengan pertimbangan :
1. Daerah yang dilalui transect lebih beragam dalam hal pemanfaatan ruang.
2. Kemiringan lereng yang relatif landai baik pada daerah Purwokerto.
3. Perubahan tata ruang yang lebih cepat pada daerah pinggiran kota
Pola spasial hasil pengamatan disepanjang transect dapat dilihat adanya perubahan penggunaan lahan yang sebelumnya didominasi oleh sawah dan perkubanan rakyat selanjutnya dijadikan areal permukiman, perubahan penggunaan lahan ini dinilai dari potensi lahan yang dimilki pada suatu daerah. Pada satu titik sampel dinilai dari kemiringan lereng pada daerah tersebut, jenis tanah yang dikaitkan dengan tingkat kesuburan tanah selain itu ketersediaan air pada titik sampel juga menjadi parameter dalam menilai potensi lahan. Sepanjang transect penggunaan lahan didominasi oleh permukiman.
Klasifikasi citra penginderaan jauh (inderaja) bertujuan untuk menghasilkan peta tematik, dimana tiap warna mewakili sebuah objek, misalkan hutan laut, sungai, sawah dan lain-lain (Agus Zainal Arifin dan Aniati Murni 2007).
Klasifikasi citra digital merupakan proses pengelompokan piksel ke dalam kelas-kelas tertentu. Hal ini sesuai dengan asumsi yang digunakan dalam klasifikasi multispektral ialah bahwa setiap objek dapat dibedakan dari yang lainnya berdasarkan nilai spektralnya (Projo Danoedoro,1996). Pada umumnya Klasifikasi citra digital yang digunakan adalah klasifikasi terselia (supervised).
Menurut Projo Danoedoro (1996) klasifikasi supervised ini melibatkan interaksi analis secara intensif, dimana analis menuntun proses klasifikasi dengan identifikasi objek pada citra (training area). Sehingga pengambilan sampel perlu dilakukan dengan mempertimbangkan pola spektral pada setiap panjang gelombang tertentu, sehingga diperoleh daerah acuan yang baik untuk mewakili suatu objek tertentu.
Geografi mempelajari hubungan kausal gejala muka bumi baik fisik maupun yang menyangkut makhluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan keruangan, ekologi dan regional untuk kepentingan program, proses dan keberhasilan pembangunan (Bintarto, 1987, dalam Nurhasan, 2002)
Secara umum Geografi dapat dibedakan dalam dua bahasan yaitu objek yang berkaitan dengan material (material object) dan objek formal (formal object). Objek material berkaitan dengan isi atau hakekat ilmu Geografi, sedangkan objek formal menekankan pada pendekatan keruangan. Telaah pendekatan keruangan atau spatial approach mengenai gejala-gejala fisik maupun gejala-gejala sosial (Astuti, 1998).
Fasilitas pelayanan merupakan suatu fenomena yang terjadi sebagai interaksi antara manusia dan lingkungan sosialnya yaitu kebutuhan akan fasilitas tersebut. Kedua aspek antara manusia dengan lingkungannya merupakan objek dari studi geografi. Dinamika yang terjadi dalam lingkungan sosial dapat menimbulkan penyediaan dan pembaruan sikap dan tindakan manusia terhadap lingkungan tempat di mana manusia itu berada. Adanya tuntutan kebutuhan akan pendidikan mengakibatkan manusia berupaya untuk menyediakan fasilitas yang dibutuhkan dan kemudian menjadi bagian dari lingkungan manusia itu berada.
Identifikasi yang dilakukan dapat dilihat dari pendekatan Geografi yang digunakan untuk analisis. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan keruangan.
Pendekatan keruangan merupakan salah satu ciri pendekatan dalam ilmu Geografi. Pendekatan keruangan mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat penting serta faktor-faktor yang berpengaruh dalam menentukan pola-pola penyebaran dan bagaimana pola-pola tersebut dapat diubah menjadi lebih efektif dan efisien.
Bintarto (1998) menyatakan bahwa dalam pendekatan keruangan terdapat unsur-unsur yang menjadi titik beratnya, yaitu :
- Jarak absolut maupun jarak relatif atau social distance.
- Site atau situasi yang erat hubungannya dengan sifat dan fungsi desa kota.
- Aksesibilitas yang berkaitan erat dengan topografi dan teknologi.
- Pola atau pattern yaitu perulangan fenomena atau gejala tertentu dalam geosfera.
Konsepsi Wilayah yang diterapkan adalah konsepsi Wilayah berdasarkan rank/hierarki, karena titik tolak tinjaunnya berdasarkan pada size (ukuran), function (fungsi), form (bentuk) dan faktor-faktor lain.
Pada suatu sistem pelayanan dan hierarki yang ada di dalamnya, konsep dan model dasarnya berkembang dari terbentuknya wilayah pelayanan secara spasial berdasarkan daya layan serta thresshold. Adanya daya layan serta thresshold tersebut kemudian yang pada nantinya akan membentuk suatu jaringan, hierarki dan sistem pelayanan
for every blogger in the world,,bagi seluruh umat manusia, i wanna asking help to you all..if anybody can give me advice or suggest about my blog that is error like this plis call me or write in comment of this article....plis...and thank you
jika ada orang yang bisa bantu aku buat benerin blogku yang kacau ini tolong hubungi aku atau tulis di kotak coment ya...atas perhatiaannya diucapkan terima kasih
I dunno what should i do. i think i can't face every problem clearly. i am stuck. many thing i must face alone but no one can hear me i am screaming loudly. i wanna cry but no one give me shoulder. i wanna cry but no one see me in the corner. i wanna cry but no one want to see me crying they said i just make pain in their ear. i wanna cry but i have no body. i wanna crying now...
Berikut adalah text lagu dari lagu give thanks to ALLAH...yang sangat kontroversi...banyak yang bilang ini dinyanyiin alm Michael Jackson...atau lebih akrab dipanggil jacko..may Allah bless u in peace..amin
Give thanks to Allah,
for the moon and the stars
prays in all day full,
what is and what was
take hold of your iman
dont givin to shaitan
oh you who believe please give thanks to Allah.
Allahu Ghefor Allahu Rahim Allahu yuhibo el Mohsinin,
hua Khalikhone hua Razikhone whahoa ala kolli sheiin khadir
Allah is Ghefor Allah is Rahim Allah is the one who loves the Mohsinin,
he is a creater, he is a sistainer and he is the one who has power over all.
Give thanks to Allah,
for the moon and the stars
prays in all day full,
what is and what was
take hold of your iman
dont givin to shaitan
oh you who believe please give thanks to Allah.
Allahu Ghefor Allahu Rahim Allahu yuhibo el Mohsinin,
hua Khalikhone hua Razikhone whahoa ala kolli sheiin khadir
Allah is Ghefor Allah is Rahim Allah is the one who loves the Mohsinin,
he is a creater, he is a sistainer and he is the one who has power over all
Statistik dalam praktek berhubungan dengan banyak angka hingga dapat diartikan sebagai ‘numerical description’. Dalam arti sempit statistik diartikan sebagai data, tetapi dalam arti luas statistik dapat diartikan sebagai alat, yaitu alat untuk menganalisis dan alat untuk membuat keputusan. Aplikasi ilmu statistik terbagi dalam dua bagian yaitu:
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk menjelaskan atau menggambarkan berbagai karakteristik data dan menganalisis suatu statistik hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.
Penelitian yang tidak menggunakan sampel analisisnya akan menggunakan statistik deskriptif. Demikian juga penelitian yang menggunakan sampel, tetapi peneliti tidak bermaksud untuk membuat kesimpulan populasi darimana sampel diambil, maka statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif. Dalam hal ini Teknik Regresi dan Korelasi juga dapat berperan sebagai statistik deskriptif.
2. Statistik Inferensial
Statistik Inferensial digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya digeneralisasikan untuk populasi dimana sampel diambil. Statistik inferensial berusaha membuat berbagai inferensi terhadap sekumpulan data yang berasal dari suatu sampel. Tindakan inrefensi tersebut seperi melakukan perkiraan, peramalan, pengambilan keputusan, dan sebagainya. Terdapat dua macam statistik inferensial yaitu Statistik Parametrik dan Statistik Non Parametrik. Statistik Parametrik terutama digunakan untuk menganalisis data interval atau rasio yang diambil dari populasi yang berdistribusi normal dan Statistik Non Parametrik digunakan untuk menganalisis data nominal dan ordinal dari populasi yang bebas distribusi, jadi tidak harus normal. Dalam hal ini Teknik Korelasi dan Regresi dapat berperan sebagai Statistik Inferensial
TIPE DATA STATISTIK
Dalam prakteknya statistik tidak bisa lepas dari data yang berupa angka, baik itu dalam statistik deskriptif yang menggambarkan data maupun statistik inferensial yang melakukan analisis terhadap data. Data hasil penelitian dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu data kualitatif dan kuantitatif.
1. Data Kualitatif
Data Kualitatif adalah data yang berbentuk kalimat, kata atau gambar. Data Kualitatif secara sederhana bisa disebut data yang bukan berupa angka. Data Kualitatif mempunyai ciri tidak bisa dilakukan operasi matematika, seperti penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Data kualitatif terbagi menjadi dua yaitu:
a. Nominal
Data bertipe nominal adalah data yang paling rendah dalam level pengukuran data. Jika suatu pengukuran data hanya menghasilkan satu dan hanya satu-satunya kategori maka data tersebut adalah data nominal.
b. Ordinal
Data ordinal adalah data yang berjenjang atau berbentuk peringkat. Jika pada data nominal semua data kategori dianggap sama, maka pada data ordinal terdapat tingkatan data. Pada data ordinal ada data dengan urutan lebih tinggi dan urutan lebih rendah. Data ordinal biasanya, makin kecil angkanya maka makin tinggi nilainya. Data ordinal ini dapat dibentuk dari data interval atau rasio. Namun data ordinal tidak dapat dilakukan operasi matematika.
2. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka,berbagai operasi matematika dapat dilakukan pada data kuantitatif. Data kuantitatif dapat dikelompokan menjadi dua besar yaitu data diskrit dan data kontinum.
a. Data diskrit
Data diskrit adalah data yang diperoleh dari hasil menghitung atau membilang (bukan mengukur). Misalnya jumlah desa ada 5, jumlah jenis kelamin ada 2, dan sebagainya. Data ini sering juga disebut dengan data nominal. Data nominal biasanya diperoleh dari penelitian yang bersifat eksploratif atau survey.
b. Data kontinum
Data kontinum adalah data yang diperoleh dari hasil pengukuran. Data kontinum dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu:
- Data ordinal adalah data yang berjenjang atau berbentuk peringkat. Oleh karena itu, jarak satu dengan yang lain mungkin tidak sama. Data ordinal biasanya, makin kecil angkanya maka makin tinggi nilainya. Misalnya, Juara I lebih baik dari Juara II; Eselon I lebih tinggi dari eselon II. Yang agak janggal adalah golongan I, mestinya lebih tinggi dari golongan II. Untuk PNS ternyata tidak bahkan sebaliknya. Menurut data in, Eselon I mestinya golongan gajinya juga I. Untuk PNS Eselon I golongan gajinya adalah IV hal ini jadi rancu. Data ordinal ini dapat dibentuk dari data interval atau rasio.
- Data interval adalah data yang jaraknya sama, tetapi tidak mempunyai nilai nol absolut (mutlak). Pada data ini walaupun datanya nol tetapi masih mempunyai nilai. Misalnya, nol derajat Celcius ternyata masih ada nilainya yaitu nol atau masih memiliki derajat panas dan dingin. Dalam penelitian sosial yang instrumennya menggunakan Skala Likert, Gulman, Semantic Differential dan Thurstone data yang diperoleh adalah data interval. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa data ini dapat dibuat menjadi data ordinal.
- Data rasio adalah data yang jaraknya sama dan mempunyai nilai nol absolut.
Jadi, jika data nol berarti tidak ada apa-apanya. Hasil pengukuran panjang (meter), berat (kg) adalah contoh data rasio.
in first time on 3 years left, i'm feeling what i shouldn't feeling, but this is what i'm waiting for 17 months, should i felling guilty for what i've done? no, i must say "thank's God" because i will free from my prison that's make me crying all over night last 3 years. I cant wait anymore. so my mom too.
Rasulullah bersabda:
عن أبي هريرة رضي الله تعالى عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (( إن الله يحب العطاس ويكره التثاؤب، فإذا عطس فحمد الله فحق على كل مسلم سمعه أن يشمته، وأما التثاؤب فإنما هو من الشيطان فليرده ما استطاع، فإذا قال: ها، ضحك منه الشيطان )) صحيح البخاري في الأدب 6223
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ta'alaa anhu, Rasulullah bersabda, "Sungguh Allah mencintai orang yang bersin dan membenci orang yang menguap, maka jika kalian bersin maka pujilah Allah, maka setiap orang yang mendengar pujian itu untuk menjawabnya; adapun menguap, maka itu dari syaitan, maka lawanlah itu sekuat tenagamu. Dan apabil seseorang menguap dan terdengar bunyi: Aaaa, maka syaitan pun tertawa karenanya". Shahih Bukhari, 6223.
Imam Ibn Hajar berkata, "Imam Al-Khathabi mengatakan bahwa makna cinta dan benci pada hadits di atas dikembalikan kepada sebab yang termaktub dalam hadits itu. Yaitu bahwa bersin terjadi karena badan yang kering dan pori-pori kulit terbuka, dan tidak tercapainya rasa kenyang. Ini berbeda dengan orang yang menguap. Menguap terjadi karena badan yang kekenyangan, dan badan terasa berat untuk beraktivitas, hal ini karena banyaknya makan . Bersin bisa menggerakkan orang untuk bisa beribadah, sedangkan menguap menjadikan orang itu malas (Fath-hul Baari: 10/6077)
Nabi menjelaskan bagaimana seseorang yang mendengar orang yang bersin dan memuji Allah agar membalas pujian tersebut.
Rasulullah bersabda:
(( إذا عطس أحدكم فليقل الحمد لله، وليقل له أخوه أو صاحبه: يرحمك الله، فإذا قال له يرحمك الله فليقل: يهديكم الله ويصلح بالكم )) صحيح البخاري في الأدب: 6224
Apabila salah seorang diantara kalian bersin, maka ucapkanlah Al-Hamdulillah, dan hendaklah orang yang mendengarnya menjawab dengan Yarhamukallahu, dan bila dijawab demikian, maka balaslah dengan ucapan Yahdikumullahu wa Yushlihubaalakum (HR. Bukhari, 6224)
Dan para dokter di zaman sekarang mengatakan, "Menguap adalah gejala yang menunjukkan bahwa otak dan tubuh orang tersebut membutuhkan oksigen dan nutrisi; dan karena organ pernafasan kurang dalam menyuplai oksigen kepada otak dan tubuh. Dan hal ini terjadi ketika kita sedang kantuk atau pusing, lesu, dan orang yang sedang menghadapi kematian. Dan menguap adalah aktivitas menghirup udara dalam-dalam melalui mulut, dan bukan mulut dengan cara biasa menarik nafas dalam-dalam !!! Karena mulut bukanlah organ yang disiapkan untuk menyaring udara seperti hidung. Maka, apabila mulut tetap dalam keadaan terbuka ketika menguap, maka masuk juga berbagai jenis mikroba dan debu, atau kutu bersamaan dengan masuknya udara ke dalam tubuh. Oleh karena itu, datang petunjuk nabawi yang mulia agar kita melawan "menguap" ini sekuat kemampuan kita, atau pun menutup mulut saat menguap dengan tangan kanan atau pun dengan punggung tangan kiri.
Bersin adalah lawan dari menguap yaitu keluarnya udara dengan keras, kuat disertai hentakan melalui dua lubang: hidung dan mulut. Maka akan terkuras dari badan bersamaan dengan bersin ini sejumlah hal seperti debu, haba' (sesuatu yang sangat kecil, di udara, yang hanya terlihat ketika ada sinar matahari), atau kutu, atau mikroba yang terkadang masuk ke dalam organ pernafasan. Oleh karena itu, secara tabiat, bersin datang dari Yang Maha Rahman (Pengasih), sebab padanya terdapat manfaat yang besar bagi tubuh. Dan menguap datang dari syaithan sebab ia mendatangkan bahaya bagi tubuh. Dan atas setiap orang hendaklah memuji Allah Yang Maha Suci Lagi Maha Tinggi ketika dia bersin, dan agar meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk ketika sedang menguap (Lihat Al-Haqa'iq Al-Thabiyah fii Al-Islam: hal 155)
sebenarnya menguap tidak menular....
penyebab menguap bukan dari virus. yang menyebabkan adalah, udara di dalam ruangan kadar o2 (oksigen) nya kurang, jadi sel darah merah fungsinya untuk mengikat o2, karena sel darah itu kurang makanya sel darah merah ini mereflek ke syaraf otak untuk secara reflek mengambil o2 lebih byk lewat mulut, itu namanya menguap. Alhasil setelah kita nguap kita merasa enak, dan agak segar....karena sel darah merah mengandung zat besi., dia harus punya bahan bakar untuk menghasilkanya, itu sangat penting untuk konsentrasi kita. Jadi secara medis gak menular....psikologi menjelaskan orang yang sedang ngantuk membawa pengaruh pada suasana.... misalnya kita lagi ngobrol bedua ma orang yg ngantuk , bisa jadi bawah sadar kita seakan terhipnotis oleh lawan bicara kita.... ada sebagian orang yang dapat terpengaruh ada pula yang dapat menangkis serangan hebat orang yang sedang menguap...
Mengapa Menguap Menular Tak Hanya Pada Manusia (Versi lain dari Emphaty)
Tak ada yang tahu pasti mengapa menguap bisa menular. Tidak cuma menular antarmanusia, tapi menguap juga menular antarsimpanse. Sebuah studi menunjukkan seekor simpanse menguap setelah menonton video yang memperlihatkan simpanse lainnya menguap.
Belum ada peneliti yang bisa memberikan penjelasan pasti. Misteri ini diperumit dengan cara penularan yang biasanya di bawah sadar. Ketika melihat seseorang menguap, hal itu menimbulkan keinginan kita untuk menirukan dan melakukannya, yang semuanya terjadi tanpa kita pikir.
Ternyata masalah yang sepintas terlihat sepele ini memancing rasa ingin tahu pemerintah Finlandia, yang membiayai studi pemindaian otak. Hasilnya membuktikan bahwa penularan umumnya terjadi tanpa disengaja. Diketahui pula penularan ini memotong sirkuit otak yang bertanggung jawab menganalisis dan menirukan tindakan orang lain.
Sirkuit ini disebut "sistem sel saraf-cermin" karena mengandung tipe sel otak khusus (neuron), yang menjadi aktif ketika pemiliknya melakukan sesuatu dan ketika dia merasakan orang lain melakukan hal yang sama.
Namun, dalam sebuah studi baru-baru ini, para ilmuwan dari Helsinki University of Technology dan Research Centre Julich, Jerman, tidak menemukan peranan sel ini dalam penularan kuap karena tidak terlihat aktivitas ekstra selama penularan kuap.
Penularan justru menonaktifkan wilayah periamygdalar kiri di otak. Makin kuat sukarelawan ingin menguap karena melihat kuapan orang lain, makin kuat deaktivasinya. "Penemuan ini adalah tanda penularan kuap secara neurophysiological," kata tim peneliti.
Terpisah dari mekanisme fisik otak penyebab penularan kuap, ilmuwan lain menduga fenomena ini adalah cara orang gua berkomunikasi. Penularan kuap membantu manusia purba mengkomunikasikan tingkat kewaspadaan kepada yang lain dan mengkoordinasi jadwal tidur.
"Sinkronisasi tingkah laku ini amat penting bagi kelangsungan hidup spesies dan bekerja tanpa pemahaman aksi, seperti gerombolan burung yang tiba-tiba ikut terbang ketika ada satu burung terbang sebagai peringatan adanya pemangsa," kata peneliti lainnya.
Kamu tahu, saat sedang bosan senang bahagia sedih atau apapun yang kamu rasakan sebaiknya kamu tuangkan dalam sebuah tulisan, sapa tau kamu butuh tulisan itu. Tapi tidak bagi aku. 2 bulan ini aku terlalu sibuk dengan kuliahku. Sampai-sampai aku gak sempat mainan apalagi ngisi blogku...boro-boro ngisi blog, buka aja baru hari ini setelah terakhir kali aku posting. Aku sampai lupa aku punya blog saking terkurasnya pikirannku sama tugas-tugas kuliah, sama pembahasan praktikum, sama ujian take home yang soalnya lebih susah daripada kalo kita ujian di kelas. Tapi aku akan coba kembali normal lagi dengan posting di rumahku ini. So welcome back arfie to JENDELA ILMU......
Allah Ta'ala berfirman: Dia membiarkan dua buah laut mengalir, kemudian keduanya bertemu; diantara keduanya ada batas yang tidak bisa dilampaui oleh masing-masingnya; maka nikmat Rabb-mu manakah yang kalian dustakan?; dari keduanya keluar mutiara dan marjan. (Q.S. Ar-Rahmaan)
Maksudnya adalah bahwa kedua laut itu adalah asin. Sebab, ayat-ayat di atas berbicara tentang laut dan apa yang keluar dari salah satu laut berupa marjan dan dari laut lainnya lagi berupa mutiara. Laut yang pertama rasanya asin, demikian juga yang kedua. Dan kapan manusia mengetahui bahwa laut yang asin itu berbeda-beda, dan bukannya laut yang memiliki kandungan sama. Hal ini tidak diketahui oleh manusia kecuali setelah mereka memasuki tahun 1942. Pada tahun 1873 manusia mengetahui bahwa ada tempat tertentu di dalam laut yang kandungan airnya berbeda-beda.
Ketika para peselancar melakukan selancar dan mengelilingi lautan dunia selama 3 tahun dengan menggunakan kapal, maka ini menjadi tonggak pembatas antara ilmu kelautan kuno, penuh dengan khurafat, dengan penelitian mendalam yang didasarkan kepada penelaahan atas fakta laut tersebut. Dan ini merupakan awal dari gelombang kemajuan ilmu pengetahuan bahwa laut yang asin memiliki kandungan air yang berbeda-beda. Dan sudah pernah dilakukan penelitian dan evaluasi terhadap penelitian ini bahwa air laut berbeda-beda kadar panas, berat jenis (BJ air), kandungan oksigen.
Dan pada tahun 1942, muncul untuk yang pertama kalinya sebuah hasil penelitian yang sangat panjang. Penelitian ini dilakukan oleh ratusan para peneliti dasar laut, dan mereka menemukan bahwa samudera atlantik bukanlah laut yang hanya merupakan satu lautan, akan tetapi samudera atlantik ternyata terdiri atas beberapa laut yang masing-masing berbeda. Masing-masing peneliti menemukan perbedaan dari masing-masing air laut yang mereka temui. Air laut di sebelah sana memiliki keistimewaan dan karakteristik tersendiri, demikian juga air laut bagian lainnya; masing-masing berbeda kadar suhu, BJ air, oksigennya, semuanya bersatu dalam satu samudera, altlantik......
Apalagi dengan laut-laut lain yang berbeda dan kemudian bertemu, seperti laut tengah, laut merah, laut atlantik, dan seperti laut merah dan teluk 'adn juga bertemu di satu tempat yang sempit.
Maka pada tahun 1942, untuk pertama kalinya kita mengetahui ada satu laut yang masing-masing bagian laut tersebut memiliki perbedaan dalam kandungan dan sifat-sifatnya, dan bertemu pada satu tempat tertentu.
Pada pakar kelautan (oceanolog) mengatakan bahwa sifat yang paling kentara dari laut dan airnya adalah bahwa laut dan airnya tidak pernah tetap ... tidak pernah tenang, dan hal yang paling terlihat adalah ia selalu bergerak, ... panjangnya, dan lebarnya, dan gelombang airnya, arah pergerakannya adalah diantara faktor-faktor yang sangat banyak yang mempengaruhi keadaan air laut.
Dari sini ada satu pertanyaan: Bila memang demikian keadaannya, maka kenapa air-air yang berbeda itu tidak bercampur dan tidak menyatu (melebur) menjadi satu jenis?" maka mereka pun mempelajari, meneliti, dan menelahnya. Dan akhirnya pun mereka menemukan jawabannya, yaitu bahwa ada "dinding air pembatas" yang memisahkan setiap pertemuan dua laut dalam satu tempat, baik di dasar samudera atau pun di dalam palung (jurang di dalam lautan). Tempat inilah yang ternyata memisahkan antara laut yang satu dengan laut yang lainnya. Akhirnya mereka pun dapat mengetahui batas laut ini dan bagaimana karakteristiknya. Akan tetepi dengan apakah mereka bisa mengetahuinya ? Apakah dengan kedua mata kita ...? Tidak, ... akan tetapi dengan meneliti secara mendetail dan rinci terhadap kandungan kadar garam, kadar suhu, BJ air. Dan hal-hal inilah yang tidak bisa dilihat oleh mata telanjang.
Pasar secara sederhana diartikan sebagai sebuah tempat bertemunya penjual dan pembeli yang melayani transaksi jual beli. Pada mulanya pasar hanya terdiri dari kios-kios atau gerai yang dibuka oleh penjual, yang pada umumnya menjual kebutuhan sehari-hari, pasar seperti ini dinamakan pasar tradisional. Namun seiring dengan perkembangan zaman dan adanya kemajuan pengetahuan dan teknologi, pasar mengalami perkembangan yang sangat cepat sehingga muncul pasar modern. Pasar modern tidak banyak berbeda dengan pasar tradisional, namun jenis pasar ini berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual hampir sama dengan pasar tradisional namun barang tersebut dapat bertahan lama.
Pasar Tradisional adalah suatu wadah yang menampung orang-orang dimana terdiri dari latar belakang yang berbeda, etnis dan agama namun dapat saling berinteraksi tanpa hambatan akan perbedaan tersebut. Human relations masih tetap eksis dimana tidak ditemukan di pasar modern, (yang justru mengarah pada individualistis). Sifat kegotong royongan masih terlihat dimana pada zaman moderen ini semangat itu sudah memudar. Melalui pasar tradisional, para petani kita masih bisa hidup dengan menjualkan hasil panennya dengan profit margin yang memuaskan. Uang dari penjualan hasil sumber alam kita masih berputar di dalam negeri kita sendiri dan rakyat mendapatkan manfaatnya.
Akibat kondisi fisik pasar tradisional yang memprihatinkan, masyarakat cenderung memilih berbelanja di pasar modern (swalayan, supermarket, hipermarket) walaupun harga barang di pasar modern lebih mahal dibanding harga barang di pasar tradisional. Selain itu, masyarakat lebih menyukai tempat berbelanja di pasar modern karena lebih bersih dan praktis. Pasar modern seperti hipermarket yang penuh dengan kenyamanan, cenderung menjual sayur-mayur dan buah-buahan impor dengan harga yang relatif mahal. Masyarakat tidak menyadari bahwa dengan cara seperti itulah mereka ikut berperan dalam mematikan pasar tradisional. Sayur-mayur dan buah-buahan impor akan mematikan peran petani lokal, yang akhirnya menciptakan pengangguran dan angka kemiskinan yang cenderung meningkat. Hal ini tanpa disadari akan berimbas pada rakyat Indonesia secara keseluruhan.
Dengan berbagai macam kelebihan yang ditawarkan, tentu saja dengan mudah pasar-pasar modern akan menarik perhatian masyarakat. Pangsa pasar yang selama ini dikuasai pasar tradisional perlahan tetapi pasti mulai beralih menuju pasar modern, ditambah dengan dukungan manajemen dan sistem informasi yang tertata rapi, bukan tidak mungkin pasar-pasar modern tersebut akan memimpin pasar dalam waktu sekejap. Fenomena ini bukan berarti bebas dari masalah, pasar-pasar modern yang umumnya hanya dikuasai oleh segolongan tertentu menggeser alokasi kekayaan dan distribusi barang dan jasa yang selama ini dikuasai pasar tradisional. Padahal, pasar-pasar tradisional justru menghidupi hajat hidup masyarakat dalam jumlah yang jauh lebih banyak. Apabila fenomena ini diacuhkan begitu saja, tentu pengaruh langsung maupun efek turunannya akan terasa sangat signifikan. Sebagai konsekuensi dari globalisasi dan liberalisasi ekonomi, cepat atau lambat pasar modern akan melakukan investasi untuk merebut pangsa pasar di Indonesia. Apalagi mereka menawarkan kenyamanan, keamanan, pengalaman baru dalam berbelanja, dan segala kelebihan lainnya.
Pasar tradisional harus mampu bersaing dengan pasar modern jika keberadaannya ingin terus dipertahankan. Upaya yang harus dilakukan adalah restrukturisasi pasar tradisional agar tetap mampu bersaing dan mempertahankan pangsa pasar yang telah dimiliki saat ini. Pasar tradisional bukan pasar yang akan tenggelam ditelan jaman, karena pasar tradisional tetap mempunyai konsumen loyal tersendiri. Bagaimana pun juga pasar-pasar modern tersebut tetap menjadi penggerak ekonomi masyarakat, sehingga perlu dicari solusi yang arif dan bijak agar keberadaan keduanya dapat saling melengkapi, bukan saling membunuh satu sama lain.
peta mencerminkan berbagai tipe informasi dari unsur muka bumi maupun yang ada kaitanya dengan muka bumi. Dengan demikian peta merupakan sumber informasi yang baik karena pata dapat langsung secara visual memberikan informasi mengenai pola persebaran kerukunan dari unsur-unsur yang digambarkan.
Untuk dapat menggunakan peta secara baik, terdapat pentahapan dalam penggunaannya.
Ada tiga tahap dalam mengunakan peta yaitu:
1. Membaca peta (map reading) yaitu lebih pada pengidetifikasian simbol dan membaca arti simbol.
2. Analisa peta (map analysis) yaitu amapu mengetahui apa yang digambarkan pada peta, dan dilanjutkan dengan mengukur atau mencari nilai dari unsur-unsur tesebut.
3. Interpretasi peta (map interpretation) yaitu lebih pada mencari jawaban mengapa dibagian tertentu telah terjadi pola yang berbeda dengan pola dibagian lain pada peta yang sama.
Ketidaksamaan informasi yang disajikan pada berbagai peta yang mempunyai skala yang berbeda timbul karena adanya aspek generalisasi. Generalisasi itu sendiri dapat berarti penyederhanaan atau pemilihan elemen-elemen pada peta. Generalisasi muncul karena kepadatan isi peta oleh reduksi skala dan terbatasnya kemampuan mata dalam melihat ukuran minimum pada peta.Generalisasi berkatitan erat dengan skala peta dan tujuan pembuatan peta.
Pada dasarnya generalisasi dikelompokan menjadi dua, yaitu :
a. Generaliusasi geometrik; yaitu lebih kepada penyederhanaan bentuk.
b. Generalisasi konsepsual; yaitu lebih kepada penyederhanan subjek yang dipetakan (dilakukan oleh orang yang mengerti konsep tentang unsur yang digambarkan).
Aspek generalisasi terdiri dari:
1. Pemilihan.
2. Penyederhanaan.
3. Penghilangan.
4. Pembesaran/eksagerasi.
5. Penggeseran tempat (displacement).
6. Menitik-beratkan (emphasizing).
7. Kombinasi, dan
8. Klasifikasi
Sedangkan cara generalisasi dapat dilakukan secara;
a. Langsung pada peta yang telah dikecilkan.
b. Dilakukan pada peta asli sebelum dikecilkan.
c. Dilakukan dengan melalui skala perantara.
" Jika kau senang melihat pekerjaanku
Jika kau takut ketika aku marah sehingga menjadikanmu benci sejenak
Jika kau menyukaiku atau kau mencintaiku, katakan padaku sekarang, jangan sembunyikan kata hatimu sampai sang Ustad berpidato dan aku terbaring dengan bunga2 diatas kening tubuhku karena betapapun kau berteriak, aku tidak peduli, aku tidak bisa melihat betapa air mata yang kau teteskan. Kalau memang kau pikir aku layak atas sebuah pujian sekarang adalah saat untuk memberikannya padaku, karena aku tidak akan bisa membaca nisanku setelah mati. "
Teks kuno Kitab Suci (atau teks apa pun) secara metaforis dapat diperlakukan sebagai sebuah “jendela” (atau sebuah teropong atau sebuah lubang kunci atau sebagai sebuah jembatan). Ketika berhadapan dengan sebuah jendela, orang tidak tertawan oleh papan jendela, tetapi membukanya, lalu melalui jendela itu ia memandang ke dunia di luar jendela, dunia yang lain.
Teks kuno Kitab Suci (atau teks apa pun) secara metaforis dapat diperlakukan sebagai sebuah “jendela” (atau sebuah teropong atau sebuah lubang kunci atau sebagai sebuah jembatan). Ketika berhadapan dengan sebuah jendela, orang tidak tertawan oleh papan jendela, tetapi membukanya, lalu melalui jendela itu ia memandang ke dunia di luar jendela, dunia yang lain. Demikian juga, ketika orang memegang sebuah teropong, ia tidak berhenti hanya pada memandangi saja teropong itu, tetapi menggunakannya untuk melihat suatu kawasan atau dunia yang lain di tempat yang jauh darinya.
Dengan teks sebagai sebuah jendela, maka ketika si pembaca (atau si penafsir) memandang kepada teks, ia tidak sedang memandang kepada teks itu sendiri, tetapi kepada dunia di balik teks. Dengan demikian, ia memandang kepada sejarah teks (the history of text) dan kepada komunitas (atau individu) yang menghasilkan teks itu dalam sejarah, Untuk sampai pada bentuknya yang sekarang (bentuk kanonik, bentuk yang dipandang normatif), teks suci telah melewati sejarah pembentukan, penyusunan, penerusan dan perkembangannya, dari bentuk awalnya (bisa sederhana) yang bisa berbentuk tradisi lisan atau pun tradisi tertulis, sampai kepada bentuk final (bisa lebih rumit) sebagai teks seperti yang sekarang dimiliki si penafsir. Pembentukan, penyusunan, penerusan dan perkembangan teks ini berlangsung di dalam komunitas asali penghasil teks itu dan di dalam komunitas-komunitas lanjutan yang menyunting atau memelihara teks itu sebagai tradisi warisan. Penyusunan teks suci dan segala perubahan yang terjadi pada teks di dalam sejarah penerusan dan perkembangannya mencerminkan juga situasi dan kondisi sosial-budaya dan politis riil yang sedang dihadapi komunitas-komunitas yang memiliki hubungan dengan teks itu. Sosiologi pengetahuan telah berhasil menyingkapkan bahwa selalu ada relasi timbal balik antara teks yang disusun dan berkembang dengan sejarah sosial komunitas penghasil dan penerus teks itu.
Ketika orang melakukan penelitian terhadap sejarah teks, ia sedang melakukan penelitian dengan pendekatan diakronik (dari dua kata Yunani: dia + khronos; artinya "melintasi" atau "melewati perjalanan waktu"). Ketika si penafsir meneliti sejarah teks, ia sebetulnya sedang merekonstruksi bentuk-bentuk teks, dari bentuk awalnya (lisan atau pun tulisan) sampai mencapai bentuk teks akhir kanoniknya. Usaha penelitian dan rekonstruksi semacam ini disebut kritik bentuk (form criticism). Selain itu, si penafsir masih harus bisa menempatkan bentuk-bentuk teks yang sudah direkonstruksi itu dalam konteks-konteks riil kehidupan (Sitzen im Leben) komunitas-komunitas penghasil, pemelihara dan pengembang teks. Ia juga masih harus menemukan apa fungsi-fungsi teks itu dalam Sitzen im Leben-nya. Usaha-usaha rekonstruktif ini, dengan dilengkapi oleh analisis-analisis sosiologis-antropologis, akan bermuara pada deskripsi sejarah sosial komunitas yang menghasilkan dan mengembangkan teks itu, sebab, seperti telah dikatakan di atas, antara teks dan komunitas penghasil teks selalu ada interaksi.
Pendekatan diakronik yang memperlakukan teks suci sebagai jendela ini dipakai oleh setiap pendekatan kritis historis (historical criticism) terhadap teks suci. Form criticism adalah salah satu bentuk dari kritik historis. Pendekatan diakronik historis kritis ini memang tidak disukai kalangan keagamaan konservatif fundamentalis, yang umumnya bisa sangat cemas ketika sejarah suatu teks diteliti, sebab mereka kuatir dengan meneliti sejarah suatu teks (dus berarti juga meneliti sejarah komunitas-komunitas penghasil, penerus dan penyunting teks) atau dengan mengetahui maksud-maksud para penulisnya dulu, kemapanan dogma atau akidah ortodoks yang didasarkan pada suatu tafsiran tunggal atas teks akhir kanonik akan jadi terguncang. Pendekatan diakronik historis kritis ini menyadarkan orang bahwa ada tempat di zaman dulu untuk setiap teks suci, dan setiap teks suci memiliki tempatnya masing-masing di zaman dulu. Beragama itu selalu harus dalam suatu konteks, tidak bisa untuk segala konteks. Kesadaran semacam ini membebaskan, bukan memenjarakan, orang.
Kalangan keagamaan konservatif lebih memilih memperlakukan teks suci sebagai sebuah “cermin” atau sebagai permukaan air bening di danau. Ketika orang memandang sebuah cermin, ia tidak sedang memandang ke ruangan atau dunia di balik cermin, tetapi kepada cermin itu sendiri dan sekaligus kepada gambar dirinya di dalam cermin itu. Ketika orang memandang cermin, orang akan menemukan kalau cermin itu memiliki dunianya sendiri dan ia terhisap ke dalamnya.
Ketika teks suci diperlakukan sebagai sebuah cermin, si pembaca atau si penafsir teks tidak sedang melihat ke dunia di balik teks (seperti pada pendekatan teks sebagai jendela), melainkan kepada teks sendiri dengan dunianya sendiri (text world), dan sekaligus kepada dirinya dan dunianya yang terhisab ke dalam teks. Fokus tertuju kepada dunia teks atau dunia kisah (story world) di dalam teks akhir kanonik yang normatif, bukan kepada dunia si penulis teks dulu, bukan kepada sejarah teks, dan juga bukan kepada bentuk-bentuk teks sebelum mencapai bentuk akhirnya. Ke dalam dunia teks atau dunia kisah inilah si penafsir memasukkan dirinya, supaya ia bisa ikut serta menentukan makna atau pesan teks yang sedang dibacanya dalam bentuk akhir kanoniknya. Bak seorang anak yang sangat terpesona memandang sebuah lukisan indah dan karenanya ingin menyatu dengan lukisan itu dan ingin mengambil peran menentukan di dalam dunia lukisan.
Ketika teks diperlakukan sebagai sebuah cermin, subyektivitas si pembaca atau si penafsir sangat menentukan apa yang akan menjadi makna teks yang akan diperoleh. Pendekatan ini disebut pendekatan sinkronik (dari dua kata Yunani: syn + khronos; artinya: "bersamaan waktu", atau lebih tepat: pendekatan a-historis atau a-temporal), sebab pendekatan ini tidak mau meneliti sejarah teks di masa lalu, tetapi hanya mau mencari makna teks yang muncul ketika si pembaca atau si penafsir berinteraksi dengan dan bersama teks dalam proses pembacaan teks. Para pembela pendekatan ini biasa mengatakan "penulis aslinya sudah mati", jadi tidak perlu diperhatikan.
Karena peran si penafsir teks di masa kini sangat besar dalam menentukan makna teks yang akan didapat, maka pendekatan ini memang sangat subyektif. Setiap penafsir bisa menemukan beragam makna dan pesan dari suatu teks, bergantung pada kondisi mental dan dunia sosial-intelektual dan religiusnya. Metode tafsir "reader-response criticism" dan "strukturalisme" ada dalam jalur pendekatan tafsir yang sinkronik subyektif ini.
Dengan pendekatan sinkronik dan subyektif ini, si pembaca teks yang warna teologinya konservatif akan menemukan di dalam teks segala sesuatu yang dibutuhkan untuk ia mempertahankan dogma atau akidah konservatifnya itu. Tidak ada patokan atau rambu-rambu untuk menetapkan yang ini makna teks, bukan yang itu; sebab makna teks tergantung pada si pembaca atau si penafsir. Pendekatan ini, karena sangat subyektif, menimbulkan banyak problem hermeneutik dan epistemologis. Contoh: Apakah karena si penulis surat wasiat sudah mati, maka isi surat wasiat itu boleh ditafsir sembarang saja menurut kemauan si ahli waris? Juga, jika semua tokoh sejarah di masa lampau sudah mati, apakah setiap historiografi boleh ditulis sembarang saja menurut ideologi si penulis sejarah? Jawab untuk keduanya tentu Tidak! Tambahan pula, dengan memandang si penulis asli teks dulu sudah mati, maka si penafsir masa kini secara subyektif telah mengambil peran sebagai penulis teks itu sendiri yang berhak menentukan makna atau pesan teks.
Konservatisme religius memang kerap kali dipertahankan bukan dengan penggalian teks-teks suci secara kritis historis, tetapi dengan memakai wewenang para tokoh religius yang diberi kuasa mutlak untuk secara subyektif menentukan makna teks suci. []
* Dr. Ioanes Rakhmat, pengamat sosial keagamaan, tinggal di Jakarta
Policy analysis or policy studies can be defined as "determining which of various alternative policies will most achieve a given set of goals in light of the relations between the policies and the goals" [1]. However, policy analysis can be divided into two major fields. Analysis of policy is analytical and descriptive, i.e. it attempts to explain policies and its development. Analysis for policy is prescriptive, i.e. it is involved with formulating policies and proposals (e.g. to improve social welfare)[2]. It depends on the area of interest and the purpose of analysis to determine what type of analysis is conducted.
It is frequently deployed in the public sector but is equally applicable to other kinds of organizations. Most policy analysts have graduated from public policy schools with public policy degrees. Policy analysis has its roots in systems analysis as instituted by United States Secretary of Defense Robert McNamara during the Vietnam War.[3]
Policy analysts can come from many backgrounds including sociology, psychology, economics, geography, law, political science, public policy, social work, environmental planning and public administration.
Approaches to policy analysis
Although various approaches to policy analysis exist, three general approaches can be distinguished: the analycentric, the policy process, and the meta-policy approach[4].
The analycentric approach focuses on individual problems and its solutions; its scope is the micro-scale and its problem interpretation is usually of a technical nature. The primary aim is to identify the most effective and efficient solution in technical and economic terms (e.g. the most efficient allocation of resources).
The policy process approach puts its focal point onto political processes and involved stakeholders; its scope is the meso-scale and its problem interpretation is usually of a political nature. It aims at determining what processes and means are used and tries to explain the role and influence of stakeholders within the policy process. By changing the relative power and influence of certain groups (e.g enhancing public participation and consultation), solutions to problems may be identified.
The meta-policy approach is a systems and context approach, i.e. its scope is the macro-scale and its problem interpretation is usually of a structural nature. It aims at explaining the contextual factors of the policy process, i.e. what are the political, economic and socio-cultural factors influencing it. As problems may result because of structural factors, e.g. a certain economic system or certain political institutions, solutions may include the change of the structure itself.
Methodology
Policy analysis is methodologically diverse using both qualitative methods and quantitative methods, including case studies, survey research, statistical analysis, and model building among others. One common methodology is to define the problem and evaluation criteria; identify all alternatives; evaluate them; and recommend the best policy option.
Models of policy analysis
Many models exist to analyze the creation and application of public policy. Analysts use these models to identify important aspects of policy, as well as explain and predict policy and its consequences.
Some models are:
Institutional model
Public policy is determined by political institutions, which give policy legitimacy. Government universally applies policy to all citizens of society and monopolizes the use of force in applying policy.
Process model
Policy creation is a process following these steps:
• Identification of a problem and demand for government action.
• Formulation of policy proposals by various parties (e.g, congressional committees, think tanks, interest groups).
• Selection and enactment of policy; this is known as Policy Legitimation.
• Evaluation of policy.
Rational model
Policy is intended to achieve maximum social gain. Rationally, the policy that maximizes benefits while minimizing costs is the best policy. It is a part of rational choice theory.
Incremental model
Policy is a continuation of previous government activity, with minimal changes made to previous policy.
Group model
The political system's role is to establish and enforce compromise between various, conflicting interests in society.
Elite model
Policy is a reflection of the interests of those individuals within a society that have the most power, rather than the demands of the masses.
1.Nagel, Stuart S. (Ed.), 1999, Policy Analysis Methods. New Science Publishers, Inc.
2.Bührs, Ton and Bartlett, Robert V., 1993. Environmental Policy in New Zealand. The Politics of Clean and Green. Oxford University Press
3.Radin, Beryl (2000), Beyond Machiavelli : Policy Analysis Comes of Age. Georgetown University Press.
4.see Bührs, Ton and Bartlett, Robert V., 1993. Environmental Policy in New Zealand. The Politics of Clean and Green. Oxford University Press
1.Nagel, Stuart S. (Ed.), 1999, Policy Analysis Methods. New Science Publishers, Inc.
2.Bührs, Ton and Bartlett, Robert V., 1993. Environmental Policy in New Zealand. The Politics of Clean and Green. Oxford University Press
3.Radin, Beryl (2000), Beyond Machiavelli : Policy Analysis Comes of Age. Georgetown University Press.
4.see Bührs, Ton and Bartlett, Robert V., 1993. Environmental Policy in New Zealand. The Politics of Clean and Green. Oxford University Press
Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah tangga keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan faktor-faktor produksi selama satu tahun
Sejarah
Konsep pendapatan nasional pertama kali dicetuskan oleh Sir William Petty dari Inggris yang berusaha menaksir pendapatan nasional Inggris pada tahun 1665. Dalam perhitungannya, ia menggunakan anggapan bahwa pendapatan nasional merupakan penjumlahan biaya hidup (konsumsi) selama setahun. Namun, pendapat tersebut tidak disepakati oleh para ahli ekonomi modern, sebab menurut pandangan ilmu ekonomi modern, konsumsi bukanlah satu-satunya unsur dalam perhitungan pendapatan nasional. Menurut mereka, alat utama sebagai pengukur kegiatan perekonomian adalah Produk Nasional Bruto (Gross National Product, GNP), yaitu seluruh jumlah barang dan jasa yang dihasilkan tiap tahun oleh negara yang bersangkutan diukur menurut harga pasar.
Konsep
Berikut adalah beberapa konsep pendapatan nasional
• Produk Domestik Bruto (GDP)
Produk domestik bruto (Gross Domestic Product) merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor.
Pendapatan nasional merupakan salah satu ukuran pertumbuhan ekonomi suatu negara
• Produk Nasional Bruto (GNP)
Produk Nasional Bruto (Gross National Product) atau PNB meliputi nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara (nasional) selama satu tahun; termasuk hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara yang berada di luar negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi di wilayah negara tersebut.
• Produk Nasional Neto (NNP)
Produk Nasional Neto (Net National Product) adalah GNP dikurangi depresiasi atau penyusutan barang modal (sering pula disebut replacement). Replacement penggantian barang modal/penyusutan bagi peralatan produski yang dipakai dalam proses produksi umumnya bersifat taksiran sehingga mungkin saja kurang tepat dan dapat menimbulkan kesalahan meskipun relatif kecil.
• Pendapatan Nasional Neto (NNI)
Pendapatan Nasional Neto (Net National Income) adalah pendapatan yang dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai pemilik faktor produksi. Besarnya NNI dapat diperoleh dari NNP dikurang pajak tidak langsung. Yang dimaksud pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain seperti pajak penjualan, pajak hadiah, dll.
• Pendapatan Perseorangan (PI)
Pendapatan perseorangan (Personal Income)adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan apapun. Pendapatan perseorangan juga menghitung pembayaran transfer (transfer payment). Transfer payment adalah penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas jasa produksi tahun ini, melainkan diambil dari sebagian pendapatan nasional tahun lalu, contoh pembayaran dana pensiunan, tunjangan sosial bagi para pengangguran, bekas pejuang, bunga utang pemerintah, dan sebagainya. Untuk mendapatkan jumlah pendapatan perseorangan, NNI harus dikurangi dengan pajak laba perusahaan (pajak yang dibayar setiap badan usaha kepada pemerintah), laba yang tidak dibagi (sejumlah laba yang tetap ditahan di dalam perusahaan untuk beberapa tujuan tertentu misalnya keperluan perluasan perusahaan), dan iuran pensiun (iuran yang dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan setiap perusahaan dengan maksud untuk dibayarkan kembali setelah tenaga kerja tersebut tidak lagi bekerja).
• Pendapatan yang siap dibelanjakan (DI)
Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income) adalah pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi. Disposable income ini diperoleh dari personal income (PI) dikurangi dengan pajak langsung. Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib pajak, contohnya pajak pendapatan.
Penghitungan
Jasa perbankan turut mempengaruhi besarnya pendapatan nasional
Pendapatan negara dapat dihitung dengan tiga pendekatan, yaitu:
• Pendekatan pendapatan, dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan (upah, sewa, bunga, dan laba) yang diterima rumah tangga konsumsi dalam suatu negara selama satu periode tertentu sebagai imbalan atas faktor-faktor produksi yang diberikan kepada perusahaan.
• Pendekatan produksi, dengan cara menjumlahkan nilai seluruh produk yang dihasilkan suatu negara dari bidang industri, agraris, ekstraktif, jasa, dan niaga selama satu periode tertentu. Nilai produk yang dihitung dengan pendekatan ini adalah nilai jasa dan barang jadi (bukan bahan mentah atau barang setengah jadi).
• Pendekatan pengeluaran, dengan cara menghitung jumlah seluruh pengeluaran untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara selama satu periode tertentu. Perhitungan dengan pendekatan ini dilakukan dengan menghitung pengeluaran yang dilakukan oleh empat pelaku kegiatan ekonomi negara, yaitu: Rumah tangga (Consumption), pemerintah (Goverment), pengeluaran investasi (Investment), dan selisih antara nilai ekspor dikurangi impor (X − M)
Manfaat
Selain bertujuan untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu negara dan untuk mendapatkan data-data terperinci mengenai seluruh barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara selama satu periode, perhitungan pendapatan nasional juga memiliki manfaat-manfaat lain, diantaranya untuk mengetahui dan menelaah struktur perekonomian nasional. Data pendapatan nasional dapat digunakan untuk menggolongkan suatu negara menjadi negara industri, pertanian, atau negara jasa. Contohnya, berdasarkan pehitungan pendapatan nasional dapat diketahui bahwa Indonesia termasuk negara pertanian atau agraris, Jepang merupakan negara industri, Singapura termasuk negara yang unggul di sektor jasa, dan sebagainya.
Disamping itu, data pendapatan nasional juga dapat digunakan untuk menentukan besarnya kontribusi berbagai sektor perekomian terhadap pendapatan nasional, misalnya sektor pertanian, pertambangan, industri, perdaganan, jasa, dan sebagainya. Data tersebut juga digunakan untuk membandingkan kemajuan perekonomian dari waktu ke waktu, membandingkan perekonomian antarnegara atau antardaerah, dan sebagai landasan perumusan kebijakan pemerintah.
Faktor yang memengaruhi
• Permintaan dan penawaran agregat
Permintaan agregat menunjukkan hubungan antara keseluruhan permintaan terhadap barang-barang dan jasa sesuai dengan tingkat harga. Permintaan agregat adalah suatu daftar dari keseluruhan barang dan jasa yang akan dibeli oleh sektor-sektor ekonomi pada berbagai tingkat harga, sedangkan penawaran agregat menunjukkan hubungan antara keseluruhan penawaran barang-barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan dengan tingkat harga tertentu.
Konsumsi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pendapatan nasional
Jika terjadi perubahan permintaan atau penawaran agregat, maka perubahan tersebut akan menimbulkan perubahan-perubahan pada tingkat harga, tingkat pengangguran dan tingkat kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Adanya kenaikan pada permintaan agregat cenderung mengakibatkan kenaikan tingkat harga dan output nasional (pendapatan nasional), yang selanjutnya akan mengurangi tingkat pengangguran. Penurunan pada tingkat penawaran agregat cenderung menaikkan harga, tetapi akan menurunkan output nasional (pendapatan nasional) dan menambah pengangguran.
• Konsumsi dan tabungan
Konsumsi adalah pengeluaran total untuk memperoleh barang-barang dan jasa dalam suatu perekonomian dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun), sedangkan tabungan (saving) adalah bagian dari pendapatan yang tidak dikeluarkan untuk konsumsi. Antara konsumsi, pendapatan, dan tabungan sangat erat hubungannya. Hal ini dapat kita lihat dari pendapat Keynes yang dikenal dengan psychological consumption yang membahas tingkah laku masyarakat dalam konsumsi jika dihubungkan dengan pendapatan.
• Investasi
Pengeluaran untuk investasi merupakan salah satu komponen penting dari pengeluaran agregat.
sumber wikipedia.org
Perencanaan kota dan wilayah menggunakan ilmu geografi untuk membantu mempelajari bagaimana membangun (atau tidak membangun) suatu lahan menurut kriteria tertentu, misalnya keamanan, keindahan, kesempatan ekonomi, perlindungan cagar alam atau cagar budaya, dsb. Perencanaan kota, baik kota kecil maupun kota besar, atau perencanaan pedesaan mungkin bisa dianggap sebagai geografi terapan walau mungkin terlihat lebih banyak seni dan pelajaran sejarah. Beberapa masalah yang dihadapi para perencana wilayah diantaranya adalah eksodus masyarakat desa dan kota dan Pertumbuhan Pintar (Smart Growth).
Pengembangan wilayah dikembangkan pada sekitar tahun 1980-an oleh para Geografiwan Eropa, terutama dari Nederland. Saat kerjasama Universitas antar kedua negara dilakukan, sejumlah ahli Geografi asal Belanda ikut serta dalam program pencangkokan dosen di UGM. Hasilnya adalah lahirnya program studi baru bernama Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah. Sebelum berdiri menjadi disiplin tersendiri yang memadukan Ilmu Geografi dengan Ilmu Perencanaan Wilayah, proyek ini dikenal dengan nama Rural and Regional Development Planning (RRDP).
Pada tahun 1950-an, gerakan ilmu wilayah muncul, dipimpin oleh Walter Isard untuk menghasilkan lebih banyak dasar kuantitatif dan analitis pada masalah geografi, sebagai tanggapan atas pendekatan kualitatif pada program geografi tradisional. Ilmu wilayah berisi pengetahuan bagaimana dimensi keruangan menjadi peran penting, seperti ekonomi regional, pengelolaan sumber daya, teori lokasi, perencanaan kota dan wilayah, transportasi dan komunikasi, geografi manusia, persebaran populasi, ekologi muka bumi dan kualitas lingkungan.
Geografi ada karena adanya perbedaan keruangan antara suatu daerah dengan daerah lainnya. Geografi menjelaskan bagaimana bentuk dan lapisan muka bumi, bisa berbentuk sedemikian rupa secara sistematis. Juga berkaitan dengan kegiatan manusia di muka bumi yang berbeda-beda tersebut. Perbedaan Geografi dengan ilmu-limu lainnya seperti Pertanian, Geologi, dan lainnya adalah dari pendekatan teorinya.
Bangsa Yunani adalah bangsa yang pertama dikenal secara aktif menjelajahi geografi sebagai ilmu dan filosofi, dengan pemikir utamanya Thales dari Miletus, Herodotus, Eratosthenes, Hipparchus, Aristotle, Dicaearchus dari Messana, Strabo, dan Ptolemy. Bangsa Romawi memberi sumbangan pada pemetaan karena mereka banyak menjelajahi negeri dan menambahkan teknik baru. Salah satu tekniknya adalah periplus, deskripsi pada pelabuhan dan daratan sepanjang garis pantai yang bisa dilihat pelaut di lepas pantai; contoh pertamanya adalah Hanno sang Navigator dari Carthaginia dan satu lagi dari Laut Erythraea, keduanya selamat di laut menggunakan teknik periplus dengan mengenali garis pantai laut Merah dan Teluk Persia.
Pada Zaman Pertengahan, bangsa Arab seperti al-Idrisi, Ibnu Battuta dan Ibnu Khaldun memelihara dan terus membangun warisan bangsa Yunani dan Romawi. Dengan perjalanan Marco Polo, geografi menyebar ke seluruh Eropa. Selama zaman Renaissance dan pada abad ke-16 dan 17 banyak perjalanan besar dilakukan untuk mencari landasan teoritis dan detil yang lebih akurat. Geographia Generalis oleh Bernhardus Varenius dan peta dunia Gerardus Mercator adalah contoh terbesar.
Setelah abad ke-18 geografi mulai dikenal sebagai disiplin ilmu yang lengkap dan menjadi bagian dari kurikulum di universitas di Eropa (terutama di Paris dan Berlin), tetapi tidak di Inggris dimana geografi hanya diajarkan sebagai sub-disiplin dari ilmu lain. Salah satu karya besar zaman ini adalah Kosmos: sketsa deskripsi fisik Alam Semesta, oleh Alexander vom Humboldt.
Selama lebih dari dua abad kuantitas pengetahuan dan perangkat pembantu banyak ditemukan. Terdapat hubungan yang kuat antara geografi dengan geologi dan botani, juga ekonomi, sosiologi dan demografi.
Di barat, selama abad ke-20, disiplin ilmu geografi melewati empat fase utama: (a) determinisme lingkungan, (b) geografi regional, (c) revolusi kuantitatif dan (d) geografi kritis.
Determinisme lingkungan adalah teori yang menyatakan bahwa karakteristik manusia dan budayanya disebabkan oleh lingkungan alamnya. Penganut fanatik deteriminisme lingkungan adalah Carl Ritter, Ellen Churchill Semple dan Ellsworth Huntington. Hipotesis terkenalnya adalah "iklim yang panas menyebabkan masyarakat di daerah tropis menjadi malas" dan "banyaknya perubahan pada tekanan udara pada daerah lintang sedang membuat orangnya lebih cerdas". Ahli geografi determinisme lingkungan mencoba membuat studi itu menjadi teori yang berpengaruh. Sekitar tahun 1930-an pemikiran ini banyak ditentang karena tidak mempunyai landasan dan terlalu mudahnya membuat generalisasi (bahkan lebih sering memaksa). Determinisme lingkungan banyak membuat malu geografer kontemporer, dan menyebabkan sikap skeptis di kalangan geografer dengan klaim alam adalah penyebab utama budaya (seperti teori Jared Diamond).
Geografi regional menegaskan kembali topik bahasan geografi pada ruang dan tempat. Ahli geografi regional memfokuskan pada pengumpulan informasi deskriptif tentang suatu tempat, juga metode yang sesuai untuk membagi bumi menjadi beberapa wilayah atau region. Basis filosofi kajian ini diperkenalkan oleh Richard Hartshorne.
Revolusi kuantitatif adalah usaha geografi untuk mengukuhkan dirinya sebagai ilmu (sains), pada masa kebangkitan interes pada sains setelah peluncuran Sputnik. Revolusioner kuantitatif, sering disebut "kadet angkasa", menyatakan bahwa kegunaan geografi adalah untuk menguji kesepakatan umum tentang pengaturan keruangan suatu fenomena. Mereka mengadopsi filosofi positifisme dari ilmu alam dan dengan menggunakan matematika - terutama statistika - sebagai cara untuk menguji hipotesis. Revolusi kuantitatif merupakan landasan utama pengembangan Sistem Informasi Geografis.
Walaupun pendekatan positifisme dan pos-positifisme tetap menjadi hal yang penting dalam geografi, tetapi kemudian geografi kritis muncul sebagai kritik atas positifisme. Yang pertama adalah munculnya geografi manusia. Dengan latar belakang filosofi eksistensialisme dan fenomenologi, ahli geografi manusia (seperti Yi-Fu Tuan) memfokuskan pada peran manusia dan hubungannya dengan tempat. Pengaruh lainnya adalah geografi marxis, yang menerapkan teori sosial Karl Marx dan pengikutnya pada geografi fenomena. David Harvey dan Richard Peet merupakan geografer marxis yang terkenal. Geografi feminis, seperti pada namanya, menggunakan ide dari feminisme pada konteks geografis. Arus terakhir dari geografi kritis adalah geografi pos-modernis, yang mengambil ide teori pos-modernis dan pos-strukturalis untuk menjelajahi konstruksi sosial dari hubungan keruangan.
sumber : wikipedia.org
Pengertian Haji dan Umrah
Haji menurut pengertian bahasa adalah menuju ke suatu tempat berulang kali atau menuju kepada sesuatu yang di besarkan atau dimuliakan. Assiddiqi juga berbicara tentang Haji dalam bukunya : Pedoman Haji ; dinamakannya Haji karena merupakan tempat yang dimuliakan, sehingga mengunjunginya dinakan Haji.
Menurut syara’; Haji adalah pergi menuju baitullah untuk melakukan ibadah yang telah dietapkan Allh SWT. Atau ibadah akbar dengan melakukan ziarah ke tanah suci makkah.
Bepergian untuk tujuan Ibadah telah dikenal oleh umat- umat terdahulu khususnya di dunia timur yang kesemuanya bertujuan untuk penyucian jasmani dan rohani dan karena itu ia selalu didahului dengan mandi. Namun bepergian dalam Haji dalam Islam berbeda dengan bentuk–bentuk bepergian yang dikenal umat terdahulu yang dimotivasi oleh hasrat mendapat berkat dengan menghadiri upacara yang dipimpin pemuka agama dan berkorban untuk dianugerahkan pada para pemimpin itu. Maka dari itulah nabi Ibrahim a.s datang untuk membenarkan ajaran yang sesungguhnya yaitu peng-Esaaan Tuhan. Ibrahim a.s, menemukan dan membina keyakinannya melalui pencarian dan pengalaman keruhanian yang dilaluinya, dan hal ini - secara Qur’ani – terbukti bukan saja dalam penemuannya tentang keesaan Tuhan seru sekalian alam, sebagaimana diuraikan dalam surat al-An’am ayat 75, tetapi juga dalam keyakinan tentang hari kebangkitan.
Demikianlah sebagian kecil dari keistimewaan Nabi Ibrahim a.s, sehingga wajar jika beliau dijadikan teladan untuk seluruh manusia, seperti yang ditegaskan oleh al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 127. keteladanan tersebut antara lain diwujudkan dalam bentuk ibadah Haji dengan berkunjung ke Makkah, karena beliaulah bersama putranya isma’il. a.s yang membangun (kembali) fondasi-fondasi Ka’bah. Dan beliau pulalah yang yang diperintahkan untuk mengumandangkan syari’at haji. Keteladanan yang diwujudkan dalam bentuk ibadah tersebut dan yang praktek-praktek ritualnya berkaitan dengan peristiwa yang dialami oleh beliau dan keluarganya, pada hakikatnya merupakan penegasan kembali dari setiap jama’ah haji, tentang keterikatannya dengan prinsip-prinsip keyakinan yang dianut oleh Ibrahim a.s.
Ditinjau dari segi kebahasaan, pengertian umrah adalah ziarah atau mengunjungi; sedangkan dari segi istilah agama, umrah adalah menziarahi ka’bah, bertawaf disekeliling ka’bah, bersa’I antara shofa dan marwah, serta becukur atau memotong rambut.
Haji dan umrah adalah sama-sama ibadah yang mengunjungi ka’bah, namun untuk haji sendiri telah diatur pada waktu tertentu, sedangkan umrah waktunya boleh kapanpun.
Dasar Disyari’atkannya Haji danUmrah
Haji dan Umrah disyari’atkan dari berbagai dalil
a. al-Qur’an :
Allah berfirman
“mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah” (Q. S. ali Imran : 97)
“Dan sempurnakanlah haji dan umrah untuk Allah…” (Q.S. al-Baqarah : 196)
b. as-Sunnah
Hadis nabi yang diriwayatkan oleh bukhari dan muslim dari Ibn Umar bahwa Rasulullah bersabda : “Islam didirikan atas liam sendi : besaksi bahwasanya tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, berhaji ke Baitullah, dan berpuasa di bulan Ramadhan”
Macam-macam Haji, Umrah dan Ketentuan Hukumnya
Haji dan Umrah mempunyai prosedur-prosedur yang dapat ditempuh salah satu dari tiga macam cara yaitu
1. Ifrad
Maksudnya adalah menunaikan Haji dengan cara mendahulukan haji daripada umrah. Dalam hal ini seseorang mengerjakan haji sendiri dengan berihram di miqatnya dan mengerjakan umrah sendiri pula. Orang yang berhaji secara ifrad, ia tetap dalam keadaan ihram sampai selesai segala amalan hajinya, sesudah itu barulah mengerjakan umrah jika dia kehendaki. Dan jika mengerjakan haji ifrad, mengucapkan “Labbaika hajjan”
2. Qiran
Adalah mengerjakan ibadah haji dan umrah dengan bebarengan, atau berihram dengan umrah dahulu, kemudian sebelum bertawaf memasukkan haji ke dalam umrah itu. (Pengumpulan jadi satu antara haji dan umrah)
Orang yang berhaji secara qiran, ia tetap dalam keadaan ihram sampai selesai seluruh amalan haji dan umrahnya. Atau ia berihram di miqat dengan umrah, setelah itu dimasukkan haji ke dalamnya sebelum tawaf.
3. Tamattu’
Maksudnya adalah melaksanakan ibadah haji dengan mendahulukan umrah daripada haji, artinya setelah selesai umrah barulah mngerjakan haji. Cara ini dinamakan tamattu’ lantaran bulan-bulan haji pada satu tahun dimanfaatkan untuk dua ibadah sekaligus, tanpa harus kembali dahulu ke rumah asalnya, ia dapat menikmati apa yang tidak diperbolehkan dalam masa ihram, setelah ia bertahallul dari ihram umrah, seperti memakai kain berjahit, wewangian dan lain-lain. Dan jika melakukan Qiran dan Tamattu’ maka ucapkanlah “Labbaika umratan wahajjan”
Haji dan pengamalan Nilai-nilai keamanusiaan Universal
Tentu saja makna kemanusiaan dan pengamalan nilai-nilainya tidak hanya terbatas pada persamaan nilai kemanusiaan. Ia meancakup seperangkat nilai-nilai luhur yang seharusnya menghiasi jiwa pemiliknya. Ia bermula dari keasdaran akan fitrah (jati diri)-nya serta keharusan menyesuaikan diri dengan tujuan kehadiran di pentas bumi ini.
Kemanusiaan mengantarkannay untuk menyadari bahwa ia adalah makhluk dwi dimensi yang harus melanjutkan evolusinya hingga mencapai titik akhir. Kemanusiaan mengantarkannyauntuk sadar bahwa ia adalah makhluk sosial yang idak dapa hidup sendirian dan harus bertenggang rasa dalam berinteraksi.
Makna-makna diatas diprakekkan dalam pelaksanaan ibadah haji, baik dalam acara-acara ritual atau dalam tuntunan moralitasnya, daqlam bentuk kewajiban atau larangan, dan dalam bentuk nyata aau simbolik. Kesemuanya itu pada akhirnya mengantarkan jamaah haji hidup dengan pengalaman dan pengamalan kemanusiaan universal.
Alferd Wegener was concerned with the fit of continents - he was not the first to notice that South America could fit nicely against Africa, and the perhaps N. America could fit against Europe. He proposed the idea of Continental Drift to explain the idea that they are not now joined, but that they might once have been. His theory didn't provide a mechanism for this motion and that was one of the main reasons why it was strongly criticized. He also didn't include explanations for other tectonic features that today we associate so clearly with plate tectonics, namely subduction, seafloor spreading, and hotspots. As you probably know, Iceland is a hotspot that happens to lie under a seafloor spreading center.
The earth's surface is broken into seven large and many small moving plates. These plates, each about 50 miles thick, move relative to one another an average of a few inches a year. Three types of movement are recognized at the boundaries between plates: convergent, divergent and transform-fault.
At convergent boundaries, plates move toward each other and collide. Where an oceanic plate collides with a continental plate, the oceanic plate tips down and slides beneath the continental plate forming a deep ocean trench (long, narrow, deep basin.) An example of this type of movement, called subduction, occurs at the boundary between the oceanic Nazca Plate and the continental South American Plate. Where continental plates collide, they form major mountain systems such as the Himalayas.
At divergent boundaries, plates move away from each other such as at the Mid-Atlantic Ridge. Where plates diverge, hot, molten rock rises and cools adding new material to the edges of the oceanic plates. This process is known as sea-floor spreading.
At transform-fault boundaries, plates move horizontally past each other. The San Andreas Fault zone is an example of this type of boundary where the Pacific Plate on which Los Angeles sits is moving slowly northwestward relative to the North American Plate on which San Francisco sits.
Plate tectonics, the branch of science that deals with the process by which rigid plates are moved across hot molten material, has helped to explain much in global-scale geology including the formation of mountains, and the distribution of earthquakes and volcanoes.
TANGGAL 6 Juni 1901 adalah hari kelahiran pejuang penggalang persatuan, Bung Karno. Maka tanggal 6 Juni 2001 merupakan HUT kelahirannya yang ke seratus. Tanggal 6 Juni merupakan momentum yang tepat karena dalam situasi negara dan bangsa Indonesia dalam ancaman disintegrasi, perjuangan Bung Karno, bersama pemimpin Indonesia lainnya dalam pergerakan kemerdekaan dapat membangkitkan kembali semangat kemerdekaan bangsa Indonesia. Dengan semangat baru diharapkan integrasi bangsa Indonesia dapat dipertahankan. Apa yang penulis sajikan merupakan ungkapan atas kekaguman terhadap Bung Karno sebagai penggalang persatuan bangsa yang terbesar.
Dalam menangkap kembali peran Bung Karno tersebut akan penulis sajikan tinjauan tentang studi dan aktivitas sosial- politiknya, yang kemudian berujung pada sumbangnya menggali nilai-nilai budaya yang menjadi causa materialis bagi keberadan dasar filsafat negara Pancasila.
Pengetahuan yang diperlukan Bung Karno memang lahir di Surabaya, tetapi masa remajanya dihabiskan di Mojokerto. Di kota kecil itu ia belajar ELS (Europeesch Lagere School/sekolah dasar buat anak-anak Eropa).
Masuknya Bung Karno kecil di ELS tersebut mengisyaratkan bahwa dirinya lebih dibandingkan anak orang kebanyakan. Untuk dapat belajar di sekolah itu ia harus mampu berbahasa Belanda, dan SPP sekolah tersebut mahal.
Dari ELS ia meneruskan pendidikannya di HBS (Hogere Burger School, SLTP dan SLTA disatukan). Tentu biayanya lebih mahal lagi. Meski demikian ayahnya, yang Kepala Sekolah Rakyat (Volkschool), dapat membiayainya dengan mengabaikan pendidikan saudara-saudara perempuannya.
Ia menyelesaikan studi di HBS pada tahun 1921, lalu melanjutkan studinya di Sekolah Tinggi Tehnik (Technische Hofe School dan akhirnya mendirikan dan memimpin PNI tahun 1927.
Untuk mendukung posisi kepemimpinannya Bung Karno belajar banyak, dengan membaca buku-buku di perpustakaan Teheosophie di Surabaya dan STT Bandung. Ia juga belajar dari kehidupan alam dan lingkungan sosial setempat.
Maka pengetahuan Bung Karno sangat luas. Andai saja Bung Karno hanya memperlajari ilmu teknik melulu, Indonesia tidak akan mengenal pemimpin nasional bernama Sukarno (Bung Karno).
Hal penting lain yang terbukti kelak menjadi unggulan Bung Karno adalah kepandaiannya berpidato. Salah seorang yang dapat disebut sebagai guru berpidatonya adalah HOS Tjokroaminoto. Kebetulan selama di HBS, Bung Karno muda mondok di rumah Tjokroaminoto, pemimpin Sarekat Islam terkemuka.
Bung Karno memang mampu berpidato selama berjam-jam tanpa pendengarnya bosan. Kepandaiannya berpidati bukan saja diakui di Indonesia, tetapi juga di luar negeri, seperti di Australia dan Amerika.
Di sekitar PNI Dengan bekal yang begitu besar tidaklah mustahil Bung Karno dapat berbuat begitu banyak untuk bangsanya dalam perjuangan kemerdekaan. Dimulai dengan pendirian Algemene Studie Club di Bandung pada tahun 1925. Perkumpulan itu seperti kelompok diskusi yang banyak didirikan oleh para mahasiswa dan cendekiawan sekarang. Kelompok diskusi itu memang baru merupakan perkumpulan akademis-teoritis (academic exercise). Dalam aktivitasnya Algemene Studie Club 1925 sampai Juni 1927 memang masih terbatas pada studi teori. Hal itu juga karena PKI masih jaya dan sanggup memegang "komando" pergerakan kebangsaan. Tetapi sesudah kegagalan pemberontakan rakyat yang digerakkan PKI November 1926 - Februari 1927 terjadilan "kekosongan" pimpinan pergerakan kemerdekaan. Oleh karena itu perlulah "kekosongan" itu diisi, dan sudah saatnya Algemene Studie Club diubah menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI).
Menarik perhatian bahwa peresmian berdirinya PNI berlangsung pada tanggal 4 Juli 1927.
Tanggal kelahiran PNI jelas bukan suatu kebetulan. Almarhum Adam Malik dalam bukunya Adam Malik Mengabdi RI pernah menjelaskan bahwa pilihan tanggal 4 Juli ada kaitannya dengan hari kemerdekaan Amerika Serikat.
Sejarah mencatat proklamasi kemerdekaan Amerika berlangsung pada tanggal 4 Juli 1776 di Philadelpia. Dengan memilih 4 Juli sebagai hari berdirinya PNI, para pemimpin PNI berharap semangat, siasat dan keberhasilan revolusi kemerdekaan Amerika akan mengilhami semangat, siasat dan keberhasilan perjuangan bangsa Indonesia di bawah pimpinan PNI.
Bung Karno berharap bangsa Indonesia dapat bersatu padu, karena hanya dengan cara begitu mereka dapat menang menghadapi penjajah. Untuk itu paham atau ideologi yang berbeda perlu dipersatukan lewat persamaan-persamaan yang ada. Demikianlah Bung Karno pada tahun 1926 mengajak pendukung ideologi Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme untuk dapat dan mau bersatu. Perbedaan- perbedaan yang ada mestinya dikesampingkan.
Memang kehendak Bung Karno mempersatukan ketiga paham itu sesuatu yang mungkin. Perekat persatuannya adalah kesamaan umur. Ketiga paham itu anti kapitalisme dan imperialisme, pro kemerdekaan dan kesejahteraan umum.
Mungkinkah hal itu? Bagi pemikiran Bung Karno hal itu memang sesuatu yang mungkin, karena Bung Karno menyederhanakan persoalan. Hal itu dapat Bung Karno lakukan, menurut Berhhard Dahm dalam bukunya Sukarno dan Perjuangan Kemerdekaan, karena pemahaman Bung Karno akan ketiga aliran (ideologi) itu agak dangkal.
Dalam kaitan dengan judul tulisan ini yang substansial adalah pengenalan tiga nilai dasar, yang kelak berkembang menjadi Pancasila. Ketiga nilai dasar itu adalah: Nasionalisme, yang bermakna kebangsaan, Islamisme yang bermakna Ketuhanan, dan Marxisme yang berawal dari sosialisme atau keadilan sosial. Hal itu disampaikan Bung Karno pada tahun 1926 lewat SK Suluh Indonesia Muda.
Menuju ke Pancasila Bung Karno belum menyatukan gagasannya dengan nilai kerakyatan (demokrasi). Tampaknya menunggu sampai nilai kerakyatan itu dicanangkan oleh Perhimpunan Indonesia pada tahun 1925, sehingga Bung Karno menemukan nilai dasar yang keempat itu.
Namun ada hal yang agak kurang konsisten dalam PNI. Sesungguhnya pada waktu PNI sudah berdiri dan berjuang, ia sudah mengenal lima asas yaitu: 1. Nasionalisme, 2. Islamisme, 3. Sosialisme, 4. Kerakyatan, 5. Kemanusiaan.
Tetapi Bung Karno dalam tulisan-tulisannya yang dimuat dalam Dibawah Bendera Revolusi (DBR) menyatakan asas/ideologi PNI adalah Marhaenisme, yaitu asas/ideologi kerakyatan yang memperjuangkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Nilai dasar yang terkandung di dalamnya adalah sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi. Sosio-nasionalisme adalah rasa cinta bangsa yang diimbangi dengan rasa kemanusiaan. Sedangkan sosio-demokrasi adalah kerakyatan yang diimbangi dengan kesejahteraan. Sosio- demokrasi dapat diartikan pula sebagai demokrasi politik disertai demokrasi ekonomi.
Meski agama, khususnya agama Islam, sudah sering dipikirkan, tetapi ternyata dalam Marhaenisme agama belum mendapatkan tempat yang mantap.
Bung Karno masih memerlukan waktu yang cukup lama untuk memasukkan ketuhanan ke dalam sistem "filsafatnya". Tampaknya ia perlu memikirkan status agama lain supaya ia dapat memasukkan dasar ketuhanan, yang lebih luas dari pada sekadar keislaman.
Maka dapat dipahami bahwa baru pada tahun 1945 Bung Karno selesai merumuskan dan memadukan lima nilai, yaitu Pancasila, menjadi dasar filsafat negara. Itulah tawaran Bung Karno dalam menjawab pertanyaan Ketua BPUPKI, Dokter Radjiman. "Indonesia merdeka yang akan kita dirikan apa dasarnya?" Tawaran Bung Karno diterima oleh BPUPKI yang kemudian membahas dan merumuskannya kembali, dan PPKI menetapkannya menjadi dasar filsafat Pancasila.
Dari uraian diatas nyata bahwa penemuan dan penetapan Pancasila menjadi dasar filsafat itu berproses dari pemikiran 1926 sampai 1945 (lebih kurang 20 tahun).
Maka dari itu kita sekarang pantas bersyukur atas jasa Bung Karno dan para founding fathers. Sesungguhnya merupakan suatu kesepakatan demokratis demi hidup bersama dan bekerjasama rakyat Indonesia yang begitu bhineka. Dengan Pancasila kebhinekaan itu disatukan, integrasi terwujudkan.
Saya mengajak pembaca khususnya dan seluruh bangsa Indonesia pada umumnya untuk mengamalkan Pancasila. Yakinlah hanya dengan kembali ke Pancasila integrasi bangsa dapat dipulihkan.
terminologi Pancasila.
Mengapa Bung Karno menggunakan terminologi Pancasila? Terutamanya ianya adalah bahasa Sanskerta. Ketika jaman kolonial, bahasa sanskerta cukup terbatas penggunaannya dikalangan bangsa Indonesia. Pancasila juga adalah rukun agama Buddha, maka senang terkeliru dengan Pancasila Indonesia. Apakah terdapat kisah disebalik penggunaan terminologi ini? 141.213.240.242 06:40, 9 Februari 2006 (UTC) Makna objektif? perlu diganti
bennylin 00:07, 30 Agustus 2007 (UTC) Saya rasa banyak penafsiran kelima sila Pancasila yang bersifat objektif (tanpa sumber, makna tersebut hanyalah penafsiran orang tertentu). Bagaimana menurut yang lain?
Oleh: G Moedjanto
Lingkungan hidup dapat didefinisikan sebagai:
1. Daerah di mana sesuatu mahluk hidup berada.
2. Keadaan/kondisi yang melingkupi suatu mahluk hidup.
3. Keseluruhan keadaan yang meliputi suatu mahluk hidup atau sekumpulan mahluk hidup, terutama:
1. Kombinasi dari berbagai kondisi fisik di luar mahluk hidup yang mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan kemampuan mahluk hidup untuk bertahan hidup.
2. Gabungan dari kondisi sosial and budaya yang berpengaruh pada keadaan suatu individu mahluk hidup atau suatu perkumpulan/komunitas mahluk hidup.
Istilah lingkungan dan lingkungan hidup atau lingkungan hidup manusia seringkali digunakan silih berganti dalam pengertian yang sama. Apabila lingkungan hidup itu dikaitkan dengan hukum/aturan pengelolaannya, maka batasan wilayah wewenang pengelolaan dalam lingkungan tersebut harus jelas
Definisi Lingkungan Hidup Indonesia
Lingkungan hidup bagi bangsa Indonesia tidak lain merupakan Wawasan Nusantara, yang menempati posisi silang antara dua benua dan dua samudera dengan iklim tropis dan cuaca serta musim yang memberikan kondisi alamiah dan kedudukan dengan peranan strategis yang tinggi nilainya, tempat bangsa Indonesia menyelenggarakan kehidupan bernegara dalam segala aspeknya. Secara hukum maka wawasan dalam menyelenggarakan penegakan hukum pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia adalah Wawasan Nusantara.
Persetujuan Internasional Tentang Lingkungan Hidup
Indonesia termasuk dalam perjanjian: Biodiversitas, Perubahan Iklim, Desertifikasi, Spesies yang Terancam, Sampah Berbahaya, Hukum Laut, Larangan Ujicoba Nuklir, Perlindungan Lapisan Ozon, Polusi Kapal, Perkayuan Tropis 83, Perkayuan Tropis 94, Dataran basah, Perubahan Iklim - Protokol Kyoto (UU 17/2004), Perlindungan Kehidupan Laut (1958) dengan UU 19/1961.
Masalah lingkungan hidup di Indonesia
Bahaya alam: banjir, kemarau panjang, tsunami, gempa bumi, gunung berapi, kebakaran hutan, gunung lumpur, tanah longsor. Masalah Lingkungan hidup di Indonesia saat ini: penebangan hutan secara liar/pembalakan hutan; polusi air dari limbah industri dan pertambangan; polusi udara di daerak perkotaan (Jakarta merupakan kota dengan udara paling kotor ke 3 di dunia); asap dan kabut dari kebakaran hutan; kebakaran hutan permanen/tidak dapat dipadamkan; perambahan suaka alam/suaka margasatwa; perburuan liar, perdagangan dan pembasmian hewan liar yang dilindungi; penghancuran terumbu karang; pembuangan sampah B3/radioaktif dari negara maju; pembuangan sampah tanpa pemisahan/pengolahan; semburan lumpur liar di Sidoarjo, Jawa Timur.
Lingkungan hidup dapat didefinisikan sebagai:
1. Daerah di mana sesuatu mahluk hidup berada.
2. Keadaan/kondisi yang melingkupi suatu mahluk hidup.
3. Keseluruhan keadaan yang meliputi suatu mahluk hidup atau sekumpulan mahluk hidup, terutama:
1. Kombinasi dari berbagai kondisi fisik di luar mahluk hidup yang mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan kemampuan mahluk hidup untuk bertahan hidup.
2. Gabungan dari kondisi sosial and budaya yang berpengaruh pada keadaan suatu individu mahluk hidup atau suatu perkumpulan/komunitas mahluk hidup.
Istilah lingkungan dan lingkungan hidup atau lingkungan hidup manusia seringkali digunakan silih berganti dalam pengertian yang sama. Apabila lingkungan hidup itu dikaitkan dengan hukum/aturan pengelolaannya, maka batasan wilayah wewenang pengelolaan dalam lingkungan tersebut harus jelas.
Definisi Lingkungan Hidup Indonesia
Lingkungan hidup bagi bangsa Indonesia tidak lain merupakan Wawasan Nusantara, yang menempati posisi silang antara dua benua dan dua samudera dengan iklim tropis dan cuaca serta musim yang memberikan kondisi alamiah dan kedudukan dengan peranan strategis yang tinggi nilainya, tempat bangsa Indonesia menyelenggarakan kehidupan bernegara dalam segala aspeknya. Secara hukum maka wawasan dalam menyelenggarakan penegakan hukum pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia adalah Wawasan Nusantara.
Persetujuan Internasional Tentang Lingkungan Hidup
Indonesia termasuk dalam perjanjian: Biodiversitas, Perubahan Iklim, Desertifikasi, Spesies yang Terancam, Sampah Berbahaya, Hukum Laut, Larangan Ujicoba Nuklir, Perlindungan Lapisan Ozon, Polusi Kapal, Perkayuan Tropis 83, Perkayuan Tropis 94, Dataran basah, Perubahan Iklim - Protokol Kyoto (UU 17/2004), Perlindungan Kehidupan Laut (1958) dengan UU 19/1961.
Masalah lingkungan hidup di Indonesia
Bahaya alam: banjir, kemarau panjang, tsunami, gempa bumi, gunung berapi, kebakaran hutan, gunung lumpur, tanah longsor. Masalah Lingkungan hidup di Indonesia saat ini: penebangan hutan secara liar/pembalakan hutan; polusi air dari limbah industri dan pertambangan; polusi udara di daerak perkotaan (Jakarta merupakan kota dengan udara paling kotor ke 3 di dunia); asap dan kabut dari kebakaran hutan; kebakaran hutan permanen/tidak dapat dipadamkan; perambahan suaka alam/suaka margasatwa; perburuan liar, perdagangan dan pembasmian hewan liar yang dilindungi; penghancuran terumbu karang; pembuangan sampah B3/radioaktif dari negara maju; pembuangan sampah tanpa pemisahan/pengolahan; semburan lumpur liar di Sidoarjo, Jawa Timur.
Foto udara hitam putih biasanya dibuat dengan film pankromatik atau film yang peka terhadap inframerah. Film pankromatik telah lama digunakan untuk foto udara sebagai jenis film baku. Penggunaan fotografi hitam putih untuk membedakan antara pohon gugur daun musiman dan pohon berdaun jarum. Melakukan pemotretan pada julat sekitar 0,3µm – 0,9µm ini berdasarkan ketidakstabilan material emulsi segera fotokimiawi yang peka hingga di luar panjang gelombang ini. Batas 0,3 µm untuk fotografi ditentukan oleh sesuatu di luar kepekaan film. Masalah bagi pemotretan pada panjang gelombang yang lebih pendek dari 0,4 µm adalah : atmosfer menyerap atau menghamburkan tenaga ini, dan lensa kamera kaca menyerap energi ini. Akan tetapi foto grafi dapat diperoleh pada julat ultraviolet apabila dapat dihindari batas ketinggian terbang dalam kondisi atmosfer yang tidak menyenangkan. Fotografi ultraviolet menarik pada penelitian dan pengelolaan zoologi. Yang ditunjukan ialah foto udara pankromatik dan ultraviolet yang dibuat secara bersamaan untuk memotret binatang kutub. Terapan foto udara ultraviolet sangat terbatas jumlahnya, terutama adanya hamburan atmosferik yang sangat kuat pada energi ultraviolet.
Banyak terapan yang digunakan menggunakan film berwarna. Manfaat utama penggunaan film berwarna adalah karena mata manusia dapat membedakan tingkat warna lebih banyak dari pada membedakannya dalam bentuk keabuan. Film negatif berwarna menghasilkan citra negatif yang digunakan di dalam urutan negatif ke positif dengan cara yang serupa dengan film negatif hitam putih. Negatif berwarna menyajikan suatu gambaran yang geometri dan kecerahannya terbalik. Film berwarna terbalik ialah film yang dapat diproses untuk menghasilkan citra positif secara langsung pada film asli yang di buka di dalam kamera. Pemberian suatu lapis warna pada julat kepekaan spektral tertentu merupakan parameter pebuatan film yang dapat bervariasi menurut pembuatannya. Warna lapis warna yang dapat dikembangkan di dalam suatu lapis emulsi tidak harus berkaitan dengan warna unsur cahaya yang merupakan kepekaan lapis tersebut. Film inframerah berwarna diproduksi untuk merekam tenaga pada spektrum hijau, merah, dan inframerah (hingga sekitar 0,9 µm) pada tiga lapis emulsinya. Hasilnya berupa film “warna semu” dimana warna biru pada citra diperoleh dari objek yang terutama memantulkan tenaga pada spektrum hijau, warna hijau dari objek yang memantulkan tenaga pada spektrum merah, dan warna merah dari objek yang mematulkan tenaga inframerah (0,7µm-0,9µm).
Film inframerah berwarna sering disebut dengan “film pendeteksi bentuk samaran”, film inframerah berwarna menjadi film yang sangat bermanfaat untuk analisis sumberdaya.
Persamaan : batas tertinggi penggunaan panjang gelombang adalah 0,9µm.
Perbedaan : pada foto pankromatik, menggunakan spektrum tampak. Pada foto inframerah modifikasi menggunakan spektrum inframerah dekat dan sebagian spektrum tampak pada saluran erah dan saluran hijau.
Teknologi foto udara format kecil (FUFK) adalah teknologi pemotretan dari udara menggunakan wahana pesawat ultra light dengan memanfaatkan kamera non-metrik. Teknologi ini memiliki karakteristik resolusi spasial cukup tinggi, cocok untuk daerah yang tidak terlaluu luas, cepat dan murah.
Kemera non-metrik adalah kamera yang tidak didesain khusus untuk keperluan pemotretan udara dan banyak dijumpai dipasaran. Foto udara non-metrik memiliki ukuran format film 24mm x 36mm untuk kamera dengan panjang fokus 35mm dan 55mm x 55mm atau 60mm x 60mm untuk kamera dengan panjang fokus 70mm. Foto udara non-metrik tidak memiliki tanda fidusial dan tidak memiliki informasi parameter orientasi dalam.
Untuk pengelolaan sumber daya laha, data spasial erupakan data dasar yang harus tersedia. Untuk menentukan metode pengadaan data spasial tersebut, faktor utama yang harus dipertimbangkan adalah tingkat kedetailan informasi, ketelitian, kecepatan perolehan (exstraction) informasi, kebaharuan, dan biaya. Akan tetapi, teknologi ini juga memiliki beberapa keterbatasan, yaitu masih memiliki distorsi geometrik, ketidakseragaman kontras, dan data yang saling ‘terpisah’ pada masing-masing lembar foto.
Pemanfaatannya adalah untuk mengidentifikasi tanah sangat potensial untuk mendukung bidang tugas instansi BPN (badan pertanahan nasional) PBB (pajak bumi dan bangunan). Selain itu dapat mengidentifikasi jenis tanaman, karena tingginya resolusi spasial dan radiometrik. Untuk ekstraksi jenis tanaman dapan digunakan secara manual maupun otomastis. Secara manual dilakukan interpretasi secara visual dengan menggunakan unsur interpretasi, sedangkan secara otomatis dengan menggunakan alogaritma image clasification. Sampai saat ini hasil maksimal untuk identifikasi jenis tanaman pertanian dan penggunaan lahan pada FUFK menggunakan cara interpretasi secara visual dari cara otomatis.
Sumber :
Lillesand, T.M. & Kiffer. 1999. Penginderaan Jauh Dasar dan Interpretasi Citra (terjemahan oleh Drs. Dulbahri et.al). Gadjah Mada University Press. Yogyakata.
Sutanto. 1995. Penginderaan Jauh Dasar. Fakultas Geografi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Harintaka. 2006. pemanfaatan teknologi foto udara format kecil untuk penyediaan data sumber daya lahan secara cepat dan murah (makalah FIT ISI 2006 Balikpapan). Jurusan teknik geodesi fakultas teknik. Yogyakarta.