Citra penginderaan jauh merupakan salah satu medium utama dalam geografi yang mampu memberikan gambaran ringkas namun menyeluruh (synoptic overview) mengenai fenomena spasial permukaan bumi. Berbeda halnya dengan peta, informasi yang tersaji pada citra penginderaan jauh pada dasarnya tanpa seleksi, kecuali seleksi dalam hal karakteristik objek yang terwakili oleh respon gelombang elektromagnetik pada spectrum terpilih. Perbedaan lain disbanding peta adalah bahwa informasi yang tersaji pada citra bersifat implicit. Disamping itu, citra penginderaan jauh biasanya belum memiliki keseragaman karakteristik geometri di sembarang posisi pada citar tersebut.
Foto udara merupakan medium yang paling awal digunakan dalam perkembangan teknik penginderaan jauh. Kelebihan foto udara terletak pada skalanya yang relatif besar (pada umumnya berkisar antara 1 : 2000 hingga 1 : 50.000, meskipun ada pula yang berskala 1 : 100.000), serta kemampuannya menyajikan informasi tiga dimensional bila diamati dengan stereoskop. Oleh karena itu, latihan dasar penegnalan pola fisiografi dan kesan kedalaman biasa dilakukan dengan menggunakan foto udara.
Penggunaan foto udara untuk mengetahui kondisi medan sabtat diuntungkan oleh kenampakan tiga dimensional yang dimilikinya. Oleh karena itu, foto udara merupakan titik tolak yang baik dalam analisis medan, yaitu dimulai dengan pembedaan kenampakan relief/topografi, kemiringan lereng, kerapatan alur, tingkat pengikisan, hingga pengenalan kelompok jenis batuan, dan bahkan karakteristik tanahnya.
Analisis medan merupakan kompbinasi antara cara berpikir deduktif dan induktif. Pemikiran induktif (serangkaian observasi tunggal ke kesimpulan umum) menjadi landasan dalam mengumpulkan fakta-fakta individu mengenai ketinggian berbagai titik, alur-alur lembah, kemiringan lereng, menjadi satuan-satuan medan. Pemikiran deduktif dilakukan ketika interpretasi atas satuan medan yang ada diarahkan ke penurunan sifat/karakteristik medan misalnya resistensi batuan, kedalaman tanah, tekstur tanah, drainase permukaan, dan sebagainya. Deduksi logis didasari oleh penelitian atau prinsip yang telah ada sebelumnya, yang menyatakan bahwa ada hubungan antara karakteristik medan/lahan yang tidak tampak dengan kondisi topografis/relief beserta polanya.
PERTANIAN DI INDONESIA
4:36 PM | Author: Arfie

Pada dasarnya masalah perkembangan pertanian Di Indonesia sangat komplek, dari masalah yang sangat klise mengenai modal hingga masalah birokrasi yang sangat berbelit belit. Dengan keadaan yang seperti ini keadaan pertanian di Indonesia dikhawatirkan tidak dapat berkembang dengan baik, walaupun pada tempo era 80’an Indonesia sempat mengalami swasembada pangan.

A. Marginal rate return
Keuntungan yang diperoleh dalam berinfestasi di bidang pertanian sangat sedikit didapatkan apalagi dengan biaya produksi yang sangat tinggi dan biaya pemasaran yang akan semakin tinggi apabila jarak dari tempat produksi yang jauh.

B. Law of diminishing return
Peningkatan pertumbuhan penduduk berakibat nyata pada luasan lahan pertanian di sekitar kita, pertumbuhan penduduk juga membutuhkan panambahan fasilitas layanan publik yang memadai, penambahan fasilitas layanan publik ini membutuhkan lahan yang luas. Konversi lahan juga diakibatkan dengan adanya kebijakan pemerintah yang mengubah lahan pertanian produktif menjadi kawasan industri. Sistem pewarisan tanah yang dari generasi ke generasi akan semakin mengurangi luasan lahan yang dimiliki orang per orang. Dengan adanya sistem pewarisan ini maka berakibat buruk kepada hasil pertanian yang semakin tidak optimal.

C. Slow growth
Pertumbuhan petanian yang terjadi sangat lambat akan tetapi biaya yang dikeluarkan sangat besar sehingga keuntungan yang didapatkan dari kegiatan pertanian sangat minim. Dengan produksi yang dilakukan sangat lambat maka biaya produksi yang dibutuhkan lebih tinggi dan biaya perawatan yang tak sedikit. Peningkatan biaya produksi akan terjadi apabila terjadi inovasi yang meningkatkan mutu hasil produksi. Namun harga tersebut sangat tergantung pada pengendalian harga pasar.

D. Low value added
Nilai tambah yang dihasilkan dari hasil pertanian masih sangat rendah apalagi tanpa adanya pengolahan lebih lanjut. Dengan begitu terdapat selisih yang tidak begitu besar antara nilai input da nilai output