RAHASIA DALAM LAUT
6:20 PM | Author: Arfie
Allah Ta'ala berfirman: Dia membiarkan dua buah laut mengalir, kemudian keduanya bertemu; diantara keduanya ada batas yang tidak bisa dilampaui oleh masing-masingnya; maka nikmat Rabb-mu manakah yang kalian dustakan?; dari keduanya keluar mutiara dan marjan. (Q.S. Ar-Rahmaan)
Maksudnya adalah bahwa kedua laut itu adalah asin. Sebab, ayat-ayat di atas berbicara tentang laut dan apa yang keluar dari salah satu laut berupa marjan dan dari laut lainnya lagi berupa mutiara. Laut yang pertama rasanya asin, demikian juga yang kedua. Dan kapan manusia mengetahui bahwa laut yang asin itu berbeda-beda, dan bukannya laut yang memiliki kandungan sama. Hal ini tidak diketahui oleh manusia kecuali setelah mereka memasuki tahun 1942. Pada tahun 1873 manusia mengetahui bahwa ada tempat tertentu di dalam laut yang kandungan airnya berbeda-beda.
Ketika para peselancar melakukan selancar dan mengelilingi lautan dunia selama 3 tahun dengan menggunakan kapal, maka ini menjadi tonggak pembatas antara ilmu kelautan kuno, penuh dengan khurafat, dengan penelitian mendalam yang didasarkan kepada penelaahan atas fakta laut tersebut. Dan ini merupakan awal dari gelombang kemajuan ilmu pengetahuan bahwa laut yang asin memiliki kandungan air yang berbeda-beda. Dan sudah pernah dilakukan penelitian dan evaluasi terhadap penelitian ini bahwa air laut berbeda-beda kadar panas, berat jenis (BJ air), kandungan oksigen.
Dan pada tahun 1942, muncul untuk yang pertama kalinya sebuah hasil penelitian yang sangat panjang. Penelitian ini dilakukan oleh ratusan para peneliti dasar laut, dan mereka menemukan bahwa samudera atlantik bukanlah laut yang hanya merupakan satu lautan, akan tetapi samudera atlantik ternyata terdiri atas beberapa laut yang masing-masing berbeda. Masing-masing peneliti menemukan perbedaan dari masing-masing air laut yang mereka temui. Air laut di sebelah sana memiliki keistimewaan dan karakteristik tersendiri, demikian juga air laut bagian lainnya; masing-masing berbeda kadar suhu, BJ air, oksigennya, semuanya bersatu dalam satu samudera, altlantik......
Apalagi dengan laut-laut lain yang berbeda dan kemudian bertemu, seperti laut tengah, laut merah, laut atlantik, dan seperti laut merah dan teluk 'adn juga bertemu di satu tempat yang sempit.
Maka pada tahun 1942, untuk pertama kalinya kita mengetahui ada satu laut yang masing-masing bagian laut tersebut memiliki perbedaan dalam kandungan dan sifat-sifatnya, dan bertemu pada satu tempat tertentu.
Pada pakar kelautan (oceanolog) mengatakan bahwa sifat yang paling kentara dari laut dan airnya adalah bahwa laut dan airnya tidak pernah tetap ... tidak pernah tenang, dan hal yang paling terlihat adalah ia selalu bergerak, ... panjangnya, dan lebarnya, dan gelombang airnya, arah pergerakannya adalah diantara faktor-faktor yang sangat banyak yang mempengaruhi keadaan air laut.
Dari sini ada satu pertanyaan: Bila memang demikian keadaannya, maka kenapa air-air yang berbeda itu tidak bercampur dan tidak menyatu (melebur) menjadi satu jenis?" maka mereka pun mempelajari, meneliti, dan menelahnya. Dan akhirnya pun mereka menemukan jawabannya, yaitu bahwa ada "dinding air pembatas" yang memisahkan setiap pertemuan dua laut dalam satu tempat, baik di dasar samudera atau pun di dalam palung (jurang di dalam lautan). Tempat inilah yang ternyata memisahkan antara laut yang satu dengan laut yang lainnya. Akhirnya mereka pun dapat mengetahui batas laut ini dan bagaimana karakteristiknya. Akan tetepi dengan apakah mereka bisa mengetahuinya ? Apakah dengan kedua mata kita ...? Tidak, ... akan tetapi dengan meneliti secara mendetail dan rinci terhadap kandungan kadar garam, kadar suhu, BJ air. Dan hal-hal inilah yang tidak bisa dilihat oleh mata telanjang.

PASAR TRADISIONAL VS PASAR MODERN
7:57 PM | Author: Arfie
Pasar secara sederhana diartikan sebagai sebuah tempat bertemunya penjual dan pembeli yang melayani transaksi jual beli. Pada mulanya pasar hanya terdiri dari kios-kios atau gerai yang dibuka oleh penjual, yang pada umumnya menjual kebutuhan sehari-hari, pasar seperti ini dinamakan pasar tradisional. Namun seiring dengan perkembangan zaman dan adanya kemajuan pengetahuan dan teknologi, pasar mengalami perkembangan yang sangat cepat sehingga muncul pasar modern. Pasar modern tidak banyak berbeda dengan pasar tradisional, namun jenis pasar ini berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual hampir sama dengan pasar tradisional namun barang tersebut dapat bertahan lama.
Pasar Tradisional adalah suatu wadah yang menampung orang-orang dimana terdiri dari latar belakang yang berbeda, etnis dan agama namun dapat saling berinteraksi tanpa hambatan akan perbedaan tersebut. Human relations masih tetap eksis dimana tidak ditemukan di pasar modern, (yang justru mengarah pada individualistis). Sifat kegotong royongan masih terlihat dimana pada zaman moderen ini semangat itu sudah memudar. Melalui pasar tradisional, para petani kita masih bisa hidup dengan menjualkan hasil panennya dengan profit margin yang memuaskan. Uang dari penjualan hasil sumber alam kita masih berputar di dalam negeri kita sendiri dan rakyat mendapatkan manfaatnya.
Akibat kondisi fisik pasar tradisional yang memprihatinkan, masyarakat cenderung memilih berbelanja di pasar modern (swalayan, supermarket, hipermarket) walaupun harga barang di pasar modern lebih mahal dibanding harga barang di pasar tradisional. Selain itu, masyarakat lebih menyukai tempat berbelanja di pasar modern karena lebih bersih dan praktis. Pasar modern seperti hipermarket yang penuh dengan kenyamanan, cenderung menjual sayur-mayur dan buah-buahan impor dengan harga yang relatif mahal. Masyarakat tidak menyadari bahwa dengan cara seperti itulah mereka ikut berperan dalam mematikan pasar tradisional. Sayur-mayur dan buah-buahan impor akan mematikan peran petani lokal, yang akhirnya menciptakan pengangguran dan angka kemiskinan yang cenderung meningkat. Hal ini tanpa disadari akan berimbas pada rakyat Indonesia secara keseluruhan.
Dengan berbagai macam kelebihan yang ditawarkan, tentu saja dengan mudah pasar-pasar modern akan menarik perhatian masyarakat. Pangsa pasar yang selama ini dikuasai pasar tradisional perlahan tetapi pasti mulai beralih menuju pasar modern, ditambah dengan dukungan manajemen dan sistem informasi yang tertata rapi, bukan tidak mungkin pasar-pasar modern tersebut akan memimpin pasar dalam waktu sekejap. Fenomena ini bukan berarti bebas dari masalah, pasar-pasar modern yang umumnya hanya dikuasai oleh segolongan tertentu menggeser alokasi kekayaan dan distribusi barang dan jasa yang selama ini dikuasai pasar tradisional. Padahal, pasar-pasar tradisional justru menghidupi hajat hidup masyarakat dalam jumlah yang jauh lebih banyak. Apabila fenomena ini diacuhkan begitu saja, tentu pengaruh langsung maupun efek turunannya akan terasa sangat signifikan. Sebagai konsekuensi dari globalisasi dan liberalisasi ekonomi, cepat atau lambat pasar modern akan melakukan investasi untuk merebut pangsa pasar di Indonesia. Apalagi mereka menawarkan kenyamanan, keamanan, pengalaman baru dalam berbelanja, dan segala kelebihan lainnya.
Pasar tradisional harus mampu bersaing dengan pasar modern jika keberadaannya ingin terus dipertahankan. Upaya yang harus dilakukan adalah restrukturisasi pasar tradisional agar tetap mampu bersaing dan mempertahankan pangsa pasar yang telah dimiliki saat ini. Pasar tradisional bukan pasar yang akan tenggelam ditelan jaman, karena pasar tradisional tetap mempunyai konsumen loyal tersendiri. Bagaimana pun juga pasar-pasar modern tersebut tetap menjadi penggerak ekonomi masyarakat, sehingga perlu dicari solusi yang arif dan bijak agar keberadaan keduanya dapat saling melengkapi, bukan saling membunuh satu sama lain.

GENERALISASI PETA
8:03 PM | Author: Arfie
peta mencerminkan berbagai tipe informasi dari unsur muka bumi maupun yang ada kaitanya dengan muka bumi. Dengan demikian peta merupakan sumber informasi yang baik karena pata dapat langsung secara visual memberikan informasi mengenai pola persebaran kerukunan dari unsur-unsur yang digambarkan.
Untuk dapat menggunakan peta secara baik, terdapat pentahapan dalam penggunaannya.
Ada tiga tahap dalam mengunakan peta yaitu:
1. Membaca peta (map reading) yaitu lebih pada pengidetifikasian simbol dan membaca arti simbol.
2. Analisa peta (map analysis) yaitu amapu mengetahui apa yang digambarkan pada peta, dan dilanjutkan dengan mengukur atau mencari nilai dari unsur-unsur tesebut.
3. Interpretasi peta (map interpretation) yaitu lebih pada mencari jawaban mengapa dibagian tertentu telah terjadi pola yang berbeda dengan pola dibagian lain pada peta yang sama.

Ketidaksamaan informasi yang disajikan pada berbagai peta yang mempunyai skala yang berbeda timbul karena adanya aspek generalisasi. Generalisasi itu sendiri dapat berarti penyederhanaan atau pemilihan elemen-elemen pada peta. Generalisasi muncul karena kepadatan isi peta oleh reduksi skala dan terbatasnya kemampuan mata dalam melihat ukuran minimum pada peta.Generalisasi berkatitan erat dengan skala peta dan tujuan pembuatan peta.

Pada dasarnya generalisasi dikelompokan menjadi dua, yaitu :
a. Generaliusasi geometrik; yaitu lebih kepada penyederhanaan bentuk.
b. Generalisasi konsepsual; yaitu lebih kepada penyederhanan subjek yang dipetakan (dilakukan oleh orang yang mengerti konsep tentang unsur yang digambarkan).

Aspek generalisasi terdiri dari:
1. Pemilihan.
2. Penyederhanaan.
3. Penghilangan.
4. Pembesaran/eksagerasi.
5. Penggeseran tempat (displacement).
6. Menitik-beratkan (emphasizing).
7. Kombinasi, dan
8. Klasifikasi


Sedangkan cara generalisasi dapat dilakukan secara;
a. Langsung pada peta yang telah dikecilkan.
b. Dilakukan pada peta asli sebelum dikecilkan.
c. Dilakukan dengan melalui skala perantara.

JIKA AKU MATI
7:11 PM | Author: Arfie
" Jika kau senang melihat pekerjaanku
Jika kau takut ketika aku marah sehingga menjadikanmu benci sejenak
Jika kau menyukaiku atau kau mencintaiku, katakan padaku sekarang, jangan sembunyikan kata hatimu sampai sang Ustad berpidato dan aku terbaring dengan bunga2 diatas kening tubuhku karena betapapun kau berteriak, aku tidak peduli, aku tidak bisa melihat betapa air mata yang kau teteskan. Kalau memang kau pikir aku layak atas sebuah pujian sekarang adalah saat untuk memberikannya padaku, karena aku tidak akan bisa membaca nisanku setelah mati. "

TEKS SEBAGAI JENDELA DAN CERMIN
7:40 PM | Author: Arfie
Teks kuno Kitab Suci (atau teks apa pun) secara metaforis dapat diperlakukan sebagai sebuah “jendela” (atau sebuah teropong atau sebuah lubang kunci atau sebagai sebuah jembatan). Ketika berhadapan dengan sebuah jendela, orang tidak tertawan oleh papan jendela, tetapi membukanya, lalu melalui jendela itu ia memandang ke dunia di luar jendela, dunia yang lain.
Teks kuno Kitab Suci (atau teks apa pun) secara metaforis dapat diperlakukan sebagai sebuah “jendela” (atau sebuah teropong atau sebuah lubang kunci atau sebagai sebuah jembatan). Ketika berhadapan dengan sebuah jendela, orang tidak tertawan oleh papan jendela, tetapi membukanya, lalu melalui jendela itu ia memandang ke dunia di luar jendela, dunia yang lain. Demikian juga, ketika orang memegang sebuah teropong, ia tidak berhenti hanya pada memandangi saja teropong itu, tetapi menggunakannya untuk melihat suatu kawasan atau dunia yang lain di tempat yang jauh darinya.
Dengan teks sebagai sebuah jendela, maka ketika si pembaca (atau si penafsir) memandang kepada teks, ia tidak sedang memandang kepada teks itu sendiri, tetapi kepada dunia di balik teks. Dengan demikian, ia memandang kepada sejarah teks (the history of text) dan kepada komunitas (atau individu) yang menghasilkan teks itu dalam sejarah, Untuk sampai pada bentuknya yang sekarang (bentuk kanonik, bentuk yang dipandang normatif), teks suci telah melewati sejarah pembentukan, penyusunan, penerusan dan perkembangannya, dari bentuk awalnya (bisa sederhana) yang bisa berbentuk tradisi lisan atau pun tradisi tertulis, sampai kepada bentuk final (bisa lebih rumit) sebagai teks seperti yang sekarang dimiliki si penafsir. Pembentukan, penyusunan, penerusan dan perkembangan teks ini berlangsung di dalam komunitas asali penghasil teks itu dan di dalam komunitas-komunitas lanjutan yang menyunting atau memelihara teks itu sebagai tradisi warisan. Penyusunan teks suci dan segala perubahan yang terjadi pada teks di dalam sejarah penerusan dan perkembangannya mencerminkan juga situasi dan kondisi sosial-budaya dan politis riil yang sedang dihadapi komunitas-komunitas yang memiliki hubungan dengan teks itu. Sosiologi pengetahuan telah berhasil menyingkapkan bahwa selalu ada relasi timbal balik antara teks yang disusun dan berkembang dengan sejarah sosial komunitas penghasil dan penerus teks itu.
Ketika orang melakukan penelitian terhadap sejarah teks, ia sedang melakukan penelitian dengan pendekatan diakronik (dari dua kata Yunani: dia + khronos; artinya "melintasi" atau "melewati perjalanan waktu"). Ketika si penafsir meneliti sejarah teks, ia sebetulnya sedang merekonstruksi bentuk-bentuk teks, dari bentuk awalnya (lisan atau pun tulisan) sampai mencapai bentuk teks akhir kanoniknya. Usaha penelitian dan rekonstruksi semacam ini disebut kritik bentuk (form criticism). Selain itu, si penafsir masih harus bisa menempatkan bentuk-bentuk teks yang sudah direkonstruksi itu dalam konteks-konteks riil kehidupan (Sitzen im Leben) komunitas-komunitas penghasil, pemelihara dan pengembang teks. Ia juga masih harus menemukan apa fungsi-fungsi teks itu dalam Sitzen im Leben-nya. Usaha-usaha rekonstruktif ini, dengan dilengkapi oleh analisis-analisis sosiologis-antropologis, akan bermuara pada deskripsi sejarah sosial komunitas yang menghasilkan dan mengembangkan teks itu, sebab, seperti telah dikatakan di atas, antara teks dan komunitas penghasil teks selalu ada interaksi.
Pendekatan diakronik yang memperlakukan teks suci sebagai jendela ini dipakai oleh setiap pendekatan kritis historis (historical criticism) terhadap teks suci. Form criticism adalah salah satu bentuk dari kritik historis. Pendekatan diakronik historis kritis ini memang tidak disukai kalangan keagamaan konservatif fundamentalis, yang umumnya bisa sangat cemas ketika sejarah suatu teks diteliti, sebab mereka kuatir dengan meneliti sejarah suatu teks (dus berarti juga meneliti sejarah komunitas-komunitas penghasil, penerus dan penyunting teks) atau dengan mengetahui maksud-maksud para penulisnya dulu, kemapanan dogma atau akidah ortodoks yang didasarkan pada suatu tafsiran tunggal atas teks akhir kanonik akan jadi terguncang. Pendekatan diakronik historis kritis ini menyadarkan orang bahwa ada tempat di zaman dulu untuk setiap teks suci, dan setiap teks suci memiliki tempatnya masing-masing di zaman dulu. Beragama itu selalu harus dalam suatu konteks, tidak bisa untuk segala konteks. Kesadaran semacam ini membebaskan, bukan memenjarakan, orang.
Kalangan keagamaan konservatif lebih memilih memperlakukan teks suci sebagai sebuah “cermin” atau sebagai permukaan air bening di danau. Ketika orang memandang sebuah cermin, ia tidak sedang memandang ke ruangan atau dunia di balik cermin, tetapi kepada cermin itu sendiri dan sekaligus kepada gambar dirinya di dalam cermin itu. Ketika orang memandang cermin, orang akan menemukan kalau cermin itu memiliki dunianya sendiri dan ia terhisap ke dalamnya.
Ketika teks suci diperlakukan sebagai sebuah cermin, si pembaca atau si penafsir teks tidak sedang melihat ke dunia di balik teks (seperti pada pendekatan teks sebagai jendela), melainkan kepada teks sendiri dengan dunianya sendiri (text world), dan sekaligus kepada dirinya dan dunianya yang terhisab ke dalam teks. Fokus tertuju kepada dunia teks atau dunia kisah (story world) di dalam teks akhir kanonik yang normatif, bukan kepada dunia si penulis teks dulu, bukan kepada sejarah teks, dan juga bukan kepada bentuk-bentuk teks sebelum mencapai bentuk akhirnya. Ke dalam dunia teks atau dunia kisah inilah si penafsir memasukkan dirinya, supaya ia bisa ikut serta menentukan makna atau pesan teks yang sedang dibacanya dalam bentuk akhir kanoniknya. Bak seorang anak yang sangat terpesona memandang sebuah lukisan indah dan karenanya ingin menyatu dengan lukisan itu dan ingin mengambil peran menentukan di dalam dunia lukisan.
Ketika teks diperlakukan sebagai sebuah cermin, subyektivitas si pembaca atau si penafsir sangat menentukan apa yang akan menjadi makna teks yang akan diperoleh. Pendekatan ini disebut pendekatan sinkronik (dari dua kata Yunani: syn + khronos; artinya: "bersamaan waktu", atau lebih tepat: pendekatan a-historis atau a-temporal), sebab pendekatan ini tidak mau meneliti sejarah teks di masa lalu, tetapi hanya mau mencari makna teks yang muncul ketika si pembaca atau si penafsir berinteraksi dengan dan bersama teks dalam proses pembacaan teks. Para pembela pendekatan ini biasa mengatakan "penulis aslinya sudah mati", jadi tidak perlu diperhatikan.
Karena peran si penafsir teks di masa kini sangat besar dalam menentukan makna teks yang akan didapat, maka pendekatan ini memang sangat subyektif. Setiap penafsir bisa menemukan beragam makna dan pesan dari suatu teks, bergantung pada kondisi mental dan dunia sosial-intelektual dan religiusnya. Metode tafsir "reader-response criticism" dan "strukturalisme" ada dalam jalur pendekatan tafsir yang sinkronik subyektif ini.
Dengan pendekatan sinkronik dan subyektif ini, si pembaca teks yang warna teologinya konservatif akan menemukan di dalam teks segala sesuatu yang dibutuhkan untuk ia mempertahankan dogma atau akidah konservatifnya itu. Tidak ada patokan atau rambu-rambu untuk menetapkan yang ini makna teks, bukan yang itu; sebab makna teks tergantung pada si pembaca atau si penafsir. Pendekatan ini, karena sangat subyektif, menimbulkan banyak problem hermeneutik dan epistemologis. Contoh: Apakah karena si penulis surat wasiat sudah mati, maka isi surat wasiat itu boleh ditafsir sembarang saja menurut kemauan si ahli waris? Juga, jika semua tokoh sejarah di masa lampau sudah mati, apakah setiap historiografi boleh ditulis sembarang saja menurut ideologi si penulis sejarah? Jawab untuk keduanya tentu Tidak! Tambahan pula, dengan memandang si penulis asli teks dulu sudah mati, maka si penafsir masa kini secara subyektif telah mengambil peran sebagai penulis teks itu sendiri yang berhak menentukan makna atau pesan teks.
Konservatisme religius memang kerap kali dipertahankan bukan dengan penggalian teks-teks suci secara kritis historis, tetapi dengan memakai wewenang para tokoh religius yang diberi kuasa mutlak untuk secara subyektif menentukan makna teks suci. []
* Dr. Ioanes Rakhmat, pengamat sosial keagamaan, tinggal di Jakarta

POLICY ANALYSIS
6:15 PM | Author: Arfie
Policy analysis or policy studies can be defined as "determining which of various alternative policies will most achieve a given set of goals in light of the relations between the policies and the goals" [1]. However, policy analysis can be divided into two major fields. Analysis of policy is analytical and descriptive, i.e. it attempts to explain policies and its development. Analysis for policy is prescriptive, i.e. it is involved with formulating policies and proposals (e.g. to improve social welfare)[2]. It depends on the area of interest and the purpose of analysis to determine what type of analysis is conducted.
It is frequently deployed in the public sector but is equally applicable to other kinds of organizations. Most policy analysts have graduated from public policy schools with public policy degrees. Policy analysis has its roots in systems analysis as instituted by United States Secretary of Defense Robert McNamara during the Vietnam War.[3]
Policy analysts can come from many backgrounds including sociology, psychology, economics, geography, law, political science, public policy, social work, environmental planning and public administration.

Approaches to policy analysis
Although various approaches to policy analysis exist, three general approaches can be distinguished: the analycentric, the policy process, and the meta-policy approach[4].
The analycentric approach focuses on individual problems and its solutions; its scope is the micro-scale and its problem interpretation is usually of a technical nature. The primary aim is to identify the most effective and efficient solution in technical and economic terms (e.g. the most efficient allocation of resources).
The policy process approach puts its focal point onto political processes and involved stakeholders; its scope is the meso-scale and its problem interpretation is usually of a political nature. It aims at determining what processes and means are used and tries to explain the role and influence of stakeholders within the policy process. By changing the relative power and influence of certain groups (e.g enhancing public participation and consultation), solutions to problems may be identified.
The meta-policy approach is a systems and context approach, i.e. its scope is the macro-scale and its problem interpretation is usually of a structural nature. It aims at explaining the contextual factors of the policy process, i.e. what are the political, economic and socio-cultural factors influencing it. As problems may result because of structural factors, e.g. a certain economic system or certain political institutions, solutions may include the change of the structure itself.

Methodology
Policy analysis is methodologically diverse using both qualitative methods and quantitative methods, including case studies, survey research, statistical analysis, and model building among others. One common methodology is to define the problem and evaluation criteria; identify all alternatives; evaluate them; and recommend the best policy option.

Models of policy analysis
Many models exist to analyze the creation and application of public policy. Analysts use these models to identify important aspects of policy, as well as explain and predict policy and its consequences.
Some models are:
Institutional model
Public policy is determined by political institutions, which give policy legitimacy. Government universally applies policy to all citizens of society and monopolizes the use of force in applying policy.
Process model
Policy creation is a process following these steps:
• Identification of a problem and demand for government action.
• Formulation of policy proposals by various parties (e.g, congressional committees, think tanks, interest groups).
• Selection and enactment of policy; this is known as Policy Legitimation.
• Evaluation of policy.
Rational model
Policy is intended to achieve maximum social gain. Rationally, the policy that maximizes benefits while minimizing costs is the best policy. It is a part of rational choice theory.
Incremental model
Policy is a continuation of previous government activity, with minimal changes made to previous policy.
Group model
The political system's role is to establish and enforce compromise between various, conflicting interests in society.
Elite model
Policy is a reflection of the interests of those individuals within a society that have the most power, rather than the demands of the masses.

1.Nagel, Stuart S. (Ed.), 1999, Policy Analysis Methods. New Science Publishers, Inc.
2.Bührs, Ton and Bartlett, Robert V., 1993. Environmental Policy in New Zealand. The Politics of Clean and Green. Oxford University Press
3.Radin, Beryl (2000), Beyond Machiavelli : Policy Analysis Comes of Age. Georgetown University Press.
4.see Bührs, Ton and Bartlett, Robert V., 1993. Environmental Policy in New Zealand. The Politics of Clean and Green. Oxford University Press
1.Nagel, Stuart S. (Ed.), 1999, Policy Analysis Methods. New Science Publishers, Inc.
2.Bührs, Ton and Bartlett, Robert V., 1993. Environmental Policy in New Zealand. The Politics of Clean and Green. Oxford University Press
3.Radin, Beryl (2000), Beyond Machiavelli : Policy Analysis Comes of Age. Georgetown University Press.
4.see Bührs, Ton and Bartlett, Robert V., 1993. Environmental Policy in New Zealand. The Politics of Clean and Green. Oxford University Press


PENDAPATAN NASIONAL
6:08 PM | Author: Arfie

Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah tangga keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan faktor-faktor produksi selama satu tahun

Sejarah
Konsep pendapatan nasional pertama kali dicetuskan oleh Sir William Petty dari Inggris yang berusaha menaksir pendapatan nasional Inggris pada tahun 1665. Dalam perhitungannya, ia menggunakan anggapan bahwa pendapatan nasional merupakan penjumlahan biaya hidup (konsumsi) selama setahun. Namun, pendapat tersebut tidak disepakati oleh para ahli ekonomi modern, sebab menurut pandangan ilmu ekonomi modern, konsumsi bukanlah satu-satunya unsur dalam perhitungan pendapatan nasional. Menurut mereka, alat utama sebagai pengukur kegiatan perekonomian adalah Produk Nasional Bruto (Gross National Product, GNP), yaitu seluruh jumlah barang dan jasa yang dihasilkan tiap tahun oleh negara yang bersangkutan diukur menurut harga pasar.

Konsep
Berikut adalah beberapa konsep pendapatan nasional
• Produk Domestik Bruto (GDP)
Produk domestik bruto (Gross Domestic Product) merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor.

Pendapatan nasional merupakan salah satu ukuran pertumbuhan ekonomi suatu negara
• Produk Nasional Bruto (GNP)
Produk Nasional Bruto (Gross National Product) atau PNB meliputi nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara (nasional) selama satu tahun; termasuk hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara yang berada di luar negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi di wilayah negara tersebut.
• Produk Nasional Neto (NNP)
Produk Nasional Neto (Net National Product) adalah GNP dikurangi depresiasi atau penyusutan barang modal (sering pula disebut replacement). Replacement penggantian barang modal/penyusutan bagi peralatan produski yang dipakai dalam proses produksi umumnya bersifat taksiran sehingga mungkin saja kurang tepat dan dapat menimbulkan kesalahan meskipun relatif kecil.
• Pendapatan Nasional Neto (NNI)
Pendapatan Nasional Neto (Net National Income) adalah pendapatan yang dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai pemilik faktor produksi. Besarnya NNI dapat diperoleh dari NNP dikurang pajak tidak langsung. Yang dimaksud pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain seperti pajak penjualan, pajak hadiah, dll.
• Pendapatan Perseorangan (PI)
Pendapatan perseorangan (Personal Income)adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan apapun. Pendapatan perseorangan juga menghitung pembayaran transfer (transfer payment). Transfer payment adalah penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas jasa produksi tahun ini, melainkan diambil dari sebagian pendapatan nasional tahun lalu, contoh pembayaran dana pensiunan, tunjangan sosial bagi para pengangguran, bekas pejuang, bunga utang pemerintah, dan sebagainya. Untuk mendapatkan jumlah pendapatan perseorangan, NNI harus dikurangi dengan pajak laba perusahaan (pajak yang dibayar setiap badan usaha kepada pemerintah), laba yang tidak dibagi (sejumlah laba yang tetap ditahan di dalam perusahaan untuk beberapa tujuan tertentu misalnya keperluan perluasan perusahaan), dan iuran pensiun (iuran yang dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan setiap perusahaan dengan maksud untuk dibayarkan kembali setelah tenaga kerja tersebut tidak lagi bekerja).
• Pendapatan yang siap dibelanjakan (DI)
Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income) adalah pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi. Disposable income ini diperoleh dari personal income (PI) dikurangi dengan pajak langsung. Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib pajak, contohnya pajak pendapatan.

Penghitungan
Jasa perbankan turut mempengaruhi besarnya pendapatan nasional
Pendapatan negara dapat dihitung dengan tiga pendekatan, yaitu:
• Pendekatan pendapatan, dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan (upah, sewa, bunga, dan laba) yang diterima rumah tangga konsumsi dalam suatu negara selama satu periode tertentu sebagai imbalan atas faktor-faktor produksi yang diberikan kepada perusahaan.
• Pendekatan produksi, dengan cara menjumlahkan nilai seluruh produk yang dihasilkan suatu negara dari bidang industri, agraris, ekstraktif, jasa, dan niaga selama satu periode tertentu. Nilai produk yang dihitung dengan pendekatan ini adalah nilai jasa dan barang jadi (bukan bahan mentah atau barang setengah jadi).
• Pendekatan pengeluaran, dengan cara menghitung jumlah seluruh pengeluaran untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara selama satu periode tertentu. Perhitungan dengan pendekatan ini dilakukan dengan menghitung pengeluaran yang dilakukan oleh empat pelaku kegiatan ekonomi negara, yaitu: Rumah tangga (Consumption), pemerintah (Goverment), pengeluaran investasi (Investment), dan selisih antara nilai ekspor dikurangi impor (X − M)

Manfaat
Selain bertujuan untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu negara dan untuk mendapatkan data-data terperinci mengenai seluruh barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara selama satu periode, perhitungan pendapatan nasional juga memiliki manfaat-manfaat lain, diantaranya untuk mengetahui dan menelaah struktur perekonomian nasional. Data pendapatan nasional dapat digunakan untuk menggolongkan suatu negara menjadi negara industri, pertanian, atau negara jasa. Contohnya, berdasarkan pehitungan pendapatan nasional dapat diketahui bahwa Indonesia termasuk negara pertanian atau agraris, Jepang merupakan negara industri, Singapura termasuk negara yang unggul di sektor jasa, dan sebagainya.
Disamping itu, data pendapatan nasional juga dapat digunakan untuk menentukan besarnya kontribusi berbagai sektor perekomian terhadap pendapatan nasional, misalnya sektor pertanian, pertambangan, industri, perdaganan, jasa, dan sebagainya. Data tersebut juga digunakan untuk membandingkan kemajuan perekonomian dari waktu ke waktu, membandingkan perekonomian antarnegara atau antardaerah, dan sebagai landasan perumusan kebijakan pemerintah.

Faktor yang memengaruhi
• Permintaan dan penawaran agregat
Permintaan agregat menunjukkan hubungan antara keseluruhan permintaan terhadap barang-barang dan jasa sesuai dengan tingkat harga. Permintaan agregat adalah suatu daftar dari keseluruhan barang dan jasa yang akan dibeli oleh sektor-sektor ekonomi pada berbagai tingkat harga, sedangkan penawaran agregat menunjukkan hubungan antara keseluruhan penawaran barang-barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan dengan tingkat harga tertentu.

Konsumsi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pendapatan nasional
Jika terjadi perubahan permintaan atau penawaran agregat, maka perubahan tersebut akan menimbulkan perubahan-perubahan pada tingkat harga, tingkat pengangguran dan tingkat kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Adanya kenaikan pada permintaan agregat cenderung mengakibatkan kenaikan tingkat harga dan output nasional (pendapatan nasional), yang selanjutnya akan mengurangi tingkat pengangguran. Penurunan pada tingkat penawaran agregat cenderung menaikkan harga, tetapi akan menurunkan output nasional (pendapatan nasional) dan menambah pengangguran.
• Konsumsi dan tabungan
Konsumsi adalah pengeluaran total untuk memperoleh barang-barang dan jasa dalam suatu perekonomian dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun), sedangkan tabungan (saving) adalah bagian dari pendapatan yang tidak dikeluarkan untuk konsumsi. Antara konsumsi, pendapatan, dan tabungan sangat erat hubungannya. Hal ini dapat kita lihat dari pendapat Keynes yang dikenal dengan psychological consumption yang membahas tingkah laku masyarakat dalam konsumsi jika dihubungkan dengan pendapatan.
• Investasi
Pengeluaran untuk investasi merupakan salah satu komponen penting dari pengeluaran agregat.

sumber wikipedia.org

GEOGRAFI DAN PENGEMBANGAN WILAYAH
5:50 PM | Author: Arfie
Perencanaan kota dan wilayah menggunakan ilmu geografi untuk membantu mempelajari bagaimana membangun (atau tidak membangun) suatu lahan menurut kriteria tertentu, misalnya keamanan, keindahan, kesempatan ekonomi, perlindungan cagar alam atau cagar budaya, dsb. Perencanaan kota, baik kota kecil maupun kota besar, atau perencanaan pedesaan mungkin bisa dianggap sebagai geografi terapan walau mungkin terlihat lebih banyak seni dan pelajaran sejarah. Beberapa masalah yang dihadapi para perencana wilayah diantaranya adalah eksodus masyarakat desa dan kota dan Pertumbuhan Pintar (Smart Growth).
Pengembangan wilayah dikembangkan pada sekitar tahun 1980-an oleh para Geografiwan Eropa, terutama dari Nederland. Saat kerjasama Universitas antar kedua negara dilakukan, sejumlah ahli Geografi asal Belanda ikut serta dalam program pencangkokan dosen di UGM. Hasilnya adalah lahirnya program studi baru bernama Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah. Sebelum berdiri menjadi disiplin tersendiri yang memadukan Ilmu Geografi dengan Ilmu Perencanaan Wilayah, proyek ini dikenal dengan nama Rural and Regional Development Planning (RRDP).
Pada tahun 1950-an, gerakan ilmu wilayah muncul, dipimpin oleh Walter Isard untuk menghasilkan lebih banyak dasar kuantitatif dan analitis pada masalah geografi, sebagai tanggapan atas pendekatan kualitatif pada program geografi tradisional. Ilmu wilayah berisi pengetahuan bagaimana dimensi keruangan menjadi peran penting, seperti ekonomi regional, pengelolaan sumber daya, teori lokasi, perencanaan kota dan wilayah, transportasi dan komunikasi, geografi manusia, persebaran populasi, ekologi muka bumi dan kualitas lingkungan.
Geografi ada karena adanya perbedaan keruangan antara suatu daerah dengan daerah lainnya. Geografi menjelaskan bagaimana bentuk dan lapisan muka bumi, bisa berbentuk sedemikian rupa secara sistematis. Juga berkaitan dengan kegiatan manusia di muka bumi yang berbeda-beda tersebut. Perbedaan Geografi dengan ilmu-limu lainnya seperti Pertanian, Geologi, dan lainnya adalah dari pendekatan teorinya.

SEJARAH GEOGRAFI
5:34 PM | Author: Arfie

Bangsa Yunani adalah bangsa yang pertama dikenal secara aktif menjelajahi geografi sebagai ilmu dan filosofi, dengan pemikir utamanya Thales dari Miletus, Herodotus, Eratosthenes, Hipparchus, Aristotle, Dicaearchus dari Messana, Strabo, dan Ptolemy. Bangsa Romawi memberi sumbangan pada pemetaan karena mereka banyak menjelajahi negeri dan menambahkan teknik baru. Salah satu tekniknya adalah periplus, deskripsi pada pelabuhan dan daratan sepanjang garis pantai yang bisa dilihat pelaut di lepas pantai; contoh pertamanya adalah Hanno sang Navigator dari Carthaginia dan satu lagi dari Laut Erythraea, keduanya selamat di laut menggunakan teknik periplus dengan mengenali garis pantai laut Merah dan Teluk Persia.
Pada Zaman Pertengahan, bangsa Arab seperti al-Idrisi, Ibnu Battuta dan Ibnu Khaldun memelihara dan terus membangun warisan bangsa Yunani dan Romawi. Dengan perjalanan Marco Polo, geografi menyebar ke seluruh Eropa. Selama zaman Renaissance dan pada abad ke-16 dan 17 banyak perjalanan besar dilakukan untuk mencari landasan teoritis dan detil yang lebih akurat. Geographia Generalis oleh Bernhardus Varenius dan peta dunia Gerardus Mercator adalah contoh terbesar.
Setelah abad ke-18 geografi mulai dikenal sebagai disiplin ilmu yang lengkap dan menjadi bagian dari kurikulum di universitas di Eropa (terutama di Paris dan Berlin), tetapi tidak di Inggris dimana geografi hanya diajarkan sebagai sub-disiplin dari ilmu lain. Salah satu karya besar zaman ini adalah Kosmos: sketsa deskripsi fisik Alam Semesta, oleh Alexander vom Humboldt.
Selama lebih dari dua abad kuantitas pengetahuan dan perangkat pembantu banyak ditemukan. Terdapat hubungan yang kuat antara geografi dengan geologi dan botani, juga ekonomi, sosiologi dan demografi.
Di barat, selama abad ke-20, disiplin ilmu geografi melewati empat fase utama: (a) determinisme lingkungan, (b) geografi regional, (c) revolusi kuantitatif dan (d) geografi kritis.
Determinisme lingkungan adalah teori yang menyatakan bahwa karakteristik manusia dan budayanya disebabkan oleh lingkungan alamnya. Penganut fanatik deteriminisme lingkungan adalah Carl Ritter, Ellen Churchill Semple dan Ellsworth Huntington. Hipotesis terkenalnya adalah "iklim yang panas menyebabkan masyarakat di daerah tropis menjadi malas" dan "banyaknya perubahan pada tekanan udara pada daerah lintang sedang membuat orangnya lebih cerdas". Ahli geografi determinisme lingkungan mencoba membuat studi itu menjadi teori yang berpengaruh. Sekitar tahun 1930-an pemikiran ini banyak ditentang karena tidak mempunyai landasan dan terlalu mudahnya membuat generalisasi (bahkan lebih sering memaksa). Determinisme lingkungan banyak membuat malu geografer kontemporer, dan menyebabkan sikap skeptis di kalangan geografer dengan klaim alam adalah penyebab utama budaya (seperti teori Jared Diamond).
Geografi regional menegaskan kembali topik bahasan geografi pada ruang dan tempat. Ahli geografi regional memfokuskan pada pengumpulan informasi deskriptif tentang suatu tempat, juga metode yang sesuai untuk membagi bumi menjadi beberapa wilayah atau region. Basis filosofi kajian ini diperkenalkan oleh Richard Hartshorne.
Revolusi kuantitatif adalah usaha geografi untuk mengukuhkan dirinya sebagai ilmu (sains), pada masa kebangkitan interes pada sains setelah peluncuran Sputnik. Revolusioner kuantitatif, sering disebut "kadet angkasa", menyatakan bahwa kegunaan geografi adalah untuk menguji kesepakatan umum tentang pengaturan keruangan suatu fenomena. Mereka mengadopsi filosofi positifisme dari ilmu alam dan dengan menggunakan matematika - terutama statistika - sebagai cara untuk menguji hipotesis. Revolusi kuantitatif merupakan landasan utama pengembangan Sistem Informasi Geografis.
Walaupun pendekatan positifisme dan pos-positifisme tetap menjadi hal yang penting dalam geografi, tetapi kemudian geografi kritis muncul sebagai kritik atas positifisme. Yang pertama adalah munculnya geografi manusia. Dengan latar belakang filosofi eksistensialisme dan fenomenologi, ahli geografi manusia (seperti Yi-Fu Tuan) memfokuskan pada peran manusia dan hubungannya dengan tempat. Pengaruh lainnya adalah geografi marxis, yang menerapkan teori sosial Karl Marx dan pengikutnya pada geografi fenomena. David Harvey dan Richard Peet merupakan geografer marxis yang terkenal. Geografi feminis, seperti pada namanya, menggunakan ide dari feminisme pada konteks geografis. Arus terakhir dari geografi kritis adalah geografi pos-modernis, yang mengambil ide teori pos-modernis dan pos-strukturalis untuk menjelajahi konstruksi sosial dari hubungan keruangan.


sumber : wikipedia.org

HAKIKAT HAJI DAN UMRAH
7:20 PM | Author: Arfie

Pengertian Haji dan Umrah
Haji menurut pengertian bahasa adalah menuju ke suatu tempat berulang kali atau menuju kepada sesuatu yang di besarkan atau dimuliakan. Assiddiqi juga berbicara tentang Haji dalam bukunya : Pedoman Haji ; dinamakannya Haji karena merupakan tempat yang dimuliakan, sehingga mengunjunginya dinakan Haji.
Menurut syara’; Haji adalah pergi menuju baitullah untuk melakukan ibadah yang telah dietapkan Allh SWT. Atau ibadah akbar dengan melakukan ziarah ke tanah suci makkah.
Bepergian untuk tujuan Ibadah telah dikenal oleh umat- umat terdahulu khususnya di dunia timur yang kesemuanya bertujuan untuk penyucian jasmani dan rohani dan karena itu ia selalu didahului dengan mandi. Namun bepergian dalam Haji dalam Islam berbeda dengan bentuk–bentuk bepergian yang dikenal umat terdahulu yang dimotivasi oleh hasrat mendapat berkat dengan menghadiri upacara yang dipimpin pemuka agama dan berkorban untuk dianugerahkan pada para pemimpin itu. Maka dari itulah nabi Ibrahim a.s datang untuk membenarkan ajaran yang sesungguhnya yaitu peng-Esaaan Tuhan. Ibrahim a.s, menemukan dan membina keyakinannya melalui pencarian dan pengalaman keruhanian yang dilaluinya, dan hal ini - secara Qur’ani – terbukti bukan saja dalam penemuannya tentang keesaan Tuhan seru sekalian alam, sebagaimana diuraikan dalam surat al-An’am ayat 75, tetapi juga dalam keyakinan tentang hari kebangkitan.
Demikianlah sebagian kecil dari keistimewaan Nabi Ibrahim a.s, sehingga wajar jika beliau dijadikan teladan untuk seluruh manusia, seperti yang ditegaskan oleh al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 127. keteladanan tersebut antara lain diwujudkan dalam bentuk ibadah Haji dengan berkunjung ke Makkah, karena beliaulah bersama putranya isma’il. a.s yang membangun (kembali) fondasi-fondasi Ka’bah. Dan beliau pulalah yang yang diperintahkan untuk mengumandangkan syari’at haji. Keteladanan yang diwujudkan dalam bentuk ibadah tersebut dan yang praktek-praktek ritualnya berkaitan dengan peristiwa yang dialami oleh beliau dan keluarganya, pada hakikatnya merupakan penegasan kembali dari setiap jama’ah haji, tentang keterikatannya dengan prinsip-prinsip keyakinan yang dianut oleh Ibrahim a.s.
Ditinjau dari segi kebahasaan, pengertian umrah adalah ziarah atau mengunjungi; sedangkan dari segi istilah agama, umrah adalah menziarahi ka’bah, bertawaf disekeliling ka’bah, bersa’I antara shofa dan marwah, serta becukur atau memotong rambut.
Haji dan umrah adalah sama-sama ibadah yang mengunjungi ka’bah, namun untuk haji sendiri telah diatur pada waktu tertentu, sedangkan umrah waktunya boleh kapanpun.

Dasar Disyari’atkannya Haji danUmrah
Haji dan Umrah disyari’atkan dari berbagai dalil
a. al-Qur’an :
Allah berfirman
“mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah” (Q. S. ali Imran : 97)

“Dan sempurnakanlah haji dan umrah untuk Allah…” (Q.S. al-Baqarah : 196)

b. as-Sunnah
Hadis nabi yang diriwayatkan oleh bukhari dan muslim dari Ibn Umar bahwa Rasulullah bersabda : “Islam didirikan atas liam sendi : besaksi bahwasanya tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, berhaji ke Baitullah, dan berpuasa di bulan Ramadhan”

Macam-macam Haji, Umrah dan Ketentuan Hukumnya
Haji dan Umrah mempunyai prosedur-prosedur yang dapat ditempuh salah satu dari tiga macam cara yaitu
1. Ifrad
Maksudnya adalah menunaikan Haji dengan cara mendahulukan haji daripada umrah. Dalam hal ini seseorang mengerjakan haji sendiri dengan berihram di miqatnya dan mengerjakan umrah sendiri pula. Orang yang berhaji secara ifrad, ia tetap dalam keadaan ihram sampai selesai segala amalan hajinya, sesudah itu barulah mengerjakan umrah jika dia kehendaki. Dan jika mengerjakan haji ifrad, mengucapkan “Labbaika hajjan”
2. Qiran
Adalah mengerjakan ibadah haji dan umrah dengan bebarengan, atau berihram dengan umrah dahulu, kemudian sebelum bertawaf memasukkan haji ke dalam umrah itu. (Pengumpulan jadi satu antara haji dan umrah)
Orang yang berhaji secara qiran, ia tetap dalam keadaan ihram sampai selesai seluruh amalan haji dan umrahnya. Atau ia berihram di miqat dengan umrah, setelah itu dimasukkan haji ke dalamnya sebelum tawaf.
3. Tamattu’
Maksudnya adalah melaksanakan ibadah haji dengan mendahulukan umrah daripada haji, artinya setelah selesai umrah barulah mngerjakan haji. Cara ini dinamakan tamattu’ lantaran bulan-bulan haji pada satu tahun dimanfaatkan untuk dua ibadah sekaligus, tanpa harus kembali dahulu ke rumah asalnya, ia dapat menikmati apa yang tidak diperbolehkan dalam masa ihram, setelah ia bertahallul dari ihram umrah, seperti memakai kain berjahit, wewangian dan lain-lain. Dan jika melakukan Qiran dan Tamattu’ maka ucapkanlah “Labbaika umratan wahajjan”

Haji dan pengamalan Nilai-nilai keamanusiaan Universal
Tentu saja makna kemanusiaan dan pengamalan nilai-nilainya tidak hanya terbatas pada persamaan nilai kemanusiaan. Ia meancakup seperangkat nilai-nilai luhur yang seharusnya menghiasi jiwa pemiliknya. Ia bermula dari keasdaran akan fitrah (jati diri)-nya serta keharusan menyesuaikan diri dengan tujuan kehadiran di pentas bumi ini.
Kemanusiaan mengantarkannay untuk menyadari bahwa ia adalah makhluk dwi dimensi yang harus melanjutkan evolusinya hingga mencapai titik akhir. Kemanusiaan mengantarkannyauntuk sadar bahwa ia adalah makhluk sosial yang idak dapa hidup sendirian dan harus bertenggang rasa dalam berinteraksi.
Makna-makna diatas diprakekkan dalam pelaksanaan ibadah haji, baik dalam acara-acara ritual atau dalam tuntunan moralitasnya, daqlam bentuk kewajiban atau larangan, dan dalam bentuk nyata aau simbolik. Kesemuanya itu pada akhirnya mengantarkan jamaah haji hidup dengan pengalaman dan pengamalan kemanusiaan universal.

EARTH SURFACE
8:12 AM | Author: Arfie
Alferd Wegener was concerned with the fit of continents - he was not the first to notice that South America could fit nicely against Africa, and the perhaps N. America could fit against Europe. He proposed the idea of Continental Drift to explain the idea that they are not now joined, but that they might once have been. His theory didn't provide a mechanism for this motion and that was one of the main reasons why it was strongly criticized. He also didn't include explanations for other tectonic features that today we associate so clearly with plate tectonics, namely subduction, seafloor spreading, and hotspots. As you probably know, Iceland is a hotspot that happens to lie under a seafloor spreading center.


The earth's surface is broken into seven large and many small moving plates. These plates, each about 50 miles thick, move relative to one another an average of a few inches a year. Three types of movement are recognized at the boundaries between plates: convergent, divergent and transform-fault.
At convergent boundaries, plates move toward each other and collide. Where an oceanic plate collides with a continental plate, the oceanic plate tips down and slides beneath the continental plate forming a deep ocean trench (long, narrow, deep basin.) An example of this type of movement, called subduction, occurs at the boundary between the oceanic Nazca Plate and the continental South American Plate. Where continental plates collide, they form major mountain systems such as the Himalayas.
At divergent boundaries, plates move away from each other such as at the Mid-Atlantic Ridge. Where plates diverge, hot, molten rock rises and cools adding new material to the edges of the oceanic plates. This process is known as sea-floor spreading.
At transform-fault boundaries, plates move horizontally past each other. The San Andreas Fault zone is an example of this type of boundary where the Pacific Plate on which Los Angeles sits is moving slowly northwestward relative to the North American Plate on which San Francisco sits.
Plate tectonics, the branch of science that deals with the process by which rigid plates are moved across hot molten material, has helped to explain much in global-scale geology including the formation of mountains, and the distribution of earthquakes and volcanoes.
PEMIKIRAN BUNG KARNO MENUJU PANCASILA
7:58 AM | Author: Arfie

TANGGAL 6 Juni 1901 adalah hari kelahiran pejuang penggalang persatuan, Bung Karno. Maka tanggal 6 Juni 2001 merupakan HUT kelahirannya yang ke seratus. Tanggal 6 Juni merupakan momentum yang tepat karena dalam situasi negara dan bangsa Indonesia dalam ancaman disintegrasi, perjuangan Bung Karno, bersama pemimpin Indonesia lainnya dalam pergerakan kemerdekaan dapat membangkitkan kembali semangat kemerdekaan bangsa Indonesia. Dengan semangat baru diharapkan integrasi bangsa Indonesia dapat dipertahankan. Apa yang penulis sajikan merupakan ungkapan atas kekaguman terhadap Bung Karno sebagai penggalang persatuan bangsa yang terbesar.
Dalam menangkap kembali peran Bung Karno tersebut akan penulis sajikan tinjauan tentang studi dan aktivitas sosial- politiknya, yang kemudian berujung pada sumbangnya menggali nilai-nilai budaya yang menjadi causa materialis bagi keberadan dasar filsafat negara Pancasila.
Pengetahuan yang diperlukan Bung Karno memang lahir di Surabaya, tetapi masa remajanya dihabiskan di Mojokerto. Di kota kecil itu ia belajar ELS (Europeesch Lagere School/sekolah dasar buat anak-anak Eropa).
Masuknya Bung Karno kecil di ELS tersebut mengisyaratkan bahwa dirinya lebih dibandingkan anak orang kebanyakan. Untuk dapat belajar di sekolah itu ia harus mampu berbahasa Belanda, dan SPP sekolah tersebut mahal.
Dari ELS ia meneruskan pendidikannya di HBS (Hogere Burger School, SLTP dan SLTA disatukan). Tentu biayanya lebih mahal lagi. Meski demikian ayahnya, yang Kepala Sekolah Rakyat (Volkschool), dapat membiayainya dengan mengabaikan pendidikan saudara-saudara perempuannya.
Ia menyelesaikan studi di HBS pada tahun 1921, lalu melanjutkan studinya di Sekolah Tinggi Tehnik (Technische Hofe School dan akhirnya mendirikan dan memimpin PNI tahun 1927.
Untuk mendukung posisi kepemimpinannya Bung Karno belajar banyak, dengan membaca buku-buku di perpustakaan Teheosophie di Surabaya dan STT Bandung. Ia juga belajar dari kehidupan alam dan lingkungan sosial setempat.
Maka pengetahuan Bung Karno sangat luas. Andai saja Bung Karno hanya memperlajari ilmu teknik melulu, Indonesia tidak akan mengenal pemimpin nasional bernama Sukarno (Bung Karno).
Hal penting lain yang terbukti kelak menjadi unggulan Bung Karno adalah kepandaiannya berpidato. Salah seorang yang dapat disebut sebagai guru berpidatonya adalah HOS Tjokroaminoto. Kebetulan selama di HBS, Bung Karno muda mondok di rumah Tjokroaminoto, pemimpin Sarekat Islam terkemuka.
Bung Karno memang mampu berpidato selama berjam-jam tanpa pendengarnya bosan. Kepandaiannya berpidati bukan saja diakui di Indonesia, tetapi juga di luar negeri, seperti di Australia dan Amerika.
Di sekitar PNI Dengan bekal yang begitu besar tidaklah mustahil Bung Karno dapat berbuat begitu banyak untuk bangsanya dalam perjuangan kemerdekaan. Dimulai dengan pendirian Algemene Studie Club di Bandung pada tahun 1925. Perkumpulan itu seperti kelompok diskusi yang banyak didirikan oleh para mahasiswa dan cendekiawan sekarang. Kelompok diskusi itu memang baru merupakan perkumpulan akademis-teoritis (academic exercise). Dalam aktivitasnya Algemene Studie Club 1925 sampai Juni 1927 memang masih terbatas pada studi teori. Hal itu juga karena PKI masih jaya dan sanggup memegang "komando" pergerakan kebangsaan. Tetapi sesudah kegagalan pemberontakan rakyat yang digerakkan PKI November 1926 - Februari 1927 terjadilan "kekosongan" pimpinan pergerakan kemerdekaan. Oleh karena itu perlulah "kekosongan" itu diisi, dan sudah saatnya Algemene Studie Club diubah menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI).
Menarik perhatian bahwa peresmian berdirinya PNI berlangsung pada tanggal 4 Juli 1927.
Tanggal kelahiran PNI jelas bukan suatu kebetulan. Almarhum Adam Malik dalam bukunya Adam Malik Mengabdi RI pernah menjelaskan bahwa pilihan tanggal 4 Juli ada kaitannya dengan hari kemerdekaan Amerika Serikat.
Sejarah mencatat proklamasi kemerdekaan Amerika berlangsung pada tanggal 4 Juli 1776 di Philadelpia. Dengan memilih 4 Juli sebagai hari berdirinya PNI, para pemimpin PNI berharap semangat, siasat dan keberhasilan revolusi kemerdekaan Amerika akan mengilhami semangat, siasat dan keberhasilan perjuangan bangsa Indonesia di bawah pimpinan PNI.
Bung Karno berharap bangsa Indonesia dapat bersatu padu, karena hanya dengan cara begitu mereka dapat menang menghadapi penjajah. Untuk itu paham atau ideologi yang berbeda perlu dipersatukan lewat persamaan-persamaan yang ada. Demikianlah Bung Karno pada tahun 1926 mengajak pendukung ideologi Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme untuk dapat dan mau bersatu. Perbedaan- perbedaan yang ada mestinya dikesampingkan.
Memang kehendak Bung Karno mempersatukan ketiga paham itu sesuatu yang mungkin. Perekat persatuannya adalah kesamaan umur. Ketiga paham itu anti kapitalisme dan imperialisme, pro kemerdekaan dan kesejahteraan umum.
Mungkinkah hal itu? Bagi pemikiran Bung Karno hal itu memang sesuatu yang mungkin, karena Bung Karno menyederhanakan persoalan. Hal itu dapat Bung Karno lakukan, menurut Berhhard Dahm dalam bukunya Sukarno dan Perjuangan Kemerdekaan, karena pemahaman Bung Karno akan ketiga aliran (ideologi) itu agak dangkal.
Dalam kaitan dengan judul tulisan ini yang substansial adalah pengenalan tiga nilai dasar, yang kelak berkembang menjadi Pancasila. Ketiga nilai dasar itu adalah: Nasionalisme, yang bermakna kebangsaan, Islamisme yang bermakna Ketuhanan, dan Marxisme yang berawal dari sosialisme atau keadilan sosial. Hal itu disampaikan Bung Karno pada tahun 1926 lewat SK Suluh Indonesia Muda.
Menuju ke Pancasila Bung Karno belum menyatukan gagasannya dengan nilai kerakyatan (demokrasi). Tampaknya menunggu sampai nilai kerakyatan itu dicanangkan oleh Perhimpunan Indonesia pada tahun 1925, sehingga Bung Karno menemukan nilai dasar yang keempat itu.
Namun ada hal yang agak kurang konsisten dalam PNI. Sesungguhnya pada waktu PNI sudah berdiri dan berjuang, ia sudah mengenal lima asas yaitu: 1. Nasionalisme, 2. Islamisme, 3. Sosialisme, 4. Kerakyatan, 5. Kemanusiaan.
Tetapi Bung Karno dalam tulisan-tulisannya yang dimuat dalam Dibawah Bendera Revolusi (DBR) menyatakan asas/ideologi PNI adalah Marhaenisme, yaitu asas/ideologi kerakyatan yang memperjuangkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Nilai dasar yang terkandung di dalamnya adalah sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi. Sosio-nasionalisme adalah rasa cinta bangsa yang diimbangi dengan rasa kemanusiaan. Sedangkan sosio-demokrasi adalah kerakyatan yang diimbangi dengan kesejahteraan. Sosio- demokrasi dapat diartikan pula sebagai demokrasi politik disertai demokrasi ekonomi.
Meski agama, khususnya agama Islam, sudah sering dipikirkan, tetapi ternyata dalam Marhaenisme agama belum mendapatkan tempat yang mantap.
Bung Karno masih memerlukan waktu yang cukup lama untuk memasukkan ketuhanan ke dalam sistem "filsafatnya". Tampaknya ia perlu memikirkan status agama lain supaya ia dapat memasukkan dasar ketuhanan, yang lebih luas dari pada sekadar keislaman.
Maka dapat dipahami bahwa baru pada tahun 1945 Bung Karno selesai merumuskan dan memadukan lima nilai, yaitu Pancasila, menjadi dasar filsafat negara. Itulah tawaran Bung Karno dalam menjawab pertanyaan Ketua BPUPKI, Dokter Radjiman. "Indonesia merdeka yang akan kita dirikan apa dasarnya?" Tawaran Bung Karno diterima oleh BPUPKI yang kemudian membahas dan merumuskannya kembali, dan PPKI menetapkannya menjadi dasar filsafat Pancasila.
Dari uraian diatas nyata bahwa penemuan dan penetapan Pancasila menjadi dasar filsafat itu berproses dari pemikiran 1926 sampai 1945 (lebih kurang 20 tahun).
Maka dari itu kita sekarang pantas bersyukur atas jasa Bung Karno dan para founding fathers. Sesungguhnya merupakan suatu kesepakatan demokratis demi hidup bersama dan bekerjasama rakyat Indonesia yang begitu bhineka. Dengan Pancasila kebhinekaan itu disatukan, integrasi terwujudkan.
Saya mengajak pembaca khususnya dan seluruh bangsa Indonesia pada umumnya untuk mengamalkan Pancasila. Yakinlah hanya dengan kembali ke Pancasila integrasi bangsa dapat dipulihkan.
terminologi Pancasila.
Mengapa Bung Karno menggunakan terminologi Pancasila? Terutamanya ianya adalah bahasa Sanskerta. Ketika jaman kolonial, bahasa sanskerta cukup terbatas penggunaannya dikalangan bangsa Indonesia. Pancasila juga adalah rukun agama Buddha, maka senang terkeliru dengan Pancasila Indonesia. Apakah terdapat kisah disebalik penggunaan terminologi ini? 141.213.240.242 06:40, 9 Februari 2006 (UTC) Makna objektif? perlu diganti
bennylin 00:07, 30 Agustus 2007 (UTC) Saya rasa banyak penafsiran kelima sila Pancasila yang bersifat objektif (tanpa sumber, makna tersebut hanyalah penafsiran orang tertentu). Bagaimana menurut yang lain?

Oleh: G Moedjanto
DEFINISI LINGKUNGAN HIDUP
9:35 PM | Author: Arfie
Lingkungan hidup dapat didefinisikan sebagai:
1. Daerah di mana sesuatu mahluk hidup berada.
2. Keadaan/kondisi yang melingkupi suatu mahluk hidup.
3. Keseluruhan keadaan yang meliputi suatu mahluk hidup atau sekumpulan mahluk hidup, terutama:
1. Kombinasi dari berbagai kondisi fisik di luar mahluk hidup yang mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan kemampuan mahluk hidup untuk bertahan hidup.
2. Gabungan dari kondisi sosial and budaya yang berpengaruh pada keadaan suatu individu mahluk hidup atau suatu perkumpulan/komunitas mahluk hidup.
Istilah lingkungan dan lingkungan hidup atau lingkungan hidup manusia seringkali digunakan silih berganti dalam pengertian yang sama. Apabila lingkungan hidup itu dikaitkan dengan hukum/aturan pengelolaannya, maka batasan wilayah wewenang pengelolaan dalam lingkungan tersebut harus jelas

Definisi Lingkungan Hidup Indonesia
Lingkungan hidup bagi bangsa Indonesia tidak lain merupakan Wawasan Nusantara, yang menempati posisi silang antara dua benua dan dua samudera dengan iklim tropis dan cuaca serta musim yang memberikan kondisi alamiah dan kedudukan dengan peranan strategis yang tinggi nilainya, tempat bangsa Indonesia menyelenggarakan kehidupan bernegara dalam segala aspeknya. Secara hukum maka wawasan dalam menyelenggarakan penegakan hukum pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia adalah Wawasan Nusantara.

Persetujuan Internasional Tentang Lingkungan Hidup
Indonesia termasuk dalam perjanjian: Biodiversitas, Perubahan Iklim, Desertifikasi, Spesies yang Terancam, Sampah Berbahaya, Hukum Laut, Larangan Ujicoba Nuklir, Perlindungan Lapisan Ozon, Polusi Kapal, Perkayuan Tropis 83, Perkayuan Tropis 94, Dataran basah, Perubahan Iklim - Protokol Kyoto (UU 17/2004), Perlindungan Kehidupan Laut (1958) dengan UU 19/1961.

Masalah lingkungan hidup di Indonesia
Bahaya alam: banjir, kemarau panjang, tsunami, gempa bumi, gunung berapi, kebakaran hutan, gunung lumpur, tanah longsor. Masalah Lingkungan hidup di Indonesia saat ini: penebangan hutan secara liar/pembalakan hutan; polusi air dari limbah industri dan pertambangan; polusi udara di daerak perkotaan (Jakarta merupakan kota dengan udara paling kotor ke 3 di dunia); asap dan kabut dari kebakaran hutan; kebakaran hutan permanen/tidak dapat dipadamkan; perambahan suaka alam/suaka margasatwa; perburuan liar, perdagangan dan pembasmian hewan liar yang dilindungi; penghancuran terumbu karang; pembuangan sampah B3/radioaktif dari negara maju; pembuangan sampah tanpa pemisahan/pengolahan; semburan lumpur liar di Sidoarjo, Jawa Timur.
DEFINISI LINGKUNGAN HIDUP
9:28 PM | Author: Arfie
Lingkungan hidup dapat didefinisikan sebagai:
1. Daerah di mana sesuatu mahluk hidup berada.
2. Keadaan/kondisi yang melingkupi suatu mahluk hidup.
3. Keseluruhan keadaan yang meliputi suatu mahluk hidup atau sekumpulan mahluk hidup, terutama:
1. Kombinasi dari berbagai kondisi fisik di luar mahluk hidup yang mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan kemampuan mahluk hidup untuk bertahan hidup.
2. Gabungan dari kondisi sosial and budaya yang berpengaruh pada keadaan suatu individu mahluk hidup atau suatu perkumpulan/komunitas mahluk hidup.
Istilah lingkungan dan lingkungan hidup atau lingkungan hidup manusia seringkali digunakan silih berganti dalam pengertian yang sama. Apabila lingkungan hidup itu dikaitkan dengan hukum/aturan pengelolaannya, maka batasan wilayah wewenang pengelolaan dalam lingkungan tersebut harus jelas.

Definisi Lingkungan Hidup Indonesia
Lingkungan hidup bagi bangsa Indonesia tidak lain merupakan Wawasan Nusantara, yang menempati posisi silang antara dua benua dan dua samudera dengan iklim tropis dan cuaca serta musim yang memberikan kondisi alamiah dan kedudukan dengan peranan strategis yang tinggi nilainya, tempat bangsa Indonesia menyelenggarakan kehidupan bernegara dalam segala aspeknya. Secara hukum maka wawasan dalam menyelenggarakan penegakan hukum pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia adalah Wawasan Nusantara.

Persetujuan Internasional Tentang Lingkungan Hidup
Indonesia termasuk dalam perjanjian: Biodiversitas, Perubahan Iklim, Desertifikasi, Spesies yang Terancam, Sampah Berbahaya, Hukum Laut, Larangan Ujicoba Nuklir, Perlindungan Lapisan Ozon, Polusi Kapal, Perkayuan Tropis 83, Perkayuan Tropis 94, Dataran basah, Perubahan Iklim - Protokol Kyoto (UU 17/2004), Perlindungan Kehidupan Laut (1958) dengan UU 19/1961.

Masalah lingkungan hidup di Indonesia
Bahaya alam: banjir, kemarau panjang, tsunami, gempa bumi, gunung berapi, kebakaran hutan, gunung lumpur, tanah longsor. Masalah Lingkungan hidup di Indonesia saat ini: penebangan hutan secara liar/pembalakan hutan; polusi air dari limbah industri dan pertambangan; polusi udara di daerak perkotaan (Jakarta merupakan kota dengan udara paling kotor ke 3 di dunia); asap dan kabut dari kebakaran hutan; kebakaran hutan permanen/tidak dapat dipadamkan; perambahan suaka alam/suaka margasatwa; perburuan liar, perdagangan dan pembasmian hewan liar yang dilindungi; penghancuran terumbu karang; pembuangan sampah B3/radioaktif dari negara maju; pembuangan sampah tanpa pemisahan/pengolahan; semburan lumpur liar di Sidoarjo, Jawa Timur.
FOTO PANKROMATIK VS FOTO INFRAMERAH
8:49 PM | Author: Arfie

Foto udara hitam putih biasanya dibuat dengan film pankromatik atau film yang peka terhadap inframerah. Film pankromatik telah lama digunakan untuk foto udara sebagai jenis film baku. Penggunaan fotografi hitam putih untuk membedakan antara pohon gugur daun musiman dan pohon berdaun jarum. Melakukan pemotretan pada julat sekitar 0,3µm – 0,9µm ini berdasarkan ketidakstabilan material emulsi segera fotokimiawi yang peka hingga di luar panjang gelombang ini. Batas 0,3 µm untuk fotografi ditentukan oleh sesuatu di luar kepekaan film. Masalah bagi pemotretan pada panjang gelombang yang lebih pendek dari 0,4 µm adalah : atmosfer menyerap atau menghamburkan tenaga ini, dan lensa kamera kaca menyerap energi ini. Akan tetapi foto grafi dapat diperoleh pada julat ultraviolet apabila dapat dihindari batas ketinggian terbang dalam kondisi atmosfer yang tidak menyenangkan. Fotografi ultraviolet menarik pada penelitian dan pengelolaan zoologi. Yang ditunjukan ialah foto udara pankromatik dan ultraviolet yang dibuat secara bersamaan untuk memotret binatang kutub. Terapan foto udara ultraviolet sangat terbatas jumlahnya, terutama adanya hamburan atmosferik yang sangat kuat pada energi ultraviolet.

Banyak terapan yang digunakan menggunakan film berwarna. Manfaat utama penggunaan film berwarna adalah karena mata manusia dapat membedakan tingkat warna lebih banyak dari pada membedakannya dalam bentuk keabuan. Film negatif berwarna menghasilkan citra negatif yang digunakan di dalam urutan negatif ke positif dengan cara yang serupa dengan film negatif hitam putih. Negatif berwarna menyajikan suatu gambaran yang geometri dan kecerahannya terbalik. Film berwarna terbalik ialah film yang dapat diproses untuk menghasilkan citra positif secara langsung pada film asli yang di buka di dalam kamera. Pemberian suatu lapis warna pada julat kepekaan spektral tertentu merupakan parameter pebuatan film yang dapat bervariasi menurut pembuatannya. Warna lapis warna yang dapat dikembangkan di dalam suatu lapis emulsi tidak harus berkaitan dengan warna unsur cahaya yang merupakan kepekaan lapis tersebut. Film inframerah berwarna diproduksi untuk merekam tenaga pada spektrum hijau, merah, dan inframerah (hingga sekitar 0,9 µm) pada tiga lapis emulsinya. Hasilnya berupa film “warna semu” dimana warna biru pada citra diperoleh dari objek yang terutama memantulkan tenaga pada spektrum hijau, warna hijau dari objek yang memantulkan tenaga pada spektrum merah, dan warna merah dari objek yang mematulkan tenaga inframerah (0,7µm-0,9µm).
Film inframerah berwarna sering disebut dengan “film pendeteksi bentuk samaran”, film inframerah berwarna menjadi film yang sangat bermanfaat untuk analisis sumberdaya.
Persamaan : batas tertinggi penggunaan panjang gelombang adalah 0,9µm.
Perbedaan : pada foto pankromatik, menggunakan spektrum tampak. Pada foto inframerah modifikasi menggunakan spektrum inframerah dekat dan sebagian spektrum tampak pada saluran erah dan saluran hijau.

Teknologi foto udara format kecil (FUFK) adalah teknologi pemotretan dari udara menggunakan wahana pesawat ultra light dengan memanfaatkan kamera non-metrik. Teknologi ini memiliki karakteristik resolusi spasial cukup tinggi, cocok untuk daerah yang tidak terlaluu luas, cepat dan murah.
Kemera non-metrik adalah kamera yang tidak didesain khusus untuk keperluan pemotretan udara dan banyak dijumpai dipasaran. Foto udara non-metrik memiliki ukuran format film 24mm x 36mm untuk kamera dengan panjang fokus 35mm dan 55mm x 55mm atau 60mm x 60mm untuk kamera dengan panjang fokus 70mm. Foto udara non-metrik tidak memiliki tanda fidusial dan tidak memiliki informasi parameter orientasi dalam.
Untuk pengelolaan sumber daya laha, data spasial erupakan data dasar yang harus tersedia. Untuk menentukan metode pengadaan data spasial tersebut, faktor utama yang harus dipertimbangkan adalah tingkat kedetailan informasi, ketelitian, kecepatan perolehan (exstraction) informasi, kebaharuan, dan biaya. Akan tetapi, teknologi ini juga memiliki beberapa keterbatasan, yaitu masih memiliki distorsi geometrik, ketidakseragaman kontras, dan data yang saling ‘terpisah’ pada masing-masing lembar foto.
Pemanfaatannya adalah untuk mengidentifikasi tanah sangat potensial untuk mendukung bidang tugas instansi BPN (badan pertanahan nasional) PBB (pajak bumi dan bangunan). Selain itu dapat mengidentifikasi jenis tanaman, karena tingginya resolusi spasial dan radiometrik. Untuk ekstraksi jenis tanaman dapan digunakan secara manual maupun otomastis. Secara manual dilakukan interpretasi secara visual dengan menggunakan unsur interpretasi, sedangkan secara otomatis dengan menggunakan alogaritma image clasification. Sampai saat ini hasil maksimal untuk identifikasi jenis tanaman pertanian dan penggunaan lahan pada FUFK menggunakan cara interpretasi secara visual dari cara otomatis.

Sumber :
Lillesand, T.M. & Kiffer. 1999. Penginderaan Jauh Dasar dan Interpretasi Citra (terjemahan oleh Drs. Dulbahri et.al). Gadjah Mada University Press. Yogyakata.
Sutanto. 1995. Penginderaan Jauh Dasar. Fakultas Geografi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Harintaka. 2006. pemanfaatan teknologi foto udara format kecil untuk penyediaan data sumber daya lahan secara cepat dan murah (makalah FIT ISI 2006 Balikpapan). Jurusan teknik geodesi fakultas teknik. Yogyakarta.
Metode evaluasi
10:43 PM | Author: Arfie
Metode evaluasi dapat menggunakan metode matching atau metode skoring. Penggunaan metode evaluasi matching apabila kita menggunakan variabel penelitian 2 buah atau lebih dan mengharapkan adanya hasil dari pengkomparasian terhadap variabel penelitian. Metode evaluasi skoring dapat digunakan dalam penelitian yang membutuhkan hasil penelitian dengan klasifikasi atau pembagian pada kelas-kelas tertentu. Penggunaan metode skoring seperti halnya membuat data kualitatif menjadi data kuantitatif. Sehingga dalam metode skoring lebig terukur, serta bersifat kuantitatif.


Contoh kasus untuk metode matching adalah dalam aplikasi di bidang pattern recognition, dan yang lebih luas lagi di bidang content based image retrieval untuk menampilkan citra yang mirip dengan citra query, yang kemudian digunakan untuk pencarian data berbasis image. Untuk metode skoring dapat pada untuk menentukan bangunan kuno yang potensial dilestarika berdasarkan delapan kriteria makna kultural (estetika, kejamakan, kelangkaan, keluarbiasaan, peranan sejarah, keaslian bangunan, keterawatan, dan memperkuat citra kawasan) di kawasan Kampung Batik Laweyan, karena pada kasus penelitian ini menggunakan pengkelasan pada tiap kriteria.


Rural urban linkages
10:33 PM | Author: Arfie

Konsep pengembangan wilayah.
Dalam sejarah perkembangan konsep pengembangan wilayah di Indonesia, terdapat beberapa landasan teori yang turut mewarnai keberadaannya. Pertama adalah Walter Isard sebagai pelopor Ilmu Wilayah yang mengkaji terjadinya hubungan sebab-akibat dari faktor-faktor utama pembentuk ruang wilayah, yakni faktor fisik, sosial-ekonomi, dan budaya. Kedua adalah Hirschmann (era 1950-an) yang memunculkan teori polarization effect dan trickling-down effect dengan argumen bahwa perkembangan suatu wilayah tidak terjadi secara bersamaan (unbalanced development).
Ketiga adalah Myrdal (era 1950-an) dengan teori yang menjelaskan hubungan antara wilayah maju dan wilayah belakangnya dengan menggunakan istilah backwash and spread effect. Keempat adalah Friedmann (era 1960-an) yang lebih menekankan pada pembentukan hirarki guna mempermudah pengembangan sistem pembangunan yang kemudian dikenal dengan teori pusat pertumbuhan. Terakhir adalah Douglass (era 70-an) yang memperkenalkan lahirnya model keterkaitan desa – kota (rural – urban linkages) dalam pengembangan wilayah.

Rural urban linkages.
Saat ini banyak diakui terdapatnya sebuah hubungan antara urban dan rural area dalam bidang ekonomi, social, dan keterkaitan lingkungan, dan juga memnutuhkan suatu keseimbangan dan pendekatan-pendekatan yang saling menguntungkan. Tidak sepenuhnya pembangunan daerah rural karena pembangunan dari daerah urban. Pandangan baru tentang ini mengacu kepada rural urban linkage yang berarti aliran peningkatan / kemajuan dari ibukota, masyarakat (misal : migrasi dan nglaju) dan barang antara wilayah rural dan urban. Sangat penting dalam menambahkan atau mensertakan aliran ide, aliran informasi, dan aliran dari difusi informasi.
Infrastruktur yang memadai seperti transportasi, komunikasi, energi dll adalah tulang punggung dari rural urban development linakages development. Infrastruktur yang memadai dapat meningkatkan produktivitas dari daerah rural. Efek untuk ketidakseimbangan daerah rural urban adalah peningkatan proverty daerah urban.
Pertimbangan ekonomi, demografi dan lingkungan sekitar yang terdapat di antara rural areas dan urban areas membutuhkan “promosi” dari rural urban linkages. Yang menempatkan kedua tempat tersebut sebagai dua tempat terakhir untuk human settlements continuum. Sehingga, topik-topik yang terdapat dalam rural dimension of sustainable urban development seharusnya menekankan pada perencanaan yang mendukung urbanisasi disaat menempatkan tantangan peningkatan investasi pada struktur fisik, ekonomi, dan sosial yang merupakan kebutuhan untuk meningkatkan produktivitas dan pemasaran hasil dari rural area.
Akan tetapi Keterkaitan fungsional antara kawasan perkotaan dengan perdesaan (urban – rural linkages) belum memberikan dampak yang positif bagi keduanya, bahkan kawasan perdesaan cenderung ‘dirugikan’ dalam pola-pola keterkaitan yang terbentuk. Fenomena yang terjadi masih ditunjukkan oleh tingginya ketergantungan kawasan perdesaan terhadap kawasan perkotaan, akibat minimnya akses pada permodalan, lapangan kerja, informasi, teknologi pendukung, pemasaran hasil-hasil produksi, serta akses pada prasarana dan sarana (ekonomi maupun sosial).
Pedoman dari rural urban linkages dapat juga menjadi sebuah pendukung atau tujuan sebuah program Pedoman kawasan sentra produksi pangan (agropolitan), kawasan agropolitan merupakan suatu upaya untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan dan penataan ruang pertanian di pedesaan.
Pengelolaan ruang agropolitan adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang yang diperuntukkan bagi pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan usaha-usaha berbasis agribisnis lainnya dalam skala nasional. Sementara itu pengelolaan ruang kawasan sentra produksi pangan nasional dan daerah merupakan arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang bagi peruntukan pertanian tanaman pangan.
ZONANISASI FISIOGRAFI JAWA BAGIAN TENGAH
1:19 PM | Author: Arfie
Pulau Jawa memiliki sifat fisiografi yang khas, dan hal ini disebabkan karena beberapa keadaan. Satu di antaranya adalah iklim tropis, disamping itu ciri-ciri geografisnya disebabkan karena merupakan geosinklinal muda dan jalur orogenesa dengan banyak fulkanisme yang kuat. Karena kekuatan inilah mengakibatkan Pulau Jawa berbentuk memanjang dan sempit.
Perubahannya dalam bagian-bagian tertentu sepanjang dan searah dengan panjangnya pulau, dari tepi satu ke tepi yang lainnya. Sifat relief yang disebabkan oleh iklim tropis sudah diketahui dan dipetakan di Indonesia. Curah hujan yang besar dan temperatur yang tinggi menyebabkan pelapukan yang cepat dan intensif, juga denudasi, gejala yang mengikuti adalah erosi vertikal.


Perbedaan topografi yang disebabkan adanya perbedaan batu-batuannya nampak kurang jelas bila dibandingkan dengan daerah iklim lain, meskipun lembah kecil mempunyai tebing yang curam. Akibatnya banyak hujan berarti banyak air yang harus dibuang, sehingga banyak parit alam (guliy) yang begitu urapat.
Karena banyaknya parit-parit yang rapat tersebut topografinya terkikis-kikis. Akibatnya sisa-sisa permukaan yang dulu pernah terangkat hilang dalam waktu yang singkat.
Sebaliknya peneplain dan lain-lain yang permukaannya datar juga terbentuk dalam waktu yang singkat dari pada iklim yang lainnya. Dalam hal ini mengkin mengherankan mengapa topografi Pulau Jawa semuanya belum merupakan peneplain? Hal ini karena erosi dan denudasi dapat diimbangi orogenesa muda dan epirogenesa yang masih bergerak, yang mana gerak melipatkan mesih terus berlangsung dalam sebuah periode dari era pleistosen, tapi di balik itu semua gunung berapi banyak mengluarkan bahan-bahan dan lebih banyak lagi daripada apa yang dihasilkan oleh gejala erosi pada permukaan tanah.
Pada dasarnya dapat dibedakan menjadi tiga zona pokok memanjang sepanjang pulau, walaupun banyak yangtidak utuh. Ketiga zona ini sangat berbeda karakteristiknya baik di Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Di bagian tengah dari pulau dan lingkungan bagian yang paling barat jalur dari zona-zona tersebut nampaknya kurang jelas, menunjukan adanya perubahan-perubahan.

Zona tersebut dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Zona selatan, kurang lebih berupa plato, berlereng (miring) ke arah selatan menuju Laut Hindia dan di sebelah utara berbentuk tebing patahan. Kadang zona ini begitu terkikis sehingga kehilangan bentuk platonya. Di Jawa tengah bagian dari zona ini telah ditempati oleh dataran aluvial.
b. Zona tengah, di Jawa Timur dan sebagian dari Jawa Barat merupakan depresi. Ditempat-tempat tersebut meuncul kelompok gunung berapi yang besar. Di Jawa Tengah sebagian dari zona tengah ditempati oleh rangkaian pegunungan serayu selatan, berbatasan disebelah utaranya dengan depresi yang lebih kecil, lembah serayu. Juga di bagian paling barat daerah Banten ditempati oleh bukit-bukit dan pegunungan.
c. Zona utara, terdiri dari rangkaian gunung lipatan berupa bukit-bukit rendah atau pegunungan dan diselingi oleh beberapa gunung-gunung api. Dan ini biasanya berbatasan dengan dataran aluvial.

Dari sudut geologi ketiga zona ini memiliki sifat yang berbeda pula.
1. Zona Selatan.
Di zona selatan ini lapisan yang lebih tua terdiri dari endapan vulkanis yang tebal (breksi tua) dan bahan-bahan endapan (seperti tanah anulatus) yang terlipat pada waktu periode miosen tengah. Di bagian selatan zona ini mengalami lipatan sedikit saja, tetapi lipatan ini menjadi lebih kuat dekat batas sebelah utara. Daerah ini merupakan daerah peralihan ke zona tengah. Bagian ini ditutupi secara tidak selaras (unconform) oleh bahan-bahan yang tidak terlepas dari miosen atas.
Di banyak tempat lapisan ini telah dipengaruhi gerakan miring (tilted). Dibeberapa tempat dasar (alas/bed) miosen atas ini terdiri dari batuan kapur yang mempunyai pengaruh yang sangat nyata pada topografi. Endapan yang lebih muda dari miosen muda mungkin pleistosen tua hampir tidak ada.

2. Zona Tengah
Seperti di Jawa Timur zona ini ditempati oleh depresi yang diisi oleh endapan vulkanik muda. Sifat geologisnya hanya dapat dilihat dari Jawa Tengah dan Jawa Barat. Gerakan orogenesa miosen tengah dan miosen muda sangat kuat (terkuat) di zona ini dan sering menyebabkan lipatan menjungkir atau membentuk struktur yang menjorok menyebabkan batuan tertier juga lapangan pretertier tertutup.
(Pegunungan Jiwo, daerah Lekulo di Jawa Tengah, Pegunungan Raja Mandala, Lembah Cimandiri dan Banten bagian selatan). Pada periode neogene terdapat juga beberapa lapisan tak selaras dan sedikit lipatan yang terjadi pada atau setelah akhir neogen.
Pegunungan berapi dan gerakan yang kemudian yang akibatnya terdapat didepresi tengah yang menyebabkan terbentuknya topografi-topografi yang khas.

3. Zona Utara
Di zona ini lapisan neogen muda lebih tebal dibanding zona lainnya, dan ini adalah inti dari gerakan geosinklinal muda. Lipatan yang lebih tua terjadi sejak dari periode miosen atas. Lipatan ini nampak lebih jelas dari zona tenagh tetapi juga dapat dilihat di zona utara dari jawa tengah. Di lain tempat pengendapan bahkan mungkin berlangsung selama periode miosen tengah dan miosen atas.
Di igir Pegunungan Kendeng (Jawa Timur) pengendapan pada geosinklinal berjalan terus sampai pleistosen tengah. Selama pleistosen tengah orogenesa dihasilkan dari lipatan yang keras dengan lipatan yang terbalik (upturned fold and thrust). Lebih menuju ke periode kwarter mungkin dapat dilihat tetapi pelipatan pleistosen tengah berjalan terus dan menonjol. Di jawa barat gerakan pelipatan utama terjadi pada permulaan pleistosen kemudian diikuti oleh gerakan lipatan yang lemah setelah periode igir pleistosen tua. Di sebelah utara igir Pegunungan Kendeng di Jawa Timur, di sana terdapat bagian ini tidak mempunyai lanjutan di Jawa Tengah dan di Jawa Barat tetapi bagian ini memanjang ke timur ke Madura. Bagian yang terdapat di bagian sebelah utara igir Pegunungan Kendeng ini disebut Perbukitan Rembang. Di daerah ini lapisan neogen di bagian ini jauh lebih tipis daripada di Pegunungan Kendeng dan terdiri sebagian dari batuan kapur. Zona ini terletak di sebelah utara dari poros geosinklinal neogen, membentuk daerah peralihan antara masa dataran yang sekarang ditempati oleh Laut Jawa yang terjadi pada zaman miosen dengan poros Pegunungan Kendeng itu sendiri. Beberapa pengendapan berjalan terus selama periode atau bagian dari era pleistosen, selama mana gerakan lipatan sedikit mengakhiri pengendapan ini.
KONSEP DASAR DAN PENGERTIAN BENTANG LAHAN
1:05 PM | Author: Arfie
Selama sejarah perkembangan Geografi, dikenal dua objek kajian utama, yaitu: Geografi Fisik, yang mendasarkan pada objek bentang alami (natural landscape) dengan penekanan pada bentuklahan (landform), dan Geografi Sosial, yang mendasarkan kepada objek bentang budaya (cultural landscape).
Dalam Geografi, dikaji fenomena geosfer melalui 3 (tiga) pendekatan, yaitu: (a) pendekatan keruangan, (b) ekologi, dan (c) kompleks wilayah. Fenomena geosfer merupakan hasil dari interaksi faktor alam dan faktor manusia. Kenampakan fenomena geosfer pada hakekatnya ada 3 (tiga) paham utama, yaitu: (a) deterministik (faktor alam mempengaruhi kondisi manusia), (b) posibilistik (faktor manusia mempengaruhi alam), dan (c) probabilistik (faktor alam dan manusia sama-sama memberikan kemungkinan terbentuknya fenomena geosfer).


konsep dasar geomorfologi
Konsep dasar yang diuraikan dalam sub bab ini bersumber dari tulisan Thornbury (1954) yang akan disertai beberapa contoh kejadian atau fenomena yang terdapat di Indonesia. Konsep dasar ini dapat memberikan petunjuk pada kita tentang faktor-faktor pendukung dalam menginterpretasi bentanglahan. Konsep dasar yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Proses-proses fisikal yang sama dan hukum-hukumnya yang bekerja sama sekarang, telah bekerja sepanjang masa geologi, meskipun dengan intensitas yang tidak sama dengan saat sekarang.
Contoh : pembentukan topografi karst di Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang dicirikan oleh sungai bawah tanah, dan proses pembentukan stalakmit dan stalaktit, yang masih aktif aktif hingga sekarang.
2. Struktur geologi merupakan faktor kontrol dominan terhadap bentuk evolusi bentuklahan dan tercermin pada bentuklahannya.
Contoh : gawir sesar di pegunungan Batur Agung DIY dan Jawa Tengah yang tersusun oleh breksi vulkanik dan batu gamping menunjukan bentuklahan yang tegas. Jenis batuan tersebut mungkin akan resisten terhadap suatu proses yang lain, akan tetapi di bawah pengaruh kondisi iklim yang berbeda-beda akan memberikan perbedaan tingkat resistensinya. Batu gamping pada daerah iklim tropis basah akan membentuk topografi karst, sedangkan pada daerah kering batu gamping resisten seperti batu pasir.
3. Pada batas-batas tertentu permukaan bumi memiliki relief (timbulan), karena kerja proses geomorfik mempunyai kecepatan yang berbeda-beda.
Contoh : daerah yang mempunyai struktur dan litologi yang sama, daerah tersebut akan menunjukan perbedaan relief yang nyata.
4. Proses-proses geomorfik itu akan meninggalkan bekas yang nyata pada bentuklahan dan setiap proses geomorfik berkembang sesuai dengan karakteristik bentuklahan itu sendiri.
Contoh : di daerah Adipala, Cilacap, Jawa Tengah, terdapat danau tapal kuda (oxbow lake) dari Sungai Serayu Lama, yang kemudian di sekitarnya diketemukan bentuklahan asosiasinya.
5. Oleh karena tenaga erosional yang bekerja dipermukaan bumi itu berbeda-beda maka akan terjadi suatu tingkatan perkembangan dari bentuklahan.
Contoh : konsep ini dapat menunjukan tingkat erosi, sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk klasifikasi bentuklahan suatu daerah.
6. Evolusi geomorfik yang kompleks itu lebih umum terjadi dibandingkan yang terjadi secara sederhana.
Contoh : banyak kenampakan bentuklahan individual yang terbentuk oleh beberapa proses geomorfologi, dan sangat jarang ditemukan bentuklahan yang dicirikan oleh suatu proses geomorfik saja, meskipun kita dapat menunjukan suatu proses yang dominan.
7. Topografi muka bumi kebanyakan tidak lebih tua daripada kala pleistosen dan sedikit saja yang lebih tua dari pada zaman tertier.
Contoh : Pegunungan Himalaya kemungkinan terlipat pertama kali pada kala kreataseous, kemudian pada kala erosen dan miosen. Kenampakan topografi dari Pegunungan Himalaya yang sekarang terbentuk pada kala pliosen dan topografinya yang lebih detil terbentuk pada kala pleistosen atau lebih muda.
8. Interpretasi yang tepat terhadap bentanglahan masa kini tidak dimungkinkan tanpa penilaian yang mendalam tentang pengaruh perubahan geologi dan klimatologis yang berulang kali terjadi pada masa pleistosen.
9. Pengetahuan tentang iklim dunia perlu untuk memahami arti penting keanekaragaman proses geomorfik.
10. Geomorfologi meskipun lebih menekankan pada bentanglahan saat sekarang, akan memperoleh manfaat yang maksimum apabila disertai dengan pendekatan historis.

pengertian bentanglahan
Istilah bentanglahan berasal dari kata landscape (Inggris), atau landscap (Belanda) dan landschaft (Jerman), yang secara umum berarti pemandangan. Arti pemandangan mengandung 2 (dua) aspek, yaitu: (a) aspek visual dan (b) aspek estetika pada suatu lingkungan tertentu (Zonneveld, 1979 / Widiyanto dkk, 2006). Ada beberapa penulis yang memberikan pengertian mengenai bentanglahan, antara lain:
1. Bentanglahan merupakan gabungan dari bentuklahan (landform). Bentuklahan merupakan kenampakan tunggal, seperti sebuah bukit atau lembah sungai. Kombinasi dari kenampakan tersebut membentuk suatu bentanglahan, seperti daerah perbukitan yang baik bentuk maupun ukurannya bervariasi / berbeda-beda, dengan aliran air sungai di sela-selanya (Tuttle, 1975).
2. Bentanglahan ialah sebagian ruang permukaan bumi yang terdiri atas sistem-sistem, yang dibentuk oleh interaksi dan interpen-densi antara bentuklahan, batuan, bahan pelapukan batuan, tanah, air, udara, tetumbuhan, hewan, laut tepi pantai, energi dan manusia dengan segala aktivitasnya, yang secara keseluruhan membentuk satu kesatuan (Surastopo, 1982).
3. Bentanglahan merupakan bentangan permukaan bumi dengan seluruh fenomenanya, yang mencakup: bentuklahan, tanah, vegetasi, dan atribut-atribut lain, yang dipengaruhi oleh aktivitas manusia (Vink, 1983).
Berdasarkan pengertian bentanglahan tersebut, maka dapat diketahui bahwa terdapat 8 (delapan) unsur penyusun bentanglahan, yaitu: udara, batuan, tanah, air, bentuklahan, flora, fauna, dan manusia, dengan segala aktivitasnya. Kedelapan unsur bentanglahan tersebut merupakan faktor-faktor penentu terbentuknya bentanglahan, yang terdiri atas: faktor geomorfik (G), litologik (L), edafik (E), klimatik (K), hidrologik (H), oseanik (O), biotik (B), dan faktor antropogenik (A). Dengan demikian, berdasarkan faktor-faktor pembentuknya, bentanglahan (Ls) dapat dirumuskan :

Ls = f (G, L, E, K, H, O, B, A)

Keterangan :
Ls : bentanglahan
G : geomorfik
L : litologik
E : edafik
K : klimatik
H : hidrologik
O : oseanik
B : biotik
A : antropogenik
Dikaitkan dengan konsep pada Bab 1, maka bentanglahan mencakup 2 (dua) aspek kajian penting, yaitu: (a) bentang alami dengan inti kajian bentuklahan, dan (b) bentang budaya dengan inti kajian manusia dengan segala perilakunya terhadap lahan.

Bentanglahan sebagai inti kajian bentang alami
Menurut Tuttle (1975), bentanglahan atau landscape merupakan kombinasi atau gabungan dari bentuklahan. Mengacu pada definisi bentanglahan tersebut, maka dapat dimengerti bahwa unit analisis yang yang sesuai adalah unit bentuklahan. Oleh karena itu, untuk menganalisis dan mengklasifikasikan bentanglahan selalu mendasarkan pada kerangka kerja bentuklahan (landform).
Bentuklahan adalah bagian dari permukaan bumi yang memiliki bentuk topografis khas, akibat pengaruh kuat dari proses alam dan struktur geologis pada material batuan, dalam skala ruang dan waktu kronologis tertentu. Berdasarkan pengertian ini, faktor-faktor penentu bentuklahan (Lf) dapat dirumuskan:

Lf: f (T, P, S, M, K)

Dengan keterangan:
T : topografi
P : proses alam
S : struktur geologi
M : material batuan
K : ruang dan waktu kronologis
Oleh karena untuk menganalisis bentanglahan lebih sesuai dengan didasarkan pada bentuklahan, maka klasifikasi bentanglahan juga akan lebih sesuai jika didasarkan pada unit-unit bentuklahan penyusunnya. Verstappen (1983) telah mengklasifikasikan bentuklahan berdasarkan genesisnya menjadi 10 (sepuluh) macam bentuklahan asal proses, yaitu:
1. Bentuklahan asal proses volkanik (V), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas gunung api. Contoh bentuklahan ini antara lain: kerucut gunungapi, madan lava, kawah, dan kaldera.
2. Bentuklahan asal proses struktural (S), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat pengaruh kuat struktur geologis. Pegunungan lipatan, pegunungan patahan, perbukitan, dan kubah, merupakan contoh-contoh untuk bentuklahan asal struktural.
3. Bentuklahan asal fluvial (F), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas sungai. Dataran banjir, rawa belakang, teras sungai, dan tanggul alam merupakan contoh-contoh satuan bentuklahan ini.
4. Bentuklahan asal proses solusional (S), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses pelarutan pada batuan yang mudah larut, seperti batu gamping dan dolomite, karst menara, karst kerucut, doline, uvala, polye, goa karst, dan logva, merupakan contoh-contoh bentuklahan ini.
5. Bentuklahan asal proses denudasional (D), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses degradasi seperti longsor dan erosi. Contoh satuan bentuklahan ini antara lain: bukit sisa, lembah sungai, peneplain, dan lahan rusak.
6. Bentuklahan asal proses eolin (E), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses angin. Contoh satuan bentuklahan ini antara lain: gumuk pasir barchan, parallel, parabolik, bintang, lidah, dan transversal.
7. Bentuklahan asal proses marine (M), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses laut oleh tenaga gelombang, arus, dan pasang-surut. Contoh satuan bentuklahan ini adalah: gisik pantai (beach), bura (spit), tombolo, laguna, dan beting gisik (beach ridge). Karena kebanyakan sungai dapat dikatakan bermuara ke laut, maka seringkali terjadi bentuklahan yang terjadi akibat kombinasi proses fluvial dan proses marine. Kombinasi ini disebut proses fluvio-marine. Contoh-contoh satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses fluvio marine ini antara lain delta dan estuari.
8. Bentuklahan asal glasial (G), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses gerakan es (gletser). Contoh satuan bentuklahan ini antara lain lembah menggantung dan morine.
9. Bentuklahan asal organik (O), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat pengaruh kuat aktivitas organisme (flora dan fauna). Contoh satuan bentuklahan ini adalah mangrove dan terumbu karang.
10. Bentuklahan asal antropogenik (A), merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas manusia. Waduk, kota, dan pelabuhan, merupakan contoh-contoh satuan bentuklahan hasil proses antropogenik.

Kunci pemahaman bentanglahan.
Proses terbentuknya bentanglahan, baik bentang lahan alami maupun bentang budaya, dapat diterangkan berdasar 3 komponen, yaitu: (a) komponen lingkungan alam, (b) lingkungan sosial, dan (c) ideologi. 2 (dua) komponen utama dapat diamati oleh panca indera, sehingga dapat memunculkan suatu kenampakan, sedangkan komponen ideologi lebih berkaitan dengan akal dan hati yang tidak terlihat secara kasat mata.
Masing-masing komponen memiliki sub komponen. Sebagai contoh pada komponen lingkungan alami terdapat sub komponen: relief, batuan, air, dan iklim yang saling berinteraksi. Interaksi ini disebut dengan interaksi horisontal, yang akan menciptakan kenampakan bentang tersendiri. Selain itu juga terdapat interaksi vertikal, yaitu interaksi yang terjadi antara komponen yang saling mempengaruhi, misalnya antara lingkungan alam dan lingkungan sosial. Tiga komponen tersebut berhubungan satu dengan yang lainnya dan tidak dapat dipisahkan.
Perkataan 4 Imam Madzhab
1:03 PM | Author: Arfie
Perkataan 4 Imam Madzhab di Dalam Mengikuti Sunnah Oleh : Al-Imam Al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al-Albani -rahimahullah- Kiranya sangat bermanfaat untuk disajikan di sini sedikit atau sebagian perkataan mereka, dengan harapan, semoga di dalamnya terdapat pelajaran dan peringatan bagi orang yang mengikuti mereka, bahkan bagi orang yang mengikuti selain mereka yang lebih rendah derajatnya dari taqlid buta, dan bagi orang yang berpegang teguh kepada madzab-madzab dan perkataan-perkataan mereka, sebagaimana kalau madzab-madzab dan perkataan-perkataan itu turun dari langit. Allah Subhanahu Wa Taala, berfirman: "Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhan-mu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selainnya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (dari padanya)". (QS. Al-Araf :3)


I. ABU HANIFAH
Yang pertama-tama diantara mereka adalah Imam Abu Hanifah An-Numan bin Tsabit. Para sahabatnya telah meriwayatkan banyak perkataan dan ungkapan darinya, yang semuanya melahirkan satu kesimpulan, yaitu kewajiban untuk berpegang teguh kepada hadits dan meninggalkan pendapat para imam yang bertentangan dengannya.
1. "Apabila hadits itu shahih, maka hidits itu adalah madzhabku." (Ibnu Abidin di dalam Al-Hasyiyah 1/63)
2. "Tidak dihalalkan bagi seseorang untuk berpegang pada perkataan kami, selagi ia tidak mengetahui dari mana kami mengambilnya". (Ibnu Abdil Barr di dalam Al-Intiqau fi Fadha ilits Tsalatsatil Aimmatil FuqahaI, hal. 145)
3. Dalam sebuah riwayat dikatakan: "Adalah haram bagi orang yang tidak mengetahui alasanku untuk memberikan fatwa dengan perkataanku".
4. Di dalam sebuah riwayat ditambahkan: "sesungguhnya kami adalah manusia yang mengatakan perkataan pada hari ini dan meralatnya di esok hari".
5. "Jika aku mengatakan suatu perkataan yang bertentangan dengan kitab Allah dan kabar Rasulullah salallahu alaihi Wa Sallam, maka tinggalkanlah perkataanku". (Al-Fulani di dalam Al-Iqazh, hal. 50)

II. MALIK BIN ANAS
Imam Malik berkata:
1. "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia yang salah dan benar. Maka perhatikanlah pendapatku. Setiap pendapat yang sesuai dengan kitab dan sunnah, ambillah dan setiap yang tidak sesuai dengan Al Kitab dan sunnah, tinggalkanlah". (Ibnu Abdil Barr di dalam Al-Jami, 2/32)
2. "Tidak ada seorang pun setelah Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam, kecuali dari perkataannya itu ada yang diambil dan yang ditinggalkan, kecuali Nabi Salallhu Alaihi Wasallam". (Ibnu Abdil Hadi di dalam Irsyadus Salik, 1/227)
3. Ibnu Wahab berkata, "Aku mendengar bahwa Malik ditanya tentang menyelang-nyelangi jari di dalam berwudhu, lalu dia berkata, "tidak ada hal itu pada manusia. Dia berkata. Maka aku meninggalkannya hingga manusia berkurang, kemudian aku berkata kepadanya. Kami mempunyai sebuah sunnah di dalam hal itu, maka dia berkata: Apakah itu? Aku berkata: Al-Laits bin Saad dan Ibnu Lahiah dan Amr bin Al-Harits dari Yazid bin Amr Al-Maafiri dari Abi Abdirrahman Al-Habli dari Al Mustaurid bin Syidad Al-Qirasyi telah memberikan hadist kepada kami, ia berkata, "Aku melihat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam menunjukkan kepadaku dengan kelingkingnya apa yang ada diantara jari-jari kedua kakinya. Maka dia berkata, "sesungguhnya hadist ini adalah Hasan, Aku mendengarnya hanya satu jam. Kemudian aku mendengarnya, setelah itu ditanya, lalu ia memerintahkan untuk menyelang-nyelangi jari-jari. (Mukaddimah Al-Jarhu wat Tadil, karya Ibnu Abi Hatim, hal. 32-33)

III. ASY-SYAFII
Adapun perkataan-perkataan yang diambil dari Imam Syafii di dalam hal ini lebih banyak dan lebih baik, dan para pengikutnya pun lebih banyak mengamalkannya. Di antaranya:
1. "Tidak ada seorangpun, kecuali dia harus bermadzab dengan Sunnah Rasulullah dan menyendiri dengannya. Walaupun aku mengucapkan satu ucapan dan mengasalkan kepada suatu asal di dalamnya dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam yang bertentangan dengan ucapanku. Maka peganglah sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Inilah ucapanku." (Tarikhu Damsyiq karya Ibnu Asakir, 15/1/3)
2. "Kaum muslimin telah sepakat bahwa barang siapa yang telah terang baginya Sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam, maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya karena untuk mengikuti perkataan seseorang." (Ibnul Qayyim, 2/361, dan Al-Fulani, hal. 68)
3. "Apabila kamu mendapatkan di dalam kitabku apa yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, maka berkatalah dengan sunnah rasulullah Salallahu alaihi Wa sallam, dan tinggalkanlah apa yang aku katakan." Al-Harawi di dalam Dzammul Kalam, 3/47/1)
4. "Apabila Hadist itu Shahih, maka dia adalah madzhabku." (An-Nawawi di dalam Al-Majmu, Asy-Syarani, 10/57)
5. "kamu (Imam Ahmad) lebih tahu dari padaku tentang hadist dan orang-orangnya (Rijalu l-Hadits). Apabila hadist itu shahih, maka ajarkanlah ia kepadaku apapun ia adanya, baik ia dari kufah, Bashrah maupun dari Syam, sehingga apabila ia shahih, akan bermadzhab dengannya." ( Al-Khathib di dalam Al-Ihtijaj bisy-SyafiI, 8/1)
6. "Setiap masalah yang didalamnya kabar dari Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam adalah shahih bagi ahli naqli dan bertentangan dengan apa yang aku katakan, maka aku meralatnya di dalam hidupku dan setelah aku mati." (Al-Harawi, 47/1)
7. "Apabila kamu melihat aku mengatakan suatu perkataan, sedangkan hadist Nabi yang bertentangan dengannya shahih, maka ketahuilah, sesungguhnya akalku telah bermadzhab dengannya." (Al-Mutaqa, 234/1 karya Abu Hafash Al-Muaddab)
8. Setiap apa yang aku katakan, sedangkan dari nabi salallahu alaihi wa sallam terdapat hadist shahih yang bertentangan dengan perkataanku, maka hadits nabi adalah lebih utama. Olah karena itu, janganlah kamu mengikutiku." (Aibnu Asakir, 15/9/2)

IV. AHMAD BIN HAMBAL
Imam Ahmad adalah salah seorang imam yang paling banyak mengumpulkan sunnah dan paling berpegang teguh kepadanya. Sehingga ia membenci penulisan buku-buku yang memuat cabang-cabang (furu) dan pendapat Oleh karena itu ia berkata:
1. "Janganlah engkau mengikuti aku dan jangan pula engkau mengikuti Malik, Syafii, Auzai dan Tsauri, Tapi ambillah dari mana mereka mengambil." (Al-Fulani, 113 dan Ibnul Qayyim di dalam Al-Ilam, 2/302)
2. "Pendapat AuzaI, pendapat Malik, dan pendapat Abu Hanifah semuanya adalah pendapat, dan ia bagiku adalah sama, sedangkan alasan hanyalah terdapat di dalam atsar-atsar." (Ibnul Abdl Barr di dalam Al-Jami, 2/149)
3. "Barang siapa yang menolak hadits Rasulullah Salallahu alaihi wa sallam, maka sesungguhnya ia telah berada di tepi kehancuran." (Ibnul Jauzi, 182).

Allah berfirman: "Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya" (An-Nisa:65), dan firman-Nya: "Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih." (An-Nur:63). Al-Hafizh Ibnu Rajab berkata: "Adalah menjadi kewajiban bagi setiap orang yang telah sampai kepadanya perintah Rasulullah Salallahu Alaihi Wa Sallam dan mengetahuinya untuk menerangkannya kepada umat, menasehati mereka dan memerintahkan kepada mereka untuk mengikuti perintahnya. Dan apabila hal itu bertentangan dengan pendapat orang besar diantara umat, maka sesungguhnya perintah Rasulullah salallahu alaihi wa Sallam itu lebih berhak untuk disebarkan dan diikuti dibanding pendapat orang besar manapun yang telah bertentangan dengan perintahnya di dalam sebagian perkara secara salah. Dan dari sini, para sahabat dan orang-orang setelah mereka telah menolak setiap orang yang menentang sunnah yang sahih, dan barangkali mereka telah berlaku keras dalam penolakan ini. Namun demikian, mereka tidak membencinya, bahkan dia dicintai dan diagungkan di dalam hati mereka. Akan tetapi, Rasulullah Salallahu alaihi wa Sallam adalah lebih dicintai oleh mereka dan perintahnya melebihi setiap makhluk lainnya. Oleh karena itu, apabila perintah rasul itu bertentangan dengan perintah selainnya, maka perintah rasul adalah lebih utama untuk didahulukan dan diikuti. Hal ini tidak dihalang-halangi oleh pengagungan terhadap orang yang bertentangan dengan perintahnya, walaupun orang itu mendapat ampunan. Orang yang bertentangan itu tidak membenci apabila perintahnya itu diingkari apabila memang ternyata perintah Rasulullah itu bertentangan dengannya. Bagaimana mungkin mereka akan membenci hal itu, sedangkan mereka telah memerintahkan kepada para pengikutnya, dan mereka telah mewajibkan mereka untuk meninggalkan perkataan-perkataan yang bertentangan dengan sunnah." (Di sadur dari Mukaddimah Kitab Shifatu Shalatiin Nabii SAW, karya Al-Imam Al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al-Albani -rahimahullah).